23/04/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Minyak Goreng Mahal, Pedagang Gorengan Pilih tak Jualan

Minyak Goreng Mahal, Pedagang Gorengan Pilih tak Jualan

minyak goreng mahal

Warung gorengan terpaksa tutup gara-gara minyak goreng yang mahal.

Padang, rakyatsumbar.id – Meri, penjual gorengan terpaksa tak berjualan akibat harga minyak goreng naik. Kenaikan minyak goreng itu membuatnya tak beruntung saat berjualan.

“Hampir dua bulan tidak berjualan. Bahan yang paling penting untuk menggoreng itu minyak, kalau terus terusan mahal jadi susah buat jualan,” kata Meri, Rabu (19/1) siang.

Satu kilogram minyak goreng curah, hanya untuk tiga kali masak saja, jika dipaksakan berjualan tidak mendapatkan untung.

“Membuat gorengan itu butuh minyak banyak. Kadang baru beberapa kali menggoreng saja, minyaknya sudah hitam, jadi tidak bisa digunakan lagi,” sebutnya.

Ia menilai dari pada membuat dagangannya buruk, lebih baik tidak jualan, karena dalam berjualan hanya untuk mencari uang tetapi kualitasnya dan ke percayaan para pembeli itu juga sangat penting.

“Kalau sekarang harus memaksa diri buat jualan juga tidak bisa. Terlalu tipis sekali juga untungnya, maka saya lebih memilih untuk tutup dan mencari kerja lain,” tutupnya.

Sementara itu, Novi, pedagang minyak goreng di Pasar Baru, Pauh, Padang, mengatakan, tidak berani menyetok terlalu banyak minyak goreng, karena harganya yang cukup mahal.

“Saya tidak sanggup membeli banyak minyak goring, karena harganya yang tidak turun turun, lagian sekarang juga sepi pembeli,” sebut Novi.

Ia mengatakan, biasanya harga minyak goreng perliter ataupun perkilogram berkisar Rp12 ribu hingga Rp13 ribu. Namun, saat ini  harga lebih tinggi.

“Kenaikan harga yang cukup tinggi, membuat minyak goreng curah atau minyak goreng dengan merek tertentu harus dipertimbangkan membelinya. Takutnya karena terlalu lama terletak akan membuat kualitas barang menjadi buruk,” ucapnya.

Novi menuturkan warungnya sering tutup karena sepi pengunjung, padahal walaupun barang barang naik, ia hanya mengambil untung yang sangat sedikit.

“Minyak perkilo itu paling untungnya sedikit saja. Cukup untuk biaya sekolah anak saja sudah bersyukur,” tutupnya. (Nadya/cr1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.