Dorong Kinerja, BNI Semester I Tumbuh Optimal
Berhasil sorong Kinerja, BNI pada semester I berhasil tumbuh optimal.
Jakarta, rakyatsumbar.id – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI membukukan tren kinerja dan ekspansi yang solid.
Hal ini pada kuartal kedua tahun ini seiring dengan fokus pertumbuhan yang sehat pada nasabah Top Tier.
Pencapaian tersebut diiringi pula dengan upaya memperkuat green portfolio dan implementasi prinsip-prinsip keberlanjutan.
Laba bersih BNI Semester I tahun 2022 ini tercatat mencapai Rp 8,8 triliun, atau tumbuh 75,1% secara tahunan atau year-on-year.
Pilihan fokus bisnis BNI untuk menjadi pionir lembaga keuangan yang memperkuat Green Financing telah berbuah manis.
Morgan Stanley Capital International (MSCI) mengumumkan hasil tinjauan indeks ESG Leader terkini.
Dari hasil tinjauan itu, MSCI meningkatkan peringkat BNI dalam MSCI Indonesia ESG Leader Index menjadi Top Three di Indonesia.
BNI juga masih menjadi pemegang Rating A dari MSCI, peringkat terbaik di industri saat ini.
Digitalisasi menjadi salah satu pendorong utama tingginya transaksi, baik oleh nasabah bisnis maupun individu.
Ini juga menjadi salah satu semangat dari implementasi bisnis berbasis green banking.
Pemilihan Ekonomis Terjadi dengan Sangat Baik
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan, BNI mencatat pemulihan ekonomi terjadi dengan sangat baik pada pertengahan tahun ini.
Geliat usaha serta konsumsi masyarakat semakin kuat sehingga mendorong kinerja BNI sebagai fungsi intermediator.
Sebagai first mover green banking, BNI telah membuktikan bahwa implementasi green financing di Indonesia mampu berkorelasi positif dengan profitabilitas.
Transformasi digital yang mendorong transaction banking terus mendorong implementasi green banking BNI semakin komprehensif.
“Kami sangat bersyukur dengan pencapaian kinerja sampai dengan pertengahan tahun ini.”
“Kinerja fungsi intermediasi semakin kuat seiring dengan tren pemulihan ekonomi.”
“Implementasi green banking dapat tetap dijalankan, dan bahkan menjadi potensi positif bagi kinerja profitabilitas,” katanya.
Menurutnya, pertumbuhan kinerja organik berbasis layanan digital di BNI telah menghasilkan pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) tertinggi dalam sejarah kinerja BNI.
Hal ini di hasilkan dari ekspansi kredit yang sehat dan didukung oleh DPK berbiaya murah atau CASA.
Net interest margin yang stabil di kisaran 4,7%, dan di topang dari tingginya pencapaian non-interest income.
Pada semester I tahun 2022 ini dapat mencapai Rp 7,6 triliun atau naik 11,0% YoY.
Laba bersih pun tercapai karena fungsi intermediasi yang terus menguat.
Kredit pada semester pertama tahun ini tercatat Rp 620,42 triliun, naik semakin positif dengan pertumbuhan 8,9% YoY.
Program yang Patut Menjadi Perhatian
Salah satu program yang patut di perhitungkan sebagai pendorong realisasi kredit terutama di segmen kecil dan menengah adalah Program BNI Xpora.
Selama semester I 2022 saja, BNI Xpora telah berhasil melakukan penyaluran kredit senilai Rp 7,2 triliun.
Bahkan hingga Juni 2022, penyaluran kredit kepada debitur UMKM yang berorientasi ekspor telah mencapai Rp 22,1 triliun. Dengan jumlah debitur mencapai 39.000 debitur.
Kinerja penghimpunan dana masyarakat juga tetap kuat dengan nilai dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 691,84 triliun, naik 7,0% YoY.
DPK tersebut didominasi oleh dana murah (CASA), yang mencapai 69,2% dari total DPK yang terhimpun.
Penyumbang terbesar CASA adalah nasabah tabungan yang aktif bertransaksi.
Hal ini melalui aplikasi BNI Mobile Banking dan giro dari nasabah pengguna cash management services pada BNI Direct.
“Per Juni 2022, pengguna BNI Mobile Banking berkontribusi terhadap 59,2% tabungan.”
“Sementara, 92% dana giro dikontribusikan oleh pengguna layanan cash management,” katanya.
