Taratak Hingga Beranak Pinak
Oleh : M. Biahlil Badri
PT. Semen Padang, jika membicarakannya mengantarkan saya pada suasana perjalanan pulang dari Kota Padang menuju Solok. Gapura besar di sebelah kiri dan bukit kapur berwarna putih di sebelah kanannya. Berfikir bahwa suatu saat bukit ini akan habis dan datar, di samping itu juga saya teringat tidak sedikit orang yang hidup dan berkerja di atas kapur itu.
Hal yang berbeda ketika saya singgah di panorama saat malam hari. Bukit kapur itu tidak terlihat. Hanya saja lampu kota yang terlihat jelas dari tempat saya duduk. Dan mungkin saja para pekerja di bukit kapur itu berada di antara lampu-lampu kota. Beristirahat bersama keluarga dan bercerita tentang siang sewaktu bekerja.
Cerita pekerja bersama keluarganya, mungkin tak sepanjang cerita perjalanan perusahaan industri yang sudah lama berdiri di Indarung, Padang, Sumatera Barat. Dalam masa perjalananya hingga kini, pabrik ini banyak mengalami perpindahan kekuasaan. Berada di dua bagian wilayah kekuasaan, terhentinya pembangunan karena Perang Dunia ke-II, hingga sempat akan dijual pada pabrik semen asing dengan harga besi tua. Hal ini menjadikannya dewasa dalam iklim politik kekuasaan. Kalahnya Belanda pada Perang Dunia ke-II, pemerintahan diambil alih Jepang, lalu pengelolaan atau operasi pabrik diberikan kepada seorang karyawan Indonesia bernama Doesoen.
Sebelum ditemukan, Indarung dikenal sebagai taratak, yakni nagari atau desa yang strukturnya belum lengkap. Seperti belum ada masjid, pandam pakuburan, dan lainnya. Dalam arti lain, jauh dari akses pemerintah kota, minim dalam jalur transportasi dan penerangan. Hingga saat telah ditemukan, perusahaan ini menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat setempat.
Basri Dt. Rajo Usali (Ketua Kerapatan Adat Nagari Lubuk Kilangan) pada Annual Report 2015 PT. Semen Padang, mengatakan bahwa ia sebagai masyarakat yang berada di lingkungan Semen Padang sangat bangga dengan program-program CSR Semen Padang. Karena masyarakat merasa diperhatikan dan diikutsertakan dalam menyusun program maupun dalam pelaksanaan dan evaluasi program, sehingga pembangunan lingkungan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui, PT. Semen Padang merupakan salah satu perusahaan industri yang mengelola bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, produk utamanya adalah semen. Kehadiran perusahaan ini di Minangkabau, juga memberi pengaruh pada pendapatan per-kapita masyarakat. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika kondisi ini baik, maka negara dan masyarakat akan lebih leluasa dengan aktivitas di berbagai bidang lain. Tercatat pada tahun 2015 perusahaan ini memiliki sebanyak 1.849 orang karyawan honorer dan permanen dari semua komposisi latar pendidikan dan jenis kelamin.
Sebetulnya Semen Padang berada pada posisi dimana perusahaan industri berdiri di tengah-tengah masyarakat yang dominan bermata pencaharian di bidang pertanian atau agraris. Yang kemudian perkembangannya menuju ke arah ekonomi industri, dimulai oleh pemerintahan Hindia-Belanda pada masanya. Meninggalkan tiga sektor ekonomi, diantaranya; Pelabuhan Teluk Bayur, tambang batubara Ombilin, dan jalur kereta api.
18 Maret 1910 menjadi hari kelahiran dari perusahaan yang digadang-gadang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat. Tepatnya pada tahun 1906 seorang perwira Belanda bernama Carl Christophus Lau menemukan batu-batu yang menarik perhatiannya di Bukit Ngalau dan Bukit Karang Putih. Kemudian dari hasil penelitiannya mengungkapkan temuan tersebut terdiri dari batu kapur dan silika (bagian terbesar dari pasir dan batu pasir). Setahun kemudian Carl mengajukan permohonannya pada pemerintahan Hindia-Belanda untuk mendirikan pabrik semen di Indarung.
Setelah berdirinya pada 18 Maret 1910 dengan nama NV Nedderlandsche Indische Portland Cemment Maschappij (NV NIPCM) ia menjadi pabrik atau industri terbesar pertama di Indonesia di bawah Depertemen Pertanian, Industri dan Perdagangan Hindia-Belanda. Ini menjadi alasan mengapa PT. Semen Padang saat ini menjadi besar dan menyokong sejumlah pembangunan dalam negeri.
