29/04/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Model WELComP Solusi Meningkatkan Kompetensi Basic Programming

Model WELComP Solusi Meningkatkan Kompetensi Basic Programming

Oleh : Dr.(c) Amirhud Dalimunthe, S.T., M.Kom.
Promotor: Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed.
Co-Promotor: Prof. Ir. Syahril, M.Sc., Ph.D.

Pendidikan saat ini dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang pesat pada era revolusi industri 4.0 dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai fasilitas lebih dan serba canggih untuk memperlancar proses pembelajaran (Putriani & Hudaidah, 2021). Pendidikan berbasis digital merupakan pembaharuan dalam menyongsong pendidikan 4.0 yang mengintegrasikan teknologi cyber.

Tujuan dari pendidikan 4.0 tersebut adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif dan sesuai dengan tuntutan saat ini ketika dunia sedang menghadapi revolusi industri yang berbasis digital. Pendidikan 4.0 mendorong revolusi baru dalam dunia pendidikan yang tidak sebatas hanya belajar di kelas (Efendi, 2018).

Menurut Aoun (2017), untuk mendapatkan SDM yang kompetitif dalam industri 4.0, kurikulum pendidikan harus dirancang agar lulusan yang dihasilkan memiliki kompetensi mengatasi literasi baru. Selanjutnya Rozak (2018) menyatakan bahwa literasi tersebut adalah literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia.

Literasi data terkait dengan kemampuan membaca, menganalisis dan membuat konklusi berpikir berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. Literasi teknologi terkait dengan kemampuan memahami cara kerja mesin digital. Literasi manusia terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.

National Institute for Literacy mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Senada dengan itu, Education Development Center (EDC) menjelaskan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Fokus utama dalam literasi baru di era industri 4.0 adalah literasi manusia atau literasi SDM. Tujuan dari literasi SDM adalah agar manusia dapat berfungsi dengan baik di lingkungan manusia yang semakin dinamis. Perguruan tinggi perlu mencari cara baru untuk mengembangkan kapasitas kognisi SDM mencakup higher order mental skills, berfikir kritis dan sistematik.

Kompetensi utama yang relevan di masa depan adalah kompetensi yang berkaitan dengan teknologi informasi, perangkat lunak (software), program aplikasi, dan sistem otomatis. Kompetensi tersebut tidak hanya membutuhkan kemampuan menggunakan perangkat digital, aplikasi, web, dan alat elektronik, tetapi juga keterampilan yang berorientasi pada pengguna.

Pada perguruan tinggi, salah satu tujuan program studi di bidang teknologi informatika dan komputer adalah menghasilkan lulusan yang mampu bekerja secara profesional dalam bidang pemrograman komputer, jaringan komputer, multimedia dan wirausaha. Bidang kajian yang difokuskan pada penelitian ini lebih kepada kemampuan dalam pemrograman komputer. Hasil survey Puslitbang-Aptika-IKP Kominfo mengemukakan bahwa untuk tahun 2020 saja dibutuhkan sekitar 35.172 SDM untuk profesi full stack programmer dan merupakan peringkat tertinggi akan kebutuhan SDM bidang TIK, disamping profesi programmer lainnya.

Sejalan dengan tujuan tersebut, mahasiswa pada bidang teknologi informatika dan komputer dituntut untuk menguasai berbagai jenis pemrograman komputer. Oleh karena itu mahasiswa pada tingkat dasar selalu dibekali dengan pemrograman dasar (basic programming). Pemahaman dan kemampuan mahasiswa dalam basic programming menjadi kompetensi yang mendasar di bidang teknologi informatika dan komputer. Pada prinsipnya untuk dapat menguasai konsep di berbagai bahasa pemrograman, sangat dibutuhkan pemahaman dan kemampuan dalam dasar pemrograman itu sendiri.

Hasil pengamatan peneliti, capaian pembelajaran pada beberapa pemrograman tingkat lanjut yang membutuhkan kompetensi dasar pemrograman masih belum sepenuhnya mencapai hasil yang diharapkan. Kurangnya kompetensi mahasiswa dalam konsep basic programming sering sekali menjadi kendala pada mata kuliah berikutnya yang berhubungan dengan ini. Hal ini dapat dilihat ketika dosen yang memberikan materi pada mata kuliah pemrograman lanjut sering sekali harus mengulang kembali prinsip-prinsip yang terdapat pada konsep dasar pemrograman.

Permasalahan lain yang diamati adalah minimnya waktu dalam proses pembelajaran tatap muka secara langsung antara dosen dan mahasiswa. Teori dan praktik pada basic programming dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu pertemuan saja untuk setiap minggunya. Keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran ini, menyebabkan proses latihan yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa secara berulang-ulang sering sekali tidak tuntas.

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan solusi dari permasalahan diatas. Upaya yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang basic programming. Pelatihan dirancang untuk bisa dilaksanakan diluar waktu perkuliahan dan tidak terkait dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan mahasiswa dalam perkuliahan, sehingga memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa selaku peserta pelatihan untuk meng-eksplore kemampuannya. Pelatihan basic programming ini juga dirancang untuk dapat dilaksanakan secara online menggunakan web learning yang telah dipersiapkan.

