29/03/2024
Beranda » Model Cooperative Problem-Based Learning pada Pembelajaran Statika di Pendidikan Vokasi

Model Cooperative Problem-Based Learning pada Pembelajaran Statika di Pendidikan Vokasi

Dr.(c) Juniman Silalahi, M.Pd. meraih gelar Doktor di Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Padang.

Saat ini Indonesia dihadapkan pada tantangan Revolusi Industri 4.0 dan Globalisasi. Tantangannya dengan hadirnya revolusi industri 4.0 dan globalisasi berdampak pada perubahan dunia yang begitu cepat dalam menghasilkan kemajuan teknologi dan soft skill. Oleh karena itu, semua pemangku kepentingan di berbagai sektor harus mampu merespon dengan cepat dan tepat agar mampu meningkatkan kualitas di tengah persaingan global saat ini. Untuk mencapai keberhasilan Indonesia dalam menggiring SDM muda menghadapi tantangan tersebut, tidak terlepas dari kualitas dosen dan guru maupun tenaga pendidik lainnya di pendidikan vokasi untuk memberikan solusi-solusi dalam menghadapi tantangan.
Pendidikan “vokasi sendiri memiliki karakteristik pendidikan yang mampu menggabungkan fungsi pendidikan dan pelatihan. Pendidikan vokasi memiliki peluang untuk mengembangkan “manusia seutuhnya” dengan landasan teoritis dan basis akademik yang mencukupi, dan pada saat bersamaan mengembangkan kemampuan (kompetensi) bekerja sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan.
“Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mencakup semua komponen pendidikan seperti, kurikulum, peningkatan kualitas guru dan dosen, pengadaan buku ajar dan sarana belajar lainnya, pengembangan sistem pembelajaran, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan manajemen pendidikan. “Masalah lain dalam pelaksanaan pendidikan nasional di antaranya menyangkut kebijakan pendidikan, perkembangan anak Indonesia, guru/dosen, relevansi pendidikan, mutu pendidikan, pemerataan, manajemen pendidikan, dan pembiayaan pendidikan. “
“Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas lulusan pendidikan vokasi adalah “melakukan gebrakan di bidang pendidikan dengan revitalisasi pendidikan tinggi vokasi. “.Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, termasuk dosen yang merupakan agen sentral pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Dosen merupakan“ salah satu yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di zaman revolusi.. industri 4.0 saat ini. Dosen hendaknya menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran dalam setiap pembelajaran yang dapat memudahkan mahasiswa memahami materi yang diajarkan. “” “
“Penerapan “model pembelajaran yang variatif dalam proses pembelajaran akan memberi kemudahan bagi dosen dalam menyajikan pengalaman belajar sesuai prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). “Untuk itu dosen perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya, masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang bermakna, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.”“Hasil belajar dapat dioptimalkan melalui peningkatan kualitas pembelajaran. “