Kalahnya Belanda pada Perang Dunia ke-II, pemerintahan diambil alih Jepang, lalu pengelolaan atau operasi pabrik diberikan kepada seorang karyawan Indonesia bernama Doesoen. Tidak bertahan lama, hanya 2 tahun penguasaan Jepang, pada tahun 1944 pabrik semen Indarung ini dibom sekutu, hingga segala pengelolaan menjadi lumpuh. Cemerlang sekali, sisa-sisa karyawan yang selamat melakukan perbaikan pabrik (Indarung Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia). Hingga pada saat kemerdekaan menjadi momentum dalam mengambil alih pabrik dari kekuasaan sebelumnya, yang kemudian berganti nama menjadi Kilang Semen Indarung.
Pada saat Agresi Militer 1947, pabrik ini dialihkuasakan kembali, Kilang Semen Indarung pada April 1948 diubah menjadi PPCM yang kantor pusatnya terletak di Amsterdam. Pemindahan kekuasaan yang mengalami perjalanan panjang hingga pada akhir tahun 1960-an pabrik semen ini hampir dilegakan ke perusahan Prancis Cico Frans.
Kembali pada kekuasaan sendiri, Kementerian Perindustrian mencari tenaga dengan harapan bisa memimpin dan bisa mengangkat PN Semen Padang. Kemudian seorang perwira wajib militer bersedia pulang dan memimpin pabrik yang waktu itu pengurusan pabrik dan SDM-nya dalam kondisi yang morat-marit. Hingga PN Semen Padang berubah menjadi PT. Semen Padang.
PT. Semen Padang membuka dan melahirkan lapangan pekerjaan. Selain berkontribusi pada pendapatan asli daerah, perusahaan ini mampu melahirkan anak perusahaan dan juga usaha kecil menengah. Yang kemudian usaha kecil tersebut akan memberikan pula lapangan pekerjaan.
Sebagai salah satu perusahaan industri yang tertua dan besar, karyawan dan pimpinan PT. Semen Padang punya cara sendiri dalam menyalurkan zakat dan sedekah mereka. Dana yang disalurkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) sejak 1995. Kemudian melalui Unit Pengelola Zakat Badan Amil Zakat (UPZ Baznas) yang mana setiap gaji mereka sebesar 2,5% sudah dipotong untuk berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan. UPZ Baznas sendiri berdiri sejak Desember 2016 lalu. Ini berkaitan dengan amanat UU No 23 tahun 2011.
Kemudian sejak tahun 1986 PT. Semen Padang sudah memulai pembinaan usaha kecil dan koperasi melalui program Bapak Angkat Industri Kecil (BAIK). Tidak hanya modal, perusahaan kecil tersebut mendapatkan pasarnya sendiri, dalam artian PT. Semen Padang membeli produk mereka.
Dalam perjalannanya yang panjang, kita mengenal Semen Padang Hospital, yang mana unit kesehatan ini dahulunya diperuntukkan hanya untuk karyawan perusahaan saja yang kemudian berkembang menjadi unit pelayanan kesehatan masyarakat.
Di samping itu, siapa yang tidak mengenal Semen Padang FC, sebuah klub sepak bola Indonesia yang berasal dari Padang, Sumatera Barat, yang didukung penuh oleh PT. Semen Padang. Klub sepak bola ini sudah memiliki nama besar di kancah nasional. Pernah menempati juara Liga Prima Indonesia pada musim 2011-2012. Atau pecintanya lebih mengenal dengan sebutan Kabau Sirah.
Kiprah PT. Semen Padang dalam membina perolahragaan daerah dimulai dari tahun 1970-an, dengan lahirnya PORSEP (Persatuan Olahraga Semen Padang). Porsep membina olahraga di lingkup perusahaan dan Sumatera Barat dalam bentuk olah raga popular. Pada tahun 1992 dalam kejuaraan Piala Liga Indonesia.
Bagaimana dengan lagu Elo Pukek, Usah Dikana Juo, Indaruang, Anak Kanduang Anak Abak.? Ini adalah lagu-lagu dari Lime Stone, sebuah grub band dari PT.Semen Padang, yang akrab di telinga masyarakat Minangkabau pada tahun 1970-an. Mungkin kita bisa mendengarkannya kembali dengan memburu arsip ke PT. Semen Padang, atau mencarinya di internet. Satu lagi, Marchine Band Semen Padang (MBSP), yang pada November lalu meraih tiga juara 1 pada kejuaraan Indonesia Marchine Arts Championship di Sport Center Rumbai Pekanbaru.
Setidaknya kehadiran PT. Semen Padang di Indarung dapat mengimbangi berbagai bentuk perekonomian masyarakat yang berskala kecil. Dan berhasil membangun anak-anak perusahaan yang juga berdampak pada bertambahnya ragam mata pencarian masyarakat. (*)
Great! your article change my mind. Thank you
Great! your article change my mind. Thanks
Great! your article change my mind. Thanks