29/03/2024
Beranda » Cerita Sedih Afrida, Ibu Angga Fernanda Afrion, Penumpang Pesawat Sriwijaya Air

Cerita Sedih Afrida, Ibu Angga Fernanda Afrion, Penumpang Pesawat Sriwijaya Air

Afrida, (jilbab merah) memegang foto anaknya, Angga Fernanda Afrion, penumpang pesawat Sriwijaya Air asal Kota Padang. Pesawat yang ditumpangi hilang kontak dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu. (ISTIMEWA)

Pergi setelah Mendampingi Istri Melahirkan Anak Pertama

Laporan: Handi Yanuar, Padang.

Hari Sabtu berangkat, hari Sabtu terjadi,” kata Afrida, mengisahkan duka lantaran anak laki-lakinya turut menjadi korban jatuhnya pesawat komersial Sriwijaya Air SJY 182, rute Jakarta–Pontianak, Sabtu, 9 Januari 2021 di perairan Kepulauan Seribu.

Afrida, merupakan ibu dari Angga Fernanda Afrion, salah seorang penumpang pesawat Sriwijaya Air SJY 182 tersebut. Ia tampak tabah menerima musibah ini, tetapi hatinya berkecamuk. Pilu.

Duka lara terasa di rumah Afrida, di kawasan Sungai Sapiah, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Ayat-ayat suci Alquran berkumandang, untuk menenangkan hati yang sedang dirundung duka. Namun, kesedihan masih tetap menyelimuti keluarga itu.

Perempuan yang mengenakan jilbab merah itu terus memegang serta memandang foto anaknya. Ia menahan sabak di mata. Di dalam foto itu, anaknya tampak gagah dengan balutan seragam ketika masih mengikuti pendidikan di SMK Pelayaran di Kota Padang.

Angga Fernanda Afrion, salah seorang korban pesawat naas, merupakan kebanggaan keluarga besarnya. Sehari sebelum kejadian itu, ia ditelpon oleh bos untuk kembali ke Pontianak karena ada kapal yang rusak.

Alumni SMK Pelayaran di Kota Padang ini bekerja di bidang pelayaran, sebagai kapten kapal. Sewaktu menerima telpon, laki-laki ini sedang berada di Jakarta Selatan, melihat anak pertamanya lahir.

Sekitar seminggu di Jakarta, untuk mendampingi istri pasca melahirkan serta melihat anak pertamanya lahir, Angga memutuskan kembali ke Pontianak, Kalimantan Barat, untuk memenuhi penggilan kerja.

Namun, panggilan kerja itu seakan-akan berubah menjadi “Panggilan Tuhan”, akibat pesawat yang ditumpanginya hilang kontak dan terjatuh ke laut. Tim Basarnas gabungan masing melakukan pencarian.

“Malam kemarin (Jumat, 8/1) jam 11 malam, dia menelpon dan mengabarkan pergi ke Pontianak, kapal yang satu rusak, dipanggil bos untuk maelo (menarik) kapal,” kisah Afrida

Perempuan itu sama sekali tidak menyangka, bahwa telpon anaknya pada malam itu merupakan telpon terakhir, sebab kabar duka datang secara tiba-tiba. Namun, ia tetap penuh harap putranya itu selamat.

“Seminggu di Jakarta. Sempat melihat anak pertamanya lahir,” ungkap Afrida, tabah.

Duka mendalam juga dirasakan oleh, Betri Yanti. Angga, putra kedua dari kakaknya, Oyon. Angga berada di Pontianak, Kalimantan Barat, bekerja di bidang pelayaran setelah menamatkan SMK Pelayaran di Padang.

Kabar duka yang semestinya tidak diinginkannya itu diketahui saat melihat berita. Informasi itu ternyata benar, setelah ia menelpon keluarganya yang melihat nama korban di daftar penumpang pesawat.

“Penumpang itu memang Angga,” kata Betri, setelah memastikan informasi tersebut kepada kakaknya Oyon.

Pencarian pesawat Sriwijaya Air SJY-182 masih terus dilakukan. Tim Basarnas gabungan sudah menuju ke titik duga jatuhnya pesawat jenis Boeing 737-500 itu.

Sementara itu, pihak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI menyebutkan pesawat tersebut berisikan 50 penumpang, dan 12 awak kabin, sesuai manifes penerbangan.

“40 orang penumpang dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi. Ditambah 12 kru, 6 kru aktif, dan 6 extra crew,” kata Juru Bicara Kemenhub, Ardita Irawati, saat konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (9/1) malam. (byr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.