Alexandria, Permata Mediterania
Oleh: Dr. Didi Aryadi,M.Si
Apa yang ada terlintas dalam pikiran anda kalau seandainya mendapat kesempatan berkunjung ke Mesir?, tentu selain Piramida, Sphinx, Universitas Al-Azhar, Terusan Suez dan juga Sungai Nil, akan terbayang keindahan kota Alexandria.
Apalagi bagi yang suka baca novel-novel religi romantic tentang kehidupan mahasiswa Indonesia di Mesir, karena biasanya dalam cerita novel tersebut, kita akan dibawa berkelana melihat kehidupan mahasiswa di Universitas Al-Azhar Kairo.
Dan tentunya tidak akan melewatkan cerita tentang romantisme berkunjung ke kota Alexandria, yang selain indah juga sarat dengan sejarah yang menakjubkan, sejarah akan peperangan dan penaklukan, lengkap dengan semua romantismenya.
Kalau ingin berkunjung ke kota Alexandria dari Kairo jaraknya cukup jauh, yaitu 230 KM yang bias ditempuh dengan mobil hanya sekitar kurang dari 3 jam.
Karena sebagian besar jalan antar kedua kota tersebut sudah dihubungkan dengan jalan toll yang sangat lebar dan mulus, sehingga setiap kendaraan bias memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.
Sewa Kendaraan Sendiri
Pergi ke Alexandria dari Kairo sangat disarankan menyewa kendaraan sendiri dan lebih baik berikut guidenya. Untuk menyewa kendaraan berikut guidenya ini, sangat banyak mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah disana (universitas Al-Azhar) dengan senang hati akan membantu anda sebagai guide.
Menurut Hizbu, mahasiswa yang menemani selama di Mesir, jumlah mahasiswa Indonesia di universitas Al-Azhar saat ini sekitar 14.000 orang, dari hamper sekitar 400.000 orang keseluruhan jumlah mahasiswa universitas Al-Azhar yang berasal dari seluruh dunia.
Memakai kendaraan sendiri yang disewa selain lebih nyaman juga lebih efektif, karena layanan transportasi publik di Kairo dan Alexandria tidak begitu nyaman.
Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam 50 menit, hari masih pagi setibanya di Alexandria pada tanggal 8 November 2024. Memang untuk memaksimalkan kunjungan di Alexandria, sengaja berangkat pagi-pagi sekali dari Kairo.
Sampai di Alexandria, kita bias langsung merasakan angin laut yang menyegarkan dan melihat pemandangan indah yang membentang sepanjang pantai. Pusat kota dan ekonomi Alexandria memang terpusat di daerah sepanjang pantai ini.
Jalanan disini dihiasi dengan bangunan-bangunan berarsitektur yang mencerminkan kejayaan masa lalu kota ini ketika menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia.
Alexandria adalah salah satu kota paling bersejarah dan terkenal di Mesir, serta salah satu pelabuhan utama di tepian laut Mediterania yang terkenal. Alexandria menawarkan perpaduan sempurna antara sejarah kuno dan kehidupan modern.
Didirikan oleh Alexander Agung setelah menaklukan Mesir dari Persia pada tahun 331 SM, kota ini terletak di pesisir utara Mesir dan berkembang menjadi salah satu pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan terbesar di dunia kuno. Lokasi Alexandria dipilih karena posisinya yang strategis di pesisirMediterania.
Setelah kematian the Great Alexander, kota ini dikelola oleh Dinasti Ptolemaik, salah satu dari dinasti ini yang terkenal adalah Ratu Cleopatra. Selama periode ini, Alexandria berkembang pesat dan menjadi pusat kebudayaan.
Pusat Ilmu Pengetahuan
Kota ini terkenal sebagai tempat lokasi perpustakaan terbesar dan paling penting di dunia kuno, yaitu Bibliotheca Alexandrina, sebuah perpustakaan terbesar pada masanya yang dihuni oleh manuskrip dan karya-karya ilmiah yang tak terhitung jumlahnya.
Perpustakaan ini berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan penelitian, yang tujuannya adalah untuk mengumpulkan semua pengetahuan dunia pada masa itu.
Hari ini ditempat yang sama kita bias menjelajahi gedung perpustakaan Bibliotheca Alexandrina yang modern, sebuah penghormatan pada perpustakaan kuno yang pernah menjadi pusat pembelajaran dunia.
Desain arsitektur bangunan yang menggabungkan kesan futuristic dan ornament kuno ini sangat mengesankan, dan di dalamnya terdapat lebih dari delapan juta buku yang tersedia untuk umum.
Tidak hanya gudangnya buku, Bibliotheca juga memiliki museum dan pusat ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Di kota Alexandria ini juga dulunya berdiri dengan megah mercusuar Pharos Alexandria (Lighthouse of Alexandria), yang merupakan salah satu keajaiban dunia masa kuno yang dibangun tahun 280 SM. Mercusuar ini sangat membantu navigasi kapal di laut mediterania untuk masuk ke pelabuhan.
Mercusuar ini pernah selama ratusan tahun memegang predikat sebagai bangunan struktur tertinggi di dunia yang pernah dibuat manusia dan mercusuar ini bertahan lebih dari 1.000 tahun.
