04/05/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Ketua Jamaah Asyatahiriyah Dukung Mahyeldi Jadi Gubernur Sumbar

Ketua Jamaah Asyatahiriyah Dukung Mahyeldi Jadi Gubernur Sumbar

Cagub Sumbar nomor urut 4, Mahyeldi bersama Ketua Jamaah Asyatahiriyah Tengku Mudo Ismet Ismail.

Agam, Rakyat Sumbar– Sejumlah tokoh agama dan masyarakat Agam turut mendoakan calon gubernur Sumatera Barat nomor urut 4 Mahyeldi.
Dukungan kali ini datang saat Mahyeldi menyambangi tokoh masyarakat Mantuang yang juga Ketua Jamaah Asyatahiriyah Tengku Mudo Ismet Ismail.

“Pada masa kepemimpinan Mahyeldi, Padang mengalami transformasi luar biasa seperti pembenahan pantai di Padang dan perbaikan jalan utama di sekitar masjid,” kata Tengku Mudo Ismet Ismail, Jumat, (13/11/2020).

Ia menuturkan, perjalanan dari surau ke surau yang dilakukan Buya Mahyeldi, tidak sebatas hal yang tampak saja atau sekadar berpindah dari satu surau, ke surau lainya.

“Tidak begitu. Jika dilihat lebih dalam, ada empat  pesan yang ingin disampaikan Buya Mahyeldi ke masyarakat Sumatera Barat,” tuturnya.

Pertama, Buya Mahyeldi ingin menyampaikan pesan surau merupakan simbol orang Minang yang menganut filsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang harus tetap hidup.

Kedua, lanjut dia Tengku Mudo Ismet Ismail, Buya Mahyeldi menghadirkan pesan, surau merupakan tempat mulia yang harus selalu dimakmurkan dengan berbagai kegiatan ibadah. Seperti salat berjamaah, dzikir, dan kegiatan keagaman lainnya.

Ketiga, Buya Mahyeldi secara tidak langsung memberikan pesan, surau merupakan sumber dari peradaban. Jika ingin masyarakat dan daerah maju, maka kembalikan semuanya ke surau.

“Dan terakhir Buya Mahyeldi memberikan pesan penting, surau adalah jiwanya, surau adalah cerminan dirinya,” ujar Tengku Mudo Ismet Ismail.

Katanya, sangat jarang pemimpin atau calon pemimpin yang benar-benar menjadikan surau sebagai  orientasi utama dalam membuat kebijakan yang dihadirkan ke masyarakat.

“Yang ada hanya memanfaatkan surau sebagai sarana mendulang suara sesaat. Setelah hasrat terpenuhi suraupun ditinggalkan. Disorientasi dan kesalahan niat dalam membangun sebuah peradaban,” terangnya.

Dia mengungkapkan, hal tersebut tentu tidak bagi Buya Mahyeldi. Karena Buya Mahyeldi berasal dari surau tumbuh dan besar di surau.

“Bisa dilihat buah kepemimpinannya, Kota Padang kian tumbuh dan berkembang sangat pesat,” tukasnya.(edg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.