Green Financing Terus Tumbuh
Royke menyampaikan, hingga akhir Juni 2022, pembiayaan BNI pada segmen hijau telah mencapai Rp 176,6 triliun atau sebesar 28,6% dari total kredit.
Seluruh pembiayaan tersebut diperuntukkan bagi industri yang menghasilkan produk atau jasa yang berdampak positif terhadap lingkungan hidup.
Pembiayaan hijau atau green financing BNI sejauh ini utamanya di berikan untuk kebutuhan pembangunan ekonomi melalui pemberdayaan UMKM senilai Rp 117,9 triliun.
Adapun, selebihnya digunakan untuk kebutuhan pembangunan ekosistem lingkungan hijau Rp 16,1 triliun.
Sementara energi baru terbarukan (EBT) sebesar Rp 12,0 triliun pengelolaan polusi sebesar Rp 7,2 triliun. Serta pengelolaan air dan limbah sebesar Rp 23,4 triliun.
Dia juga menekankan bahwa pembiayaan pada Energi Baru Terbarukan atau EBT terus meningkat dengan cukup kuat.
Hingga pertengahan tahun ini, pembiayaan ke EBT diperuntukan bagi kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Air, Tenaga Surya, serta Biogas.
“Dalam upaya mendukung green portfolio, BNI menjadi pionir dengan menerbitkan green bond dalam denominasi rupiah senilai Rp 5,0 triliun.
Penerbitan ini nantinya akan digunakan untuk mendorong kinerja green banking. Khususnya pembiayaan pada 11 kategori area hijau sesuai POJK 60/ POJK.04/2017,” ujarnya.
Kinerja Layanan Digital
Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati mengatakan, transformasi digital telah memberi kontribusi yang cukup kuat.
Baik dari segi operasional maupun profitabilitas BNI.
Sebagai salah satu pionir digital banking, perseroan proaktif meningkatkan kapasitas dan kapabilitas layanan.
Hal ini dalam mendorong dan mengembangkan solusi digital bagi para nasabah.
BNI mencatat jumlah pengguna aplikasi BNI Mobile Banking mencapai 12,14 juta nasabah sampai dengan Juni 2022 atau meningkat 34,7% YoY.
Jumlah transaksi meningkat signifikan sebesar 34,8% hingga mencapai 271 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp 368 triliun atau tumbuh 36,8% YoY.
“Tentunya pencapaian yang sangat baik ini akan terus di jaga dan ditingkatkan.”
BNI terus memperkuat eksistensi untuk menjadi channel layanan perbankan utama bagi nasabah perbankan Indonesia,” kata Adi Sulistyowati yang akrab disapa Susi.
Susi melanjutkan, perseroan telah menjalin partnership dengan lebih dari 4.000 partner API dengan total layanan mencapai 443 layanan.
Fungsi perbankan untuk memberikan akses layanan keuangan kepada masyarakat.
Terutama di remote area, juga terus di tingkatkan dengan menjadikan layanan branchless banking atau BNI Agen46 sebagai ujung tombak.
Jumlah Agen46 yang merupakan perpanjangan tangan bank ini sudah mencapai lebih dari 161.000 agen untuk membantu.
LBahkan, nilai volume transaksi dari Agen46 sudah mencapai Rp 37,32 triliun.
Layanan uang elektronik lewat produk Tapcash juga turut mendukung tren transaksi non tunai masyarakat.
Total 8,89 juta kartu Tapcash yang beredar mampu mendukung transaksi transportasi, F&B, dan minimarket dengan volume transaksi sebesar Rp 698 miliar.
Business Banking Juga Menguat
Selain itu, kinerja digital Business Banking juga tercatat semakin kuat pada paruh pertama tahun ini.
Solusi digital bisnis BNIDirect membukukan kinerja yang semakin kuat.
Dengan total user telah mencapai 79.800, BNIDirect telah membukukan volume transaksi lebih dari Rp 2.500 triliun.
“Seluruh otorisasi transaksi BNIDirect diamankan dengan PIN Dinamis yang dihasilkan oleh token fisik atau mobile.”
“Peran BNIDirect sebagai Corporate Digital Services selama ini sangat membantu nasabah bisnis dan terus mendapat apresiasi,” sebutnya.
Kinerja Fungsi Intermediasi
Sementara itu, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengutarakan, BNI mampu mendorong kinerja fungsi intermediasi semakin kuat pada kuartal kedua 2022.
Kredit di segmen korporasi masih menjadi motor akselerasi kredit BNI.
Selama kuartal kedua 2022 ini, BNI menyalurkan pencairan kredit Rp 74,3 triliun, lebih tinggi ketimbang kuartal kedua 2021 yang mencapai Rp 59,3 triliun.