Mercusuar ini runtuh setelah beberapa kali gempa bumi, diantaranya pada tahun 955 M, 1323 M, dan terakhir gempa bumi tahun 1375 M diyakini membuat mercusuar ini rusak total.
Benteng Qaitbay
Di lokasi bekas mercusuar ini sewaktu kota Alexandria dibawah kepemimpinan Sultan Al Ashraf Abu al-Nasr Qaitbay atau Sultan Qaitbay, pada abad ke-15 dibangun benteng Qaitbay yang sangat terkenal.
Benteng ini memiliki fungsi untuk melindungi kota dari serangan laut dan invasi asing dan menjadi benteng pertahanan paling penting di sepanjang pesisir laut mediterania.
Benteng ini memiliki arsitektur yang menakjubkan dengan dinding-dinding kokoh yang terbuatdari batu kapur. Salah satu cirri khas benteng ini adalah memiliki celah-celah untuk mengintai musuh yang akan menyerang dari laut.
Sampai sekarang kita masih dapat mengunjungi dan masuk kedalam benteng ini untuk melihat kekokohan dan strategisnya benteng ini.
Dari lantai atas benteng ini kita dapat melihat keindahan pantai laut mediterania Alexandria.
Kota Alexandria ini menjadi sejarah silih bergantinya peperangan dan penaklukan disana. Setelah didirikan oleh Alexander yang Agung (Yunani), Alexandria menjadi bagian dari kekaisaran Romawi setelah penaklukan Romawi pada sekitar 30 SM. Dibawah kekuasaan Romawi, kota ini tetap menjadi kota penting sebagai pesaing Roma.
Selama era Kristen awal, Alexandria dikenal sebagaipusat teologi Kristen. Pada tahun 642 Mkota Alexandria ditaklukkan oleh tentara muslim dibawah komando ‘Amr ibn al-‘As selama perluasan awal Kekhalifahan Islam. Kota ini terus makmur sebagai pusat perdagangan dan pengetahuan dibawah kekuasaan Islam.
Kemudian kota ini jatuh setelah kemunduran kekuasaan Islam, sejalan dengan masuknya era colonial Perancis dan Inggris di Mesir.
Beruntung karena posisinya yang strategis, selama masa kolonial, terutama di bawah pengawasan Inggris, Alexandria tetap tumbuh menjadi kota cosmopolitan dengan komunitas asing yang besar.
Hari ini, Alexandria menjadi kota terbesar kedua di Mesir setelah Kairo dan melanjutkan tradisinya sebagai pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan dan ekonomi, tetap menarik wisatawan dan peneliti dari seluruh dunia. Kota ini dihuni oleh komunitas beragam selain Arab (Mesir), yaitu keturunan Yunani, Yahudi, Inggris dan lain-lain.
Makan siang tidak lengkap tanpa mencicipi kuliner lokal. Rekomendasi dari Hizbu adalah restoran Fish Market, sebagai salah satu restoran terbaik di Alexandria.
Ternyata pilihan itu tidak salah, selain makanan disana sangat enak, juga view di restoran itu sangat menakjubkan, menyajikan pemandangan laut mediterania yang mempesona.
Restoran ini selalu ramai dan menjadi pilihan pertama bagi banyak wisatawan yang berkunjung ke Alexandria, pas waktu kedatangan kami disana, sempat bertemu dan berbincang dengan Lukman Hakim Saifuddin (mantan Menteri Agama RI) serta rombongan yang baru selesai umrah dan mau balik ke tanah air. Menurutkaryawanrestoran yang melayanihariitu, bahwatamudari Indonesia dan Malaysia cukup sering datang ke restoran ini.
Jembatan KCB
Tidak lengkap rasanya ke Alexandria jika tidak berkunjung ke jembatan Stanley Bridge. Stanley bridge ini adalah jembatan pertama di Mesir yang dibangun diatas laut (tepatnya diatas teluk/laut yang menjorok ke daratan), dengan panjang 400 meter.
Jembatan Stanley Bridge ini pernah menjadi lokasi shooting film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) yang sangat terkenal, sehingga bagi orang Indonesia jembatan ini dikenal dengan nama jembatan KCB.
Sore hari adalah waktu terbaik untuk menikmati jalan sepanjang pantai Alexandria. Suara ombak yang tidak terlalu besar dan aroma laut membuat suasana menjadi sangat special sembari ditemani angin laut bulan November yang menandai mulai masuknya musim dingin, sangat pas dengan menikmati segelas teh mint hangat khas Mesir di salah satu kedai teh/ kopi yang banyak tersedia di tepi pantai, sambal melihat keindahan kota ini yang memikat hati siapa saja yang dating mengunjunginya.
Perjalanan ke Alexandria penuh dengan kenangan tak terlupakan. Kota yang kaya akan keindahan alam dan sejarah beserta romantismenya ini berhasil meninggalkan kesan mendalam. Bukan hanya karena destinasi wisatanya, tetapi juga karena keramahan penduduk lokal yang menyambut hangat setiap tamu yang datang, dengan secangkir teh mint hangat yang sangat mengesankan. (*)