Berdasarkan proses dan tujuan pelatihan tersebut, dikembangkan suatu model yang dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan pelatihan basic programming. Pengembangan model ini didasarkan dengan melakukan kajian terhadap teori, pendekatan, model pembelajaran, dan metode yang diyakini dapat mendukung tercapainya tujuan dari pelatihan. Teori yang melandasi pengembangan model ini adalah teori konektivisme yang dikemukakan oleh George Siemen (2005) dan dilengkapi dengan teori konstruktivisme. Pendekatan pembelajaran dilakukan pada pendekatan saintifik untuk menciptakan pembelajaran student’s self concept. Selanjutnya model yang dikolaborasikan dalam pengembangan ini adalah model discovery learning yang dilengkapi dengan metode demonstration learning.

Prosedur pengembangan yang dipedomani dalam pengembangan ini mengikuti tahapan penyederhanaan model Borg & Gall (1983) menurut Sugiyono (2017) yang teridiri dari tahap pengumpulan data, tahap perencanaan dan desain produk, tahap pengembangan, dan tahap validasi dan uji coba.
Pengembangan yang dilakukan berdasarkan teori, pendekatan, metode, dan media pendukung serta prosedur yang telah ditetapkan menghasilkan sebuah model baru yang diberi nama Model Web Enhanced Learning in Computer Programming atau disingkat Model WELComP. Pemberian kata web pada model ini didasarkan pada penggunaan web learning sebagai media dalam proses pelaksanaan pelatihan. Proses pelaksanaan pelatihan pada penelitian ini dilakukan dalam jaringan internet (online) melalui web learning yang sudah dikembangkan.

Model WELComP berisi tahapan-tahapan (sintaks) pembelajaran yang menciptakan suatu proses pelatihan secara online. Sintak yang dihasilkan pada pengembangan model WELComP dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Tahapan Pengembangan Sintak Model WELComP

Sintak yang dihasilkan pada model WELComP merupakan acuan aktivitas yang dilakukan oleh instruktur dan peserta dalam melaksanakan pelatihan basic programming. Aktivitas dari setiap sintak pada model WELComP dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Aktivitas Setiap Sintak Pada Model WELComP

Proses pelatihan dengan menggunakan model WELComP untuk bidang pemrograman komputer ini telah teruji valid, praktis, dan efektif berdasarkan penilaian para ahli, pengguna dan hasil yang diharapkan. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan bahwa Model WELComP merupakan solusi dalam meningkatkan kompetensi basic programming, terutama bagi mahasiswa PTIK FT Unimed.

Kolaborasi pendekatan, model dan metode pada pengembangan model WELComP ini juga menghasilkan produk-produk pendukung seperti media welcomp-training, buku model, buku materi pelatihan, buku panduan instruktur, dan buku panduan peserta pelatihan. Produk-produk penelitian digunakan setelah melalui tahapan validasi oleh para ahli dibidangnya masing-masing. Produk-produk tersebut telah teruji valid, praktis, dan efektif dalam mendukung pelatihan meningkatkan kompetensi basic programming.

Dampak instruksional dari model WELComP adalah hasil pelatihan yang sesuai dengan tujuan awal pelatihan yaitu meningkatkan kompetensi peserta pelatihan dalam bidang kajian basic programming sehingga pada akhir pelatihan dapat menjadi seorang basic programmer yang kompeten dan dapat bersaing di dunia kerja maupun industri. Dampak pengiring dari pelatihan ini adalah hasil lainnya yang diperoleh peserta dalam pelatihan ini seperti terbangunnya kemandirian dalam melakukan aktivitas proses pelatihan.

Implikasi temuan ini menghasilkan model WELComP yang diterapkan pada pelatihan secara online melalui website welcomp-training dan sistem pendukung berupa produk penelitian lainnya memungkinkan mahasiswa dapat belajar secara lebih fokus, dimana saja, dan kapan saja. Interaksi yang dibangun melalui web memberikan hasil pelatihan yang cukup signifikan. Pengalaman belajar dalam bentuk pelatihan yang dilaksanakan secara online memberikan sebuah metode berlatih dengan memanfaatkan kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi. Peserta dan instruktur pelatihan dapat melaksanakan pelatihan dimana saja, kapan saja, tanpa dibatasi jarak, ruang, dan waktu. Model pelatihan WELComP juga dapat dijadikan sebagai jembatan untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Konstribusi yang diberikan model ini sangat relevan mendukung pembelajaran abad ke-21. Model ini juga memuat softskill seperti keterampilan berfikir kritis, kreatif, komunikasi dan kolaborasi sesuai dengan tuntutan era revolusi 4.0. Selain itu, model ini juga mendukung ketiga literasi era revolusi industri 4.0 seperti literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia.

Artikel ini ditulis oleh Dr.(c) Amirhud Dalimunthe, S.T., M.Kom. berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor pada Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pascasarjana Universitas Negeri Padang dengan Promotor Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed dan Co-Promotor Prof. Ir. Syahril, M.Sc., Ph.D. Penulis telah dinyatakan lulus pada tanggal 11 September 2021 pada ujian tertutup mempertahankan disertasi di depan dewan penguji disertasi yang terdiri dari Prof. Ganefri, Ph.D (Ketua), Dr. Fahmi Rizal, M.Pd., M.T. (Sekretaris), Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd. (Penguji), Dr. Sukardi, M.T. (Penguji), dan selaku penguji luar institusi adalah Prof. Dr. H. Sarjon Defit, S.Kom., M.Sc. dari Universitas Putra Indonesia YPTK Padang. Luaran penelitian telah dipublikasikan berupa artikel di jurnal internasional bereputasi (Q4) dengan judul The Development of Training Model of Web Enhance Learning in Computer Programming (WELComP) Resulting in Basic Programmer Competence. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.