Diskusi MKI Sumbar, Very Mulyadi Dorong PT Semen Padang Gerakkan Ekosistem Ekonomi

Padang, rakyatsumbar.id–Target Pertumbuhan Ekonomi Nasional, diangka 8 persen, sangat sulit direalisasikan jika industri tidak tumbuh signifikan. Kondisi tersebut diperkirakan akan terjadi juga di Sumatera Barat.

Pertumbuhan industri di bawah pertumbuhan ekonomi berjalan,  banyak industri yang beroperasi tidak pada kapasitas terpasang maksimal atau operasional industri tidak tumbuh.

Kondisi diatas terangkum pada Diskusi Panel dan Customer Gathering, bertajuk Peningkatan Produktivitas Industri dan Ekonomi Sumatera Barat dengan Optimalisasi Potensi Ketenagalistrikan dalam Rangka Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Nasional 8 persen, dipandu Nasharian Bahzein, diadakan oleh Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Sumbar, di Padang, Rabu (18/12/2024).

Secara spesifik, kata Ketua MKI Sumbar Insannul Kamil, kebangkitan ekonomi harus disertai dengan membangun industri yang menggunakan teknologi tinggi dan memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan lingkungannya.

Perlu inisiatif dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan industri  untuk mendorong pencapaian target pertumbuhan ekonomi tersebut.

Insannul Kamil yang akrab disapa Nanuk menyebutkan, salah satu unsur utama pendorong industri tersebut, ketersediaan energi. Saat ini, khusus di Sumbar, terjadi surplus energi, namun belum termanfaatkan secara utuh.

“Industri terbesar di Sumbar, PT Semen Padang tidak pula berproduksi maksimal seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Nanuk sembari menyebutkan, evaluasi pola Holding di Semen Padang yang menjadi bagian dari Semen Indonesia yang digagas Dewan Perwakilan Rakyat dan mendapatkan respon positif dari Menteri BUMN sangat diapresiasi.

Pola Operating Holding saat ini sangat sentralistik, berbeda dibandingkan masa sebelumnya. Apalagi kini, produksi Semen Padang berkurang dengan alasan kebijakan korporasi terhadap anak perusahaan, dengan harga jual di pasar yang tinggi belum tentu semua orang mampu membelinya.

Kalau produksi industri sebesar PT Semen Padang terus  tumbuh dan pendapatannya tumbuh signifikan, maka akan terjadi efek ikutan terhadap pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. Sektor ikutannya sangat banyak, misalnya dari pendapatan masyarakat sekitar, IKM, UMKM dan sebagainya.

Perihal UMKM, seorang wartawan senior Sumatera Barat Rusdi Bais menyebutkan, jauh sebelum dikenal istilah CSR, sesungguhnya PT Semen Padang sudah bergerak membina usaha kecil dan menengah. Tak hanya sekadar membina, tetapi juga menjadi pasar bagi produk-produk UMKM.

“UMKM berdaya saing karena dibina PT Semen Padang, selain itu mereka tak hanya dibimbing dalam pemasaran, tetapi juga menjadi pasar bagi produk-produk UMKM tersebut,” katanya.

Senator Sumatera Barat Cerint Irralloza Tasya yang saat ini sebagai Anggota DPD-RI sangat mendukung Diskusi Panel yang dilakukan MKI Sumbar ini dan mengatakan bahwa hal ini akan membuka banyak pemikiran untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat, keberadaan PT Semen Padang harus memberikan dampak pertumbuhan ekonomi Sumbar.

Cerint mengatakan bahwa perlu mengajak pakar dan akademisi secara terus-menerus untuk mendapatkan solusi – solusi baru bagi kemajuan Sumatera Barat.

Very Mulyadi, Anggota Komisi IV DPRD Sumbar menyebutkan, dirinya sangat merasakan pengaruh Pola Holding di PT Semen Padang tidak mampu lagi menggerakkan ekosistem ekonomi. Sudah sangat banyak cucu dan cicit perusahaan PT Semen Padang, sehingga seakan tidak memberikan kesempatan kepada swasta lainnya.

Karyawan yang mulanya 5.000-an orang, kata Very Mulyadi, tinggal 1.400-an. Ada yang pensiun, tak seberapa yang diterima. Pengaruhnya, ekonomi tidak bergerak, developer banyak yang gulung tikar.

“Harga Semen Padang justru lebih mahal pula di Sumbar dibandingkan harga semen lain,” kata Jonedi, anggota Kadin Sumbar.

Kesulitan mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen tersebut, dilontarkan juga oleh Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy. Pertumbuhan itu bisa dicapai jika peningkatan ekonomi dapat dilakukan.

Peningkatan itu bisa terjadi pergerakan dari belanja pemerintah, belanja masyarakat dan investasi. Khusus belanja masyarakat dan investasi bergerak sangat tinggi jika ada pertumbuhan industri tinggi dan Logistic Cost dapat ditekan.

“Logistic Cost di Indonesia rata-rata 16-20 persen, di Singapura 6 persen, Malaysia dan Thailand 8 persen,” kata Audy.

GM Maintenance PT Semen Padang Hendra Bayu menyebutkan, pihaknya masih memberikan perhatian kepada program binaan, menjalankan regulasi CSR, tetap melaksanakan sinergitas industri, diantaranya memanfaatkan limbah, program kemitraan dan sebagainya.

Hendra Bayu juga mengakui, saat ini terjadi penurunan produksi klinker dan semen.

Kepala BI Perwakilan Sumbar Abdul Majid menyebutkan, selain menggerakkan industri, sektor pertanian memiliki peluang dan  harapan besar untuk peningkatan ekonomi.

Ia kemudian mengutip data BPS. Pada 2024, sektor pertanian  memberikan sumbangan peningkatan pendapatan, khususnya dari tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan rakyat.

“Selain itu, kuatkan hilirisasi dan tingkatkan melalui digitalisasi,” katanya sembari menyebutkan, hingga 30 tahun ke depan, sawit masih akan tetap menjadi primadona. (rel)