Pencairan kredit di kuartal kedua 2022 ini utamanya disalurkan kepada top tier debitur korporasi.
Akselerasi penyaluran kredit ini menjadikan pembiayaan ke segmen Korporasi Swasta yang tumbuh 14,7% YoY menjadi Rp 205,3 triliun.
Segmen large commercial yang tumbuh 31,2% YoY menjadi Rp 48,5 triliun, segmen small juga tumbuh 10,2% yoy dengan nilai kredit Rp 100,2 triliun.
Secara keseluruhan kredit di sektor Business Banking ini tumbuh 7,7% YoY menjadi Rp 512,3 triliun.
“Sektor ekonomi yang dibidik di segmen business banking adalah sektor manufaktur, perdagangan, pertanian, transportasi dan pergudangan, serta telekomunikasi.”
“BNI juga masuk pada sektor ekonomi hijau seperti energi baru dan terbarukan,” katanya.
Dari sisi kredit konsumer, Novita mengatakan, BNI mampu mencetak kinerja positif di bisnis kredit payroll dengan pertumbuhan 19,6% YoY.
Menjadi Rp 39,1 triliun dan kredit pemilikan rumah yang tumbuh 7,6% YoY menjadi Rp 51,2 triliun.
“Dengan brand consumer banking BNI yang semakin kuat, BNI mampu meningkatkan daya saing.”
“Sambil meluncurkan berbagai inovasi guna meningkatkan daya tarik produk konsumer dalam berkompetisi dengan peers,” sebutnya.
Berharap Makin Membaik
BNI berharap tren kinerja ekonomi pada semester kedua tahun 2022 akan kembali membuat fungsi intermediasi dan kinerja BNI semakin kuat.
Dengan semakin kuatnya potensi pertumbuhan debitur green banking, BNI tetap optimistis pertumbuhan kredit sampai dengan akhir tahun antara 7% hingga 10% pada tahun ini.
“Dengan tren pemulihan ekonomi yang terus berlanjut, dan transformasi yang kami lakukan sudah mulai menunjukkan hasil.”
“Maka kami pun berharap laba tahun ini mampu menembus rekor laba tertinggi sepanjang sejarah BNI,” sebutnya.
Novita meyakini, ruang untuk ekspansi BNI masih sangat terbuk dari loan to deposit ratio (LDR) yang berada pada posisi 90,1%.
Di sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada pada posisi kuat 18,42%.
Perolehan kinerja positif ini tidak terlepas dari dukungan Pemerintah.
Lantaran telah membuat iklim berbisnis menjadi sangat kondusif meskipun di tengah ancaman krisis global.
Restrukturisasi kredit akibat pandemi terus menunjukkan perbaikan yang semakin signifikan.
“Kredit restrukturisasi Covid-19 tercatat telah berada pada Rp 62,9 triliun turun dari posisi periode sama tahun lalu sebesar Rp 81,8 triliun.”
“Bahkan, 64% debitur BNI yang terdampak pandemi telah mulai melakukan pembayaran di atas base lending rate.”
“Sehingga kami optimis tren perbaikan kualitas kredit akan terus berjalan di semua segmen,” imbuhnya.
Kinerja Saham
Lebih jauh Novita mengatakan, harga saham BBNI ditutup pada harga Rp 7.850 pada 30 Juni 2022 atau meningkat 69,5% dari setahun sebelumnya.
Dengan kapitalisasi pasar Rp 146,4 triliun, BBNI tetap menjadi pilihan utama investor.
Selain karena pencapaian kinerja yang positif dan solid pada paruh pertama 2022, beberapa poin dapat menjadi catatan pendukung bagi investor BNI.
Pertama, Perseroan termasuk entitas bisnis keuangan yang terdepan dalam melaksanakan transformasi digital. Ini untuk mempersiapkan pondasi bisnis di masa depan.
Kedua, Perusahaan juga melakukan transformasi korporasi secara menyeluruh menjadi bank yang berfokus pada profitabilitas.
Ketiga, BNI memiliki valuasi yang atraktif, karena belum mencerminkan kondisi fundamental sebenarnya.
Dari sisi transformasi, perseroan terus memperkuat aspek penguatan permodalan, digitalisasi serta perbaikan kualitas aset.
“Dalam jangka panjang, upaya transformasi ini di arahkan untuk membawa BNI menjadi bank.”
“Dengan profitabilitas yang tinggi di industri,” pungkasnya. (adv)