Mata kuliah statika adalah modal dasar bagi lulusan D3 teknik sipil untuk bisa bekerja di bidang jasa konstruksi. Seorang lulusan D3 teknik sipil tidak akan mampu mengawasi pekerjaan konstruksi tanpa mengerti mata kuliah statika. Melalui mata kuliah ini akan diajarkan cara menentukan ‘tegangan dalam’ yang terjadi pada sebuah konstruksi yang mengalami pembebanan. Dengan mengetahui semua titik pada konstruksi yang mengalami pembebanan, maka tindakan untuk menghindari segala kerusakan akibat beban yang berlebihan dapat dilakukan…Selain itu, diperlukan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama tim, kemampuan berkomunikasi, memiliki rasa tanggung jawab, dan sikap saling menghormati dan menghargai (keterampilan generik) itu sangat penting bagi mahasiswa prodi D3 teknik sipil.
Pada pembelajaran Statika maka diperlukan pembelajaran yang efektif, agar mahasiswa betul-betul bisa mencapai Learning outcome dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya upaya perubahan proses pembelajaran statika yang berkelanjutan kearah yang lebih baik yang dapat meningkatkan daya nalar, kreativitas, dan berfikir kritis bagi mahasiswa. dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Dosen diharapkan mampu meramu proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang inovatif dengan menempatkan mahasiswa sebagai subyek pembelajaran bukan obyek pembelajaran, serta dapat menggali pengetahuan mahasiswa secara kongkret dan mandiri. Kemampuan menentukan model pembelajaran yang tepat akan berdampak pada keberhasilan belajar mahasiswa serta tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, dipandang perlu melakukan kajian mendalam terhadap model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa dagan melakukan pengembangan salah satunya Model Cooperative Problem-Based Learning dalam Pembelajaran Statika.
Model cooperative problem-based learning yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan kombinasi model problem-based learning dan model collaborative learning tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). Alasan peneliti memilih model problem-based learning dan collaborative learning tipe STAD untuk dikembangkan, karena kedua model ini telah terbukti mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama tim, kemampuan berkomunikasi, memiliki rasa tanggung jawab, dan sikap saling menghormati dan menghargai (generic skills) serta meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Disamping itu, problem-based learning dan cooperative learning telah berkembang cukup luas dan banyak diadaptasi, terutama dalam pemecahan masalah di dunia medis, hukum, ekonomi, pertanian dan pendidikan.
Model cooperative problem-based learning (CPBL) merupakan kombinasi model problem-based learning dan cooperative learning tipe STAD. Mengkombinasikan kedua model pembelajaran ini dilakukan atas pertimbangan keunggulan-keunggulan yang terdapat pada kedua model. Dengan kombinasi kedua model diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Kombinasi pembelajaran berbasis masalah yang menjadikan masalah sebagai titik awal atau jangkar yang memandu perkuliahan dan model kolaboratif menekankan terjadinya kolaborasi yang kuat antar mahasiswa, mahasiswa-dosen, dan mahasiswa-materi perkuliahan, inilah yang disebut model cooperative problem-based learning (CPBL).
Skema pengembangan model cooperative problem-based learning (CPBL) dalam pembelajaran Statika dapat dilihat pada berikut ini.

