07/05/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Model Work Based Learning berorientasi Kampus Merdeka pada Mata Kuliah Kriya Batik

Model Work Based Learning berorientasi Kampus Merdeka pada Mata Kuliah Kriya Batik

Dr. Mega Kencana M.Sn, di S3 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Padang.

Artikel ini memaparkan Model Work Based Learning berorientasi Kampus Merdeka pada Matakuliah Kriya Batik

Sebagai proses sosial, pendidikan adalah sebuah langkah fasilitasi potensi untuk mendapatkan pengembangan pribadi yang maksimal untuk mewarisi nilai budaya dan mewujudkan peran dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mengembangkan kemampuan, keterampilan, sikap mental, daya saing, dan peran aktif dalam era globalisasi. Output yang harus dimiliki setelah mengikuti pendidikan adalah kompetensi sesuai dengan jenjang dan dasar keahlian atau keterampilan yang dipelajari. Pendidikan di Indonesia harus direformasi dengan cara memperbaiki keseluruhan aspek dengan tujuan untuk menghasilkan output yang memiliki daya saing yang tinggi di pasar tenaga kerja, kompetitif dan cerdas.

Pendidikan berperan penting dalam peningkatan mutu SDM. Untuk itu, pemerintah perlu mengeluarkan beberapa kebijakan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut.

Kebijakan pendidikan terbaru di Indonesia saat ini adalah kebijakan merdeka belajar.

Model Work Based Learning Berorientasi Kampus Merdeka.
Model Work Based Learning Berorientasi Kampus Merdeka.

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini yang terus bergerak menuju kemajuan, membuat pendidikan menjadi prioritas utama bagi negara.

Pemerintah menyadari bahwa, majunya suatu negara sangat tergantung pada mutu sumber daya manusia di negara tersebut.

Pentingnya pembelajaran yang disesuaikan dengan lingkungan kerja, relevan antara belajar di kelas dengan industri.

Menghadapi dan menjelaskan kebijakan pemerintah tentang Kampus merdeka. Permasalahan yang ada karena belum maksimal pemanfaatan teknologi dalam penyampaian materi perkuliahan dalam proses pembelajaran kriya batik.

Belum relevan pembelajaran antara perguruan tinggi dengan industri. Masih terdapat kesenjangan implementasi Kampus Merdeka di perguruan tinggi.

Untuk mengatasi persoalan tersebut maka telah dikembangkan suatu model pembelajaran work based learning berorientasi Kampus Merdeka pada mata kuliah Kriya Batik.

Pengembangan model work based learning berorientasi Kampus Merdeka ini, berlandaskan pada filosofis untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Di samping itu juga didasari filosofi Technical and Vocational Education and Training (TVET) yang merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang terjadi di lingkungan pendidikan maupun tempat kerja, yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk dunia kerja.(UNESCO, 2005; Haruna, & Kamin, 2019).

Model work based learning juga lebih menekankan belajar di industri untuk meningkatkan keterampilan, sejalan dengan hasil penelitian (Haruna, & Kamin, 2019) yang menunjukkan pentingnya belajar di industri.

Dampak positif terhadap pembuat kebijakan, pendidik, dan masyarakat dapat berkontribusi untuk pengembangan TVET dengan mendukung penggabungan work based learning ke dalam praktik TVET yang standar.

Sedangkan temuan dari (Kamin, et, al. 2018) work based learning lebih dominan belajar di tempat kerja, yang mencakup pengalaman nyata setelah belajar teori.

Peneliti mengkombinasikan model work based learning dengan Kampus Merdeka. Letak variabel pengembangan model tersebut mengadopsi beberapa penelitian yang relevan, kelebihan dari model tersebut, dan orientasi kampus merdeka belajar yang telah ada sebelumnya, sehingga menjadi work based learning berorientasi Kampus Merdeka.

Bagian dari Kampus Merdeka yang di adopsi adalah beberapa ciri-ciri yang ada pada Kampus Merdeka.

