Muhammad Subhan Rilis Buku Puisi Kesaksian Sepasang Sandal
Padangpanjang, rakyatsumbar.id– Penulis dan Pegiat Literasi Sumatra Barat Muhammad Subhan tahun ini merilis buku terbarunya dengan judul Kesaksian Sepasang Sandal. Buku berisi 70 puisi itu diterbitkan IKO MEDIA Publisher, sebuah penerbit independen di Padang, Sumatra Barat. Buku tersebut dalam waktu dekat diluncurkan dan didiskusikan di sejumlah tempat.
“Alhamdulillah, tahun ini, Kesaksian Sepasang Sandal dapat terbit,” ujar Muhammad Subhan kepada wartawan, Senin (31/08/2020).
Kesaksian Sepasang Sandal, ungkap Muhammad Subhan, merupakan sekumpulan puisi yang ia tulis sepanjang kurun waktu tiga tahun terakhir. Sebagian puisi itu tersiar di surat kabar, dan sedikit di antaranya mendapat apresiasi di beberapa perlombaan.
Selain menulis puisi, ia juga menulis cerpen, esai dan novel. Esainya satu di antara tiga karya terbaik pilihan kurator Festival Sastra Bengkulu (Bengkulu Writers Festival) 2019. Buku cerpennya “Bensin di Kepala Bapak” lolos kurasi Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) II di Ancol Jakarta 2017, dan puisinya terpilih tiga besar Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Di tahun 2017, novelnya berjudul “Rumah di Tengah Sawah” lolos kurasi Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2017 di Bali, dan di tahun yang sama ia menerima Anugerah Literasi Kategori Pegiat Literasi dari Gubernur Sumatra Barat dan di tahun 2018 menerima Pin Emas dari Pemerintah Kota Padangpanjang.
Buku Puisi “Kesaksian Sepasang Sandal” yang dipungut dari puisi dengan judul sama di dalam buku itu, mendapat sambutan dari Penyair dan Ketua Jurusan Seni Teater ISI Padangpanjang, Dr. Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn.
“Membaca 70 puisi Muhammad Subhan yang termaktub dalam buku ini, membaca pertarungan jiwa, kegelisahan dan kecemasan sang penyair tentang dirinya, orang lain, alam, wabah, dan ketuhanan yang ia rebut dari realitas sosial menjadi puisi,” kata Sulaiman Juned yang juga pendiri Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang, sebuah komunitas seni dan sastra yang telah berusia 23 tahun di kota pendidikan itu.
Redaktur Ruang Sastra Harian Singgalang Padang, A.R. Rizal, mengatakan, puisi-puisi di buku “Kesaksian Sepasang Sandal” ini semacam reportase yang dilakukan Muhammad Subhan sebagai wartawan yang pernah bertahun-tahun bergelut di media.
“Ia memungut peristiwa lalu dijadikannya sebagai realitas sastra (puisi) yang asyik dibaca,” kata A.R. Rizal yang juga seorang novelis produktif.
Penyair Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Hudan Nur, sepembacaannya, mengiaskan bahwa biduk perjalanan yang ditalukan lewat lamat-lamat diksi puisi di buku puisi “Kesaksian Sepasang Sandal” membuat ia tercenung.
“Kata-kata berlayar tamasya ke masa lalu dengan deras, seolah-olah simpang jalan, cerita yang singgah benar-benar membenamkan rindunya ke dalam laut hati saya,” ujar Hudan Nur.
Sementara menurut Penyair dan Redaktur Tamu Ruang Sastra Harian Rakyat Sumbar, Ubai Dillah Al Anshori, melalui puisi-puisinya, Muhammad Subhan menatap sekitar dan menetapkan ke dalam bingkai puisi sebagai upaya mengenalkan perjalanan panjang yang telah ia (manusia) lalui.
“Puisi yang didominasi dengan diksi ‘aku’ dan ‘kau’ tidak sebatas cinta yang padam, luka yang menyala. Namun, ada kontruksi berpikir lain untuk membangun fenomena atas cinta yang hidup untuk ‘kau’ alam dan realitas sosial. Puisi-puisi tersebut berisi ruang-ruang, ada ruang tidur, ruang tamu, dan halaman rumah untuk membawa kita “pulang”. (ned)