26/04/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Eks Kombatan ISIS asal Sumbar : Jangan Terpengaruh Doktrin Jihadis

Eks Kombatan ISIS asal Sumbar : Jangan Terpengaruh Doktrin Jihadis

Mantan Kombatan ISIS Suriah asal Sumbar, Yahya ajak pemuda jangan terpengaruh doktrin jihadis.

Padang, Rakyat Sumbar–Tanda-tanda kekalahan Islamic State of Iraq and the Levant (ISIS) mulai terlihat ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) membuat 3.000 kombatan bersama ribuan keluarga ISIS menyerahkan diri, Maret 2019. Desa Baghouz, tepi Sungai Eufrat merupakan salah satu basis terakhir ISIS di Suriah, setelah SDF bersama milisi Kurdi membombardir 9 Februari 2019.

Hingga akhirnya mantan kombatan ISIS di Suriah asal Indonesia, Yahya bertobat dan masyarakat generasi muda di ranah Minang untuk tidak terpengaruh doktrin postingan di media sosial atau dari sumber mana pun yang belum teruji. Doktrin postingan untuk menjadi Jihadis ke Suriah.

“Saya berpesan kepada adek-adek, teman-teman atau yang lebih tua dari saya. Kepada antum yang ada girah berjuang ke Suriah. Berpikirlah dulu, sebelum berangkat. Jangan terpengaruh doktrin di medsos atau mana pun untuk berangkat ke sana,” tegas pria asal Kabupaten Pasaman itu.

Veteran Jihadis Jabhah An-Nusrah, afiliasi Al Qaeda ini mengungkapkan, ia telah menyaksikan secara mata kepala kondisi yang terjadi di Suriah. Ia menilai perang di negara itu bukan konflik membela Islam. Melainkan hanya kepentingan dari elit politik yang hendak berkuasa di sana.

“Bukan Islam yang dibela di sana, melainkan hanya kepentingan politik,” katanya.

Pada 2016 silam ia kembali ke Tanah Air dan tertangkap di Malaysia hingga didepertoasi ke Indonesia dan mendekam dalam sel selama lima tahun. Yahya mengaku dirinya berangkat ke Suriah dan bergabung dalam kelompok itu pada Mei 2014. Awal ke Suriah, diawali semangat melihat kaum Islam Sunni (firkah Muslim terbesar disebut dengan Ahlus-Sunnah wal Jama’ah atau golongan menjalankan sunnah (Muhammad) dengan penekanan pada peneladanan peri kehidupan Muhammad) mendapat penindasan rezim Presiden Bashar Al-Assad.

“Itu yang membangkitkan girah saya untuk menolong saudara Muslimin di Suriah,” katanya. “Saya mulai mempelajari keutamaan jihad dan mati syahid, sehingga membangkitkan semangat dan keberanian untuk berangkat.”

Setiba di Suriah, ia bersama lima dari Sumbar, Indonesia dibagi dua kelompok, kelompok ISIS dan kelompok Jabhah An-Nusrah. Pada kelompok Jabhah An-Nusrah, afiliasi Al Qaeda ia dimasukan. Kelompok itu katanya dipimpin Abu Muhammad Al-Jaulani Al Fatih.

“Kami ada lima dari Sumbar yang berangkat ke sana, dan yang gabung ke ISIS banyak dari Sumbar dan saya sendiri masuk kelompok di bawah pimpinan Abu Muhammad Al-Jaulani Al Fatih,” ujarnya.

Yahya turut berperang di sana selama 2,5 tahun dan mendapat tugas melakukan pembebasan wilayah. Tidak itu saja ia pernah belajar dengan Syeikh Abu Firas Al As Suri, juru bicara Jabhah An-Nusrah, mantan tentara nasional Suriah yang berangkat ke Afganistan jadi jihadis. Seperti apa yang terjadi di Suriah? Ia menjawab yang terjadi di Suriah, adanya kelompok takfiri (kelompok yang mudah memberikan vonis kafir-red) masuk Suriah. Masuknya kelompok ini awalnya hanya melakukan dakwah. Namun, lama-kelamaan kelompok ini membawa militer masuk ke dalam Suriah.

Mereka mulai memunculkan fitnah dan memaksa semua kelompok untuk berbaiat dengan klaim munculnya khilafah. Padahal, sebelum masuknya kelompok ini, pihak oposisi pemerintah dan mujahidin sudah 70 persen menguasai Suriah. Namun munculnya kelompok ini dan kelompok ISIS dari Irak, berhasil membuat konsentrasi oposisi dan mujahidin terpecah.

“Oposisi dan mujahidin tidak hanya fokus gulingkan pemerintah, tetapi juga harus menghadapi serangan dari kelompok takfiri ini dan ISIS dari belakang. ISIS sendiri jarang menyerang pemerintah,” ungkapnya.

ISIS bahkan menfatwakan semua warga yang berada di tempat mujahidin itu kafir. Sampai mereka menembakan gas beracun untuk daerah di luar mereka, yang disebut dengan darul kufur. Sehingga dengan melihat kondisi itu, Yahya menilai ternyata konflik di Suriah hanyalah kepentingan politik. Ia pun mengingatkan generasi muda yang masih sekolah. Bila ingin berjuang yang benar itu harus belajar rajin, agar berprestasi dan membanggakan orangtua.

“Selain membanggakan orangtua, ilmu diraih dapat dimanfaatkan untuk berbakti kepada bangsa dan negara,” kata Yahya menutup. Tuturnya ini sebelumnya juga telah terekam via channel youtube, Sofyan Tsauri channel.(hrf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.