Gambar 1 Skema Pengembangan Model CPBL dalam Pembelajaran
Statika

Berdasarkan “kondisi ini peneliti mencoba mencari solusi atas permasalahan pembelajaran yang sedang dihadapi saat ini, yaitu dengan mengembangkan suatu model pembelajaran yang menarik, menantang, paktis, dan efektif. Model yang dikembangkan merupakan kombinasi model problem-based learning dan model cooperative learning tipe STAD yang selanjutnya disebut sebagai model cooperative problem-based learning (CPBL) dalam pembelajaran Statika pada pendidikan vokasi.
Sedangkan, skema model cooperative problem-based learning (CPBL) merupakan model yang dikembangkan (model hasil penelitian) dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Skema Model Hasil Penelitian Cooperative ProblemBased
Learning (CPBL)

Proses pembelajaran dengan model cooperative problem-based learning (CPBL) dimulai dengan pemberian masalah statika kepada mahasiswa untuk diselesaikan. Masalah yang diberikan sudah dipilih sedemikian rupa untuk selanjutnya dapat membimbing mahasiswa menemukan konsep, atau meningkatkan pemahaman, penalaran, komunikasi, koneksi, representasi, dan juga kemampuan pemecahan masalah statika. Setelah setiap mahasiswa mendapatkan kesempatan beberapa saat untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan strategi penyelesaian secara individual, mahasiswa kemudian diminta untuk belajar dalam kelompok kecil (4–5 orang).
Hanya saja ketika mahasiswa membuat kelompok dan belajar dalam kelompoknya dosen tidak perlu terlalu ikut campur atas peran mereka dalam kelompok. Dosen hanya memfasilitasi jalannya diskusi kelompok dengan memberikan pertanyaan pancingan atau mendorong mahasiswa untuk menyampaikan ide/gagasannya, saling bertanya, menjawab pertanyaan, dan beradu argumen dalam kelompoknya. Begitu juga ketika mahasiswa diminta untuk mempresentasikan pemecahan masalah statika yang didapatkannya, maka dia tidak dalam peran mewakili kelompok, tetapi menyampaikan hasil belajarnya sendiri, yang mungkin saja sebagian di antaranya diperoleh dari kelompoknya. Dengan model ini diharapkan masing-masing mahasiswa akan berupaya lebih keras untuk belajar dalam kelompoknya agar dapat memecahkan masalah statika yang diberikan dengan cepat dan benar.
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti ini dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam hal berpikir kritis dan kreatif, kerjasama kelompok, berkomunikasi dengan baik, rasa tanggung jawab, sikap membantu teman yang kesulitan, berdiskusi, beresksplorasi, dan berbagi interpretasi untuk memecahkan masalah yang ada dalam pembelajaran statika sehingga terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Dengan kompetensi yang dimiliki, maka proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif sehingga hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah statika diharapkan dapat meningkat secara signifikan.
Model pembelajaran ini memiliki banyak kelebihan salah satunya dapat menciptakan suasana kelas menjadi lebih meriah dan membuat mahasiswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran Statika, model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan keterampilan generik (generic skills) bagi mahasiswa meliputi kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama tim, kemampuan berkomunikasi, memiliki rasa tanggung jawab, dan sikap saling menghormati dan menghargai.
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan Model dapat menunjukkan model yang dikembangkan valid, praktis dan efektive. Produk yang dihasilkan berupa Model cooperative problem-based learning yang dikembangkan dalam penelitian ini didokumentasikan dalam bentuk buku. Perangkat pembelajaran berupa rencana pembelajaran semester (RPS) dan satuan acara pembelajaran (SAP) untuk mata kuliah statika. Buku ajar statika, buku panduan dosen dan buku panduan mahasiswa dalam menggunakan model pembelajaran.
Implikasi penelitian pengembangan model cooperative problem-based learning (CPBL) ini memiliki implikasi dapat meniciptakan suasana kelas menjadi lebih meriah dan membuat mahasiswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran statika, model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan keterampilan generik (generic skills) bagi mahasiswa meliputi kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama tim, kemampuan berkomunikasi, memiliki rasa tanggung jawab, dan sikap saling menghormati dan menghargai. Selain itu dengan model tersebut, dapat membantu dosen dalam penyelenggaraan proses pembelajaran statika guna membantu mahasiswa agar lebih aktif dan kreatif serta lebih cepat memahami materi pembelajaran. Serta model CPBL dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, karena melalui problem-based learning menjadikan masalah sebagai titik awal atau jangkar yang memandu perkuliahan dan cooperative learning menekankan terjadinya kolaborasi yang kuat antar mahasiswa, mahasiswa-dosen, dan mahasiswa-materi pembelajaran.
Artikel ini ditulis oleh Dr.(c) Juniman Silalahi, M.Pd, berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor (S-3) pada Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Tim Promotor Prof. Nizwardi Jalinus, M.Ed dan Co-Promotor Dr. Fahmi Rizal, M.Pd, M.T yang telah lulus diseminarkan pada ujian tertutup tanggal 8 Februari 2021 pukul 14:00 dengan Tim Penguji yaitu Prof. Ganefri, Ph.D.; Dr. Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd, Prof. Dr. Wakhinuddin, S. M.Pd, Dr. Nurhasansyah, M.Pd; Dr. Rijal Abdullah, M.T; dan Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd (Penguji Eksternal dari Universitas Negeri Medan). Dari hasil temuan penelitian disertasi ini, berkenaan dengan model yang dikembagkan, Dr.(c) Juniman Silalahi, M.Pd telah berhasil mempublikasi artikel di jurnal international bereputasi (Q4) dengan judul The Effectiveness of the Cooperative Problem-Based Learning Model In Learning Statics in Vocational Education di jurnal Turkish Journal of Computer and Mathematics Education. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.