rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Momentum Memperbaiki Diri

Momentum Memperbaiki Diri

Oleh : Prof. Syahrial Bakhtiar

(Wakil Rektor IV Universitas Negeri Padang)

Rasanya, siapa pun, pasti tak mau bencana ini terjadi. Pasti berharap, semoga segera berakhir, dan kita semua dalam keadaan sehat walafiat.

Di balik  peristiwa ini, jika kita berpikir positif, maka  banyak nilai positif yang bisa kita ambil. Ternyata secanggih apa pun teknologi, sehebat apa pun manusia, ternyata tak ada apa-apa. Sebuah virus kecil yang tak terlihat, ternyata telah memporak-porandakan dunia.

Keterbatasan, ketidakberdayaan manusia sangat nyata. Contoh kecil,  serangan virus tersebut membuat orang sulitnya mendapatkan masker dan APD. Rasanya sulit dipercaya untuk  mendapatkan dan memproduksi masker serta APD, padahal peralatan dan teknologi sudah canggih. Tapi itulah realitanya.

Jadi, manusia itu banyak kurangnya. Jangan sombong!

Seharusnya kita benar-benar sadar. Kita, manusia, tak ada apa-apanya.

Di sisi lain, hikmah positif yang bisa kita ambil adalah, wabah ini telah mengubah prilaku manusia, dan meningkatkan kepedulian. Tingkat kepedulian semakin tinggi. Kepedulian yang tinggi ini harus dirawat hingga bisa mengantarkan perbaikan di masa depan.

Prilaku manusia berubah tersebut,  ditandai dengan perhatian  orang untuk memanfaatkan teknologi semakin lebih baik. Selama ini, jika diminta agar belajar daring, banyak yang menolak. Penolakannya  dengan alasan-alasan yang tak masuk akal.

Sebagian dosen dari generasi Baby Boomers dan generasi X, sulit menerima pembaharuan, sulit menerima teknologi yang dimiliki generasi Zoomers-Z. Kesulitan menerima pembaharuan itu membuat mereka menolak teknologi. Akhirnya, cenderung tidak bertemu “kesepakatan” di antara mereka.

Kehadiran wabah ini mengubah banyak hal. Termasuk ketidaksiapan generasi Baby Boomers dan generasi X. Kini, semua harus belajar daring Hubungan mahasiswa dan dosen justru terasa lebih dekat. Kendati tatap muka langsung berkurang, namun komunikasi daring justru terasa berbeda. Intensitas tinggi, interaksi juga lebih tinggi. Teori dapat diberikan lebih baik. Buku yang dibaca mahasiswa juga lebih banyak. Tak hanya buku pisik, tetapi juga pengayaan bacaan dari berbagai sumber lainnya.

Ambil hikmahnya. Lihat dari sudut pandang positif. Belajar dari rumah ternyata punya kenikmatan yang nyata. (*)

 

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *