Ini Komoditas Penyumbang Deflasi Sumbar 0,41 Persen pada April 2020
Padang, Rakyat Sumbar — Provinsi Sumbar mengalami deflasi sebesar 0,41 persen pada April 2020. Deflasi yang terjadi disaat pandemi virus Korona ini disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau.
“Menurun dibandingkan realisasi Maret 2020 yang deflasi sebesar 0,01 persen,” kata Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumbar, Wahyu Purnama Armyntos, melalui siaran pers yang diterima Rakyat Sumbar.
Ia melanjutkan, deflasi tersebut berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi dengan andil 0,30 persen.
“Ini didorong oleh penurunan harga berbagai komoditas bahan makanan antara lain cabai merah, daging ayam ras dan ayam hidup dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,34 persen, 0,09 persen dan 0,03 persen,” ujar Wahyu.
Masih kata Wahyu, penurunan harga komoditas dari kelompok makanan, minuman dan tembakau didorong oleh melimpahnya pasokan di masyarakat seiring dengan memasuki masa panen.
“Kelompok lain yang turut menyumbang deflasi pada April 2020 yaitu kelompok transportasi serta kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,14 persen dan 0,08 persen,” ujarnya.
Ia menjelaskan, komoditas utama yang menyumbang deflasi pada kelompok tersebut yaitu tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar 0,26 persen dan biaya pulsa ponsel dengan andil deflasi 0,08 persen.
“Penurunan tarif angkutan udara didorong oleh penurunan permintaan karena adanya pembatasan penerbangan penumpang dan larangan mudik oleh pemerintah dalam rangka mengurangi dampak penyebaran virus Covid-19,” tuturnya.
Selain itu sambung Wahyu, laju inflasi Sumbar pada April 2020 tercatat berada di bawah realisasi inflasi nasional yang sebesar 0,08 persen dan realisasi Kawasan Sumatera yang mengalami deflasi sebesar 0,23 persen.
“Kmoditas penyumbang inflasi di kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain bawang merah, udang basah, jengkol dan gula pasir yang menyumbang inflasi dengan andil masing-masing sebesar 0,10 persen, 0,03 persen, 0,03 persen dan 0,02 persen,” bebernya.
Ia menyampaikan, peningkatan harga bawang merah didorong oleh penurunan produktivitas panen akibat tingginya curah hujan. Harga udang basah dan jengkol meningkat didorong oleh kenaikan permintaan di pasar.
“Harga gula pasir masih meningkat karena terbatasnya pemenuhan pasokan gula pasir yang dilakukan secara bertahap ditengah pasokan dari Lampung masih terbatas,” tambah Wahyu.
Menurutnya, tekanan inflasi pada April 2020 juga berasal dari inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09 persen menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,89 persen.
“Inflasi pada kelompok ini terutama disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen yang didorong oleh peningkatan harga emas dunia karena ketidakpastian global akibat mewabahnya virus Covid-19,” sebutnya. (byr)