08/05/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Yayasan DEK Ditunjuk Kemendibudristek jadi Organisasi Penggerak

Yayasan DEK Ditunjuk Kemendibudristek jadi Organisasi Penggerak

Bimbing 140 Sekolah di Sumbar dan Riau

Padang, Rakyatsumbar.id-  Yayasan Dedikasi Edukasi Kualiva (DEK) ditunjuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi Organisasi Penggerak di Sumbar dan Riau.

“Kita dipercaya mendampingi 55 sekolah di Padang dan 85 di Indragiri Hilir dan sekaligus melakukan intervensi melakukan perubahan metode pendidikan, sesuai standar Nasional yang dikaitkan dengan program Merdeka Belajar,” kata Ketua Yayasan DEK Prawira Salim, di Padang, Jumat (10/11/2021).

Metode program yang diberikan dalam peningkatan SDM, menurut Prawira Salim, difokuskan pada materi Tematic Integrited. Proses belajar mengajarnya, disesuaikan dengan perubahan zaman. Dahulu, misalnya masih menghafal. Kini, tak perlu menghafal, tetapi bagaimana mengajarkan kepada anak untuk menganalisis, mencipta, membuat karya, sehingga hasil akhirnya siswa tidak mencari kerja, tapi menciptakan pekerjaan.

Terkait hal tersebut, kendati di sekolah yang berada di bawah Yayasan DEK hanya SD yang wajib menyesuaikan metode tersebut dengan program nasional, namun semua guru TK, SMP, SMA dan SMK DEK juga diberikan penyegaran untuk menyesuaikan programnya.

“Penyegaran ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan kepentingan masa depan,” kata praktisi pendidikan Indra Charismidiaji yang juga Ketua Yayasan Cerdas Indonesia, ketika memberikan materi dan pendampingan kepada semua guru di Yayasan DEK.

Indra menyebutkan, guru harus lebih cerdas dan harus lebih siap memfasilitasi anak-anaknya. Sebuah kajian menyebutkan, 65 persen anak-anak SD saat ini, kelak akan bekerja pada bidang pekerjaan yang belum tercipta disaat sekarang. Maka mereka harus dipersiapkan untuk menciptakan pekerjaan. Bukan mencari pekerjaan.
Langkah tersebut baru bisa berhasil jika gurunya benar-benar dipersiapkan secara matang. Guru harus dipersiapkan sedemikian rupa karena semua pembangunan SDM, kuncinya adalah guru.

“Kita tentu ingat bagaimana Jepang bangkit pasca negera tersebut hancur saat perang dulu. Mereka bangkit dari guru,” katanya.

Kondisi Jepang dan Singapura, lanjut Indra, sangat berbeda jika dibandingkan di Indonesia. Di Indonesia, jarang program yang menyentuh guru dalam hal dalam arti sesungguhnya dalam peningkatan kapasitas, tetapi lebih banyak dalam bentuk kegiatan saja tanpa menyentuh atau mentransformasikan ilmu yang dibutuhkan. Ada kalanya pemateri hanya membacakan power point. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.