Ciri-ciri dari Kampus Merdeka yang di adopsi adalah ciri-ciri memiliki orientasi untuk bebas belajar di luar kampus, sehingga tercipta budaya belajar yang inovatif, tidak membatasi, dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Prahani, dkk, 2020 ; Kemendikbud, 2020). Ciri lainnya pada Kampus Merdeka memiliki sistem pengajaran berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi sebagian di luar kelas, salah satunya di industri. (Al Azmi, & Trinova, 2020 ; Kemendikbud, 2020). Kampus Merdeka bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja lulusan. (Purwanti, 2021).

Termasuk capaian untuk mempersiapkan lulusan yang mampu untuk berwirausaha, mampu untuk menghasilkan ekonomi, mampu terserap pada dunia kerja.

Kampus Merdeka dengan beberapa konsepnya juga memuat aliran filsafat progresivisme John Dewey yang sama-sama menekankan adanya kemerdekaan dan keleluasaan lembaga pendidikan dalam mengekplorasi secara maksimal kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Model work based learning berorientasi kampus merdeka yang dikembangkan tersebut juga didukung teori belajar konstruktivisme, model yang dikembangkan ini mencerminkan pembelajaran di tempat kerja, adanya unsur memecahkan masalah.

Konstruktivisme memerlukan peran aktif dalam penyelesaian masalah dengan aktivitas belajar otentik yang relevan dan belajar di tempat kerja sebagaimana teori-teori dari Dewey, Piaget, dan Bruner (Chadd & Anderson, 2005).

Pembelajaran di tempat kerja yang pembelajarannya secara kontekstual nyata (Smith, 2001; Berns & Erickson, 2001). Pihak kampus dapat memperkuat dan memperluas pembelajaran yang dicapai baik dikelas dan di tempat kerja untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dari pengalaman di dua tempat tersebut sehingga memungkinkan tersambung pembelajaran dengan real-life work activities (Lynch & Harnis, 1998).

Pada Kampus Merdeka diberikan kepada peserta didik untuk dapat meningkatkan kompetensi, terutama 6C (creativity, collaboration, communication, compassion, critical thinking, and computational thinking) (Yani, , 2021; Sari, Siregar, & Lubis, 2021; Andari, 2021). Pentingnya 6C terkait adaptasi terhadap hal baru lingkungan dan dunia kerja berkenaan dengan link and match antar lembaga pendidikan dan industri. (Andari, dkk , 2021). Pada model work based learning berorientasi Kampus Merdeka juga diukur ketercapaian dari 6C.

Model yang dikembangkan trsebut memiliki novelty/kebaharuan belajar di lingkungan kerja di industri yang berorientasi kampus merdeka, link and match dengan industri, terdapat projek independen, terdapat fokus objek kerja batik di industri mengenai topik-topik seperti desain motif batik, memindahkan motif ke kain, mencanting, mewarnai dan proses sampai selesai kain batik dan memuat unsur soft skill 6C.

Posisi model work based learning berorientasi Kampus Merdeka sebagai berikut:

Berikut ini penjelasan aktivitas langkah-langkah sintak model work based learning berorientasi Kampus Merdeka sebagai berikut:

1. Orientasi pembelajaran, pada tahap ini dilakukan persiapan pembelajaran, degan memberi instruksi pembelajaran di industri 75% dan di kelas 25% (10% diawal pengenalan materi, 15% persentasi dan evaluasi), persiapan panduan dosen, panduan instruktur, panduan mahasiswa, pemberian apersepsi dan motivasi, pada tahap ini pembelajaran dilakukan di kelas.

2. Identifikasi sumber dan memecahkan masalah, pada tahap ini mahasiswa mengidentifikasi materi pembelajaran, mengakses materi dan bahan praktik, menginvestigasi dan memecahkan masalah, pada tahap ini pembelajaran di kelas.

