30/04/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Pengembangan Inventori Minat Kejuruan pada Calon Peserta Didik Baru Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Sistem Pengambil Keputusan

Pengembangan Inventori Minat Kejuruan pada Calon Peserta Didik Baru Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Sistem Pengambil Keputusan

Dr.(cand) Arden Simeru, S. Pd, M. Kom

Artikel ini memaparkan tentang model Inventori minat kejuruan pada calon peserta didik baru di sekolah menengah kejuruan, yang ditulis oleh Dr.(cand) Arden Simeru, S. Pd, M. Kom, berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor (S-3) pada Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Tim Promotor Prof. Dr. Ambiyar, M. Pd dan Dr. Fahmi Rizal, M. Pd, MT yang telah lulus pada ujian tertutup tanggal 6 Juni 2021 dengan Tim Penguji yaitu Prof. Ganefri, Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M. Ed, Prof. Dr. Wakhinuddin, M. Pd, Dr. Elfi Tasrif, M.T, dan penguji eksternal Prof. Dr. Ir.Ivan Hanafi, M.Pd dari Universitas Negeri Jakarta.
Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu bentuk unit pendidikan formal bidang kejuruan di tingkat pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan dari tingkat Pendidikan dasar tingkat menengah pertama SMP/ MTs sederajat. Sekolah-sekolah di tingkat pendidikan menegah kejuruan bisa disebut Sekolah Menengah Kejuruan atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang setara (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003). Di SMK terdapat banyak program keahlian, dimana Program keahlian yang ada di SMK mengikuti perkembangan dan kebutuhan didunia usaha dan industri. Program keahlian di tingkat SMK juga disesuaikan dengan tuntutan masyarakat dan pasar. Pendidikan kejuruan disebut juga pendidikan perantara untuk menyiapkan Peserta didik agar siap bekerja di bidangnya. Jenis-jenis pendidikan kejuruan diatur dalam spektrum pendidikan kejuruan yang terdiri dari 9 Bidang Keahlian, 49 Program Keahlian dan 146 Keahlian Keahlian sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor: 06 / D.D5 / KK / 2018 tanggal 7 Juni 2018. Peserta didik diberi kebebasan dalam memilih bidang keahlian yang ingin ditekuni di sekolah menengah kejuruan.
Masalah dalam pendidikan kejuruan adalah masih ada peserta didik yang mengulang dan putus sekolah. Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP, Kemendikbud) 2018 menunjukkan sebanyak 19.187 peserta didik bidang kejuruan mengulang dan 106.014 peserta didik bidang kejuruan mengalami putus sekolah. Oleh karena itu masalah ini perlu dilihat dari beberapa sudut pandang masalah yang dihadapi di SMK. Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh kepada individu dalam pemilihan jurusan yang akan ditekuni, hal itu dijelaskan oleh Slameto (2010) factor – factor yang mempengaruhi individu dalam pemilihan jurusan yaitu : 1). Faktor internal, merupakan faktor dari dalam diri individu sendiri antara lain : minat, bakat, perhatian, kesiapan, motivasi, dan kematangan. 2). Faktor eksternal, faktor ini datang dari luar individu antara lain : keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Oktaviani (2007) Beberapa faktor yang menjadi dasar individu untuk melakukan pemilihan jurusana yang akan diminati, yaitu kondisi sosial ekonomi dan jenis pekerjaan yang akan digeluti setelah tamat. Faktor lain yang berpengaruh dalam pemilihan jurusan oleh peserta didik adalah factor minat, bakat yang dimiliki, motivasi peserta didik, pengaruh dari teman, factor keluarga, lingkungan masyarakat sekitar, kondisi sekolah, dan jarak antara sekolah dan tempat tinggal.
Menururt Samani (1998: 2) SMK sebagai lembaga pendidikan yang mempersiapkan peserta didik yang mampu memasuki dunia kerja, kesesuaian pendidikan dengan dunia kerja memegang kunci yang sangat penting. kesesuaian dapat diartikan sebagai kecocokan bidang keahlian yang dipelajari oleh peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja yang akan dimasuki setelah selesai mengikuti pendidikan, dari segi jenis dan kualitas. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta didik Baru (PPDB) di TK/SD/SMP/SMA/SMK dan Sekolah Menengah Kejuruan dalam proses PPDB selain melihat skor nilai Ujian Nasional, kegiatan seleksi juga mempertimbangkan hasil tes bakat dan minat sesuai dengan bidang keahlian yang akan dipilih dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh Sekolah, dan lembaga mitra atau asosiasi profesi.
Penting bagi peserta didik bidang kejuruan dalam mengetahui minat dan bakatnya yang merupakan bahan masukan dalam pemilihan jurusan yang akan dipilih, apalagi untuk Peserta didik yang akan melanjutkan Pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Minat dan Bakat individu dapat diidentifikasi dengan mengunakan berbagai cara, diantaranya dengan melakukan tes minat dan bakat. Kegiatan tes minat dan bakat yang dilaksanakan oleh seseorang dapat meghasilkan data individu.
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu Lembaga penyelenggara pendidikan kejuruan harus memiliki standar dan tolok ukur keberhasilan. Standar keberhasilan sebuah Lembaga pendidikan kejuruan menurut Erlin Leigh Parker (2008) mengidentifikasi beberapa standar keberhasilan sebuah Lembaga pendidikan kejuruan, standar yang sangat penting yaitu pola rekrutmen atau penerimaan Peserta didik. Apabila sistem penerimaan Peserta didik dilakukan dengan baik, maka akan mampu memberikan hasil tamatan yang baik juga (Erlin Leigh Parker, 2008). Setiap lembaga pendidikan formal secara berkala akan melakukan proses penerimaan Peserta didik baru. Proses penerimaan Peserta didik yang dilaksanakan secara baik dan berkualitas akan dapat dilihat dalam proses penerimaan peserta didik dengan memakai metode dan alat yang tepat dan sesuai. Diperlukan proses penerimaan peserta didik baru untuk menjaring Peserta didik sesuai dengan minat masing-masing calon Peserta didik. .
Menurut Guilford (Munandir, 1996:146) minat adalah kecenderungan tingkah laku umum seseorang untuk tertarik pada sekelompok hal tertentu. Sedangkan menurut Srtong, minat itu bukanlah suatu satuan psikologis yang berdiri sendiri melainkan hanyalah merupakan salah satu dari beberapa segi tingkah laku.
Sama dengan minat, bakat juga bisa dilihat dengan melihat karakteristik yang dimiliki oleh seorang Peserta didik. Bakat punya peran penting untuk keberhasilan seorang Peserta didik dikompetensi yang dipilih. Bakat bisa diartikan sebagai kompetensi dasar yang memerlukan pelatihan dan pengembangan sehingga bisa menjadi keahlian yang tepat. Karena bakat sangat diperlukan untuk menentukan jurusan atau kompetensi, maka bakat harus dilihat pada awal penerimaan peserta didik.
Uji bakat sering digunakan untuk merekrut karyawan di suatu perusahaan untuk mengetahui kompetensi calon karyawan. Tes bakat dilakukan dengan penggunaan model perhitungan nilai untuk melihat level dan membuat keputusan. Keputusan yang dihasilkan digunakan untuk menentukan apakah calon karyawan tersebut dapat diterima atau tidak. Kondisi ini berbeda untuk penggunaan tes peminatan dalam dunia pendidikan. Tes peminatan masih kurang digunakan dalam penerimaan peserta didik, atau masih kurang dilaksanakan dalam penentuan kemampuan awal peserta didik.
Model instrumen dalam pengukuran peminatan (test interest) yang banyak digunakan saat ini adalah Rothwell Miller Interest Blank (RMIB) dan Vocational Interest Test (VIT). Kelemahan dari dua model tes adalah bahwa kedua model hanya memberikan gambaran umum tentang minat seseorang tanpa melihat apakah seseorang dapat atau tidak, seperti seseorang yang memiliki minat dalam bernyanyi tetapi sebenarnya kemampuan bernyanyi masih kurang. Kelemahan lain dari dua model tes saat ini mengklasifikasikan pekerjaan dalam dua belas kategori, sedangkan jenis pekerjaan saat ini sangat besar dan ada beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kategori lain, Kalau dikaitkan dengan kompetensi pada revolusi industri 4.0 dimana teknologi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam semua bidang maka diperlukan sebuah tes minat kejuruan yang mengakomodir teknologi informasi dan komunikasi.kemudian kelemahan dari sisi instrumen adalah instrumen dibuat dalam bentuk teks yang memerlukan pemahaman kepada pengguna dalam memahaminya.
Sehingga dibutuhkan model tes yang mampu menspesifikasikan yang tidak secara umum. Model tes yang mampu klasifikasi pekerjaan yang dibutuhkan saat ini atau tren, yang sesuai abad XXI dan revolusi industri seperti programmer, analisis Jaringan kompter, maka dari itu diperlukanya model tes inventori yang mengakomodir teknologi informasi dan komunikasi karena mampu mengatasi hal trsebut. Sebagai solusi untuk masalah yang disebutkan di atas, pengembangan model inventori minat kejuruan yang ada serta menguji hasil dari sistem pengembangan untuk menghasilkan model inventori minat kejuruan yang valid, praktis dan efektif dalam penelusuran minat kejuruan Calon peserta didik baru SMK.