3. Penyusunan jadwal praktik di industri, pada tahap mahasiswa membagi kelompok, mahasiswa menyusun topik projek di kelas baik mandiri dan kelompok, dan membuat jadwal dimulainya projek di industri, membuat pojek di industri, progres projek hingga penyelesaian projek sampai laporan dan evaluasi.

4. Belajar indenpenden industri, pada tahap ini mahasiswa belajar di lingkungan kerja khususnya di industri untuk pengalaman secara nyata.

5. Monitoring belajar di industri, pada tahap ini untuk memantau hasil projek mahasiswa selama belajar di industri, monitoring dilakukan secara langsung di industri dan memanfaatkan fasilitas komunikasi melalui internet, untuk saling memantau dan komunikasi.

6. Memilih fokus objek kerja batik di industri, pada tahap ini menentukan fokus praktik pada mata kuliah batik mengenai topik-topik seperti peralatan dan bahan-bahan batik, desain motif batik, memindahkan motif ke kain, mencanting, mewarnai dengan teknik colet, mewarnai dengan teknik celup, melorot lilin/ malam.

7. Presentasi dan laporan sesuai fokus objek di industry. Pada tahap ini hasil projek yang telah dibuat perlu dilakukan presentasi, menyampaikan kendala-kendalanya dan membuat laporan akhir projek, dan ditahap ini dilaksanakan di kelas.

8. Mengevaluasi pengalaman di industri dan hasil belajar, pada tahap ini mengevaluasi pengalaman mahasiswa belajar di industri mengenai hal-hal yang didapat, serta pada tahap ini juga diberikan tes kognitif secara tertulis, penilaian sikap 6C melalui observasi, dan keterampilan melalui unjuk kerja hasil projek.

Model work based learning berorientasi kampus merdeka pada matakuliah Kriya Batik mampu menciptakan lingkungan belajar di tempat kerja yang relevan antar pembelajaran di kelas dengan dunia industri. Dampak model pada capaian dampak instruksional mahasiswa mampu memiliki kemampuan menganalisis, memecahkan masalah, menghasilkan produk pendidikan vokasi yang kreatif, soft skill yakni 6C, keterampilan kerja, kompetensi.

Dampak pengiring setelah diterapkan model tersebut mampu menciptakan pembelajaran fleksibel sesuai konsep merdeka belajar, penambahan wawasan dengan experiential learning, belajar dibanyak tempat, saling bekerjasama, serta mencakup sistem sosial, reaksi dan sistem pendukung.

Dapat disimpulkan bahwa model work based learning berorientasi kampus merdeka pada matakuliah Kriya Batik dinyatakan valid, praktis, efektif dan memiliki kebaruan sehingga layak untuk diterapkan pada pendidikan teknik dan kejuruan.

Novelty dari model yang dikembangkan ini adalah belajar di lingkungan kerja di industri yang berorientasi kampus merdeka, link and match dengan industri, terdapat projek independen, terdapat fokus objek kerja batik di industri mengenai topik-topik seperti desain motif batik, memindahkan motif ke kain, mencanting, mewarnai dengan teknik colet dan teknik celup, memuat unsur soft skill 6C.

Hasil temuan telah menghasilkan sebuah model pembelajaran, dan beberapa produk seperti buku model, buku panduan, dan menghasilkan publikasi artikel yang telah aceppted dengan judul Work Based Learning Model based on Kampus Merdeka in Vocational Education.

Tim Promotor terdiri dari Prof. Agusti Efi, M.A, dan Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd. Untuk penguji internal dari Universitas Negeri Padang yakni: Prof. Ganefri, Ph. D.; Dr. Fahmi Rizal, M.Pd., M.T;Prof. Dr. Ambiyar., M. Pd; Dr. Ridwan, M. Sc. Ed; Dr. Hansi Effendi, ST., M. Kom,; Dr. Ahyanuardi, M. Pd, serta penguji ekternal Prof. Dr. Sumarno, M. Pd ( Penguji eksternal – Guru Besar Unimed Medan ).

(Dr. Mega Kencana M.Sn, di S3 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Padang.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.