Gambar 1. Model Konseptual Inventori Minat Kejuruan

Berdasarkan kerangkan konseptual model inventori test tersebut dimana dalam sebuah model pembelajaaran diartikan sebagai kerangka filosofis teoritis dan filosofis yang kuat secara mendasar. Titik tolak pengembangan infentori test menyesuaikan dengan standar pada infentori yang memuat prinsip relistik, investigatif, Artistic, sosial, enterpresing dan konvensional (Holland). Pengambangan model inventori test ini dilakukan di sekolah menegah pertama yang mana bertujuan untuk melihat bidang siswa yang sesuai dengan jati diri siswa tersebut yang akan melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan. Tes ini disusun dengan tujuan untuk mengukur minat seseorang berdasarkan sikap seseorang terhadap suatu pekerjaan. Hal yang didasarkan atas ide-ide stereotip masyarakat terhadap pekerjaan yang bersangkutan.
Pemikiran yang mendasari tes ini yaitu bahwa setiap orang memiliki konsep-konsep stereotip terhadap jenis-jenis pekerjaan. Tujuan terpenting tes ini bukanlah hanya sekedar untuk mengetahui kebenaran dari stereotip, tetapi untuk mengetahui bahwa konsep tersebut benar-benar ada. Apabila seseorang menyatakan suka atau tidak suka terhadap suatu pekerjaan tertentu, maka mereka juga memperlihatkan sikap yang sama terhadap idenya.
Pada penelitian pengembangan ini, memuat novelty, dengan langkah-langkah pengembangannya instrumen sebagai berikut : pengembangan spesifikasi alat ukur, penulisan pernyataan atau pertanyaan, penelaahan pernyataan atau pertanyaan, pembuatan simbol pernyataan atau pertanyaan, perakitan instrumen (untuk keperluan uji coba), implementasi Aplikasi Teknologi Informasi, sosialialisasi Aplikasi Teknologi Informasi, uji coba, analisis hasil uji coba, seleksi dan perakitan instrumen, administrasi instrumen (bentuk akhir) dan pengukuran skala dan norma.
Sedangkan untuk tes Inventori Minat Kejuruan memuat indikatornya tentang Realistik, Artistik, Konvensional, Enterpraising, Investigatif, Sosial, dan Technoprenuer.
Hasil temuan telah menghasilkan sebuah model inventori tes yang vaid,praktis dan efektive. Kemudian menghasilkan beberapa produk seperti 1). buku model inventori minat kejuruan untuk calon peserta didik., 2). buku panduan guru, 3). buku panduan admin, 4). buku panduan calon peserta didik.. Serta menghasilkan publikasi artikel dengan judul Validation of Vocational Interest Inventory Model for Prospective Students of Vocational High School yang terindeks scopus (Q4).
Implikasi temuan pengembangan model inventori minat kejuruan untuk calon peserta didik dapat diterapkan untuk penerimaan calon peserta didik baru di SMK, agar calon peserta didik tersebut dapat masuk kejurusan yang memang sesuai minatnya, serta relevan untuk diterapkan di SMK, yang memiliki tujuan untuk pengembangan keterampilan peserta didik. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.