rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Megathrust Mentawai-Siberut Berpotensi Diguncang Gempa Bumi 8,9 SR

Megathrust Mentawai-Siberut Berpotensi Diguncang Gempa Bumi 8,9 SR

Pakhrur Razi,S.Pd,M.Si,Ph.D

Padang, rakyatsumbar.id—Kepala Center of Disaster Monitoring and Earth Observation Universitas Negeri Padang (UNP) Pakhrur Razi, S.Pd, M.Si, Ph.D. angkat suara mengenai kekhawatiran Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan ilmuwan Jepang terhadap kemungkinan gempa dahsyat dari zona Megathrust Mentawai – Siberut.

Zona megathrust adalah istilah untuk menyebut jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tapi relatif dangkal.

Di zona ini, sumber gempanya berasal dari tumbukan lempeng di kedalaman dangkal yang berpotensi memicu tsunami besar dan menyebabkan kerusakan dahsyat, terutama di pesisir pantai dekat pusat gempa terjadi.

Menurutnya, zona megathrust di seismic gap, Kepulauan Mentawai terutama di Kepulauan Siberut masih memiliki potensi terjadinya gempa bumi yang signifikan, yang dapat mencapai M. 8.9 SR.

“Kondisi ini didukung oleh data monitoring dan observasi lapangan menggunakan citra satelit Radar SAR (Synthetic Aperture Radar) dan GPS/GNSS geodetic yang ada di Lokasi tersebut,” jelasnya, Selasa (13/08/2024).

Pakhrur Razi menambahkan, pihaknya terus melakukan monitoring dan di update oleh pusat Mitigasi Bencana dan Observasi Bumi (Disaster Monitoring and Earth Observation) UNP yang terletak di lantai 4 laboratorium Fisika, FMIPA UNP.

“Dari beberapa tahun terakhir, dari ketiga pulau yang besar yang ada di kepulauan Mentawai yaitu Pagai Utara-Selatan, Sipora dan Siberut. Pulau Siberut memiliki pergeseran yang lebih besar dibanding dua pulau yang lain,” jelasnya.

Normalnya, pulau-pulau di Kepulauan Mentawai bergerak kearah timur laut (North East). Namun, di kepulauan Siberut, pulau tersebut pergerakannya lebih besar kearah timur dan sedikit kearah utara.

Hal ini mengindikasikan terjadi lock di bagian utara yang memungkinkan terjadi patahan yang menyebabkan gempa bumi.

Pakhrur Razi menjelaskan, gempa bumi yang terjadi secara terus menerus pada Agustus-Oktober 2022, Februari 2023 dan April 2023 telah mengindikasikannya.

Pelepasan energi tersebut masih belum signifikan dibandingkan dengan akumulasi energi yang telah terbentuk.

Fakta lain yang mengindikasikan adanya aktivitas pergerakan lempeng di kepulauan Siberut dengan turunnya permukaan daratan di sepanjang sisi timur Siberut.

Hal ini diperkuat dengan keterangan Kepala Desa Muara Sikabaluan dan Para tokoh Masyarakat saat di mintai keterangannya.

“Penurunan yang signifikan terjadi di Siberut Utara. Hal ini juga terkonfirmasi berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan pada 20-23 Juli 2024,” sebutnya.

Setelah dilakukan pengukuran Muara Sikabaluan telah kehilangan daratan sebesar 72.6 meter sepanjang bibir Pantai dari 2011-2024 dan telah terjadi penurunan tanah 1.4 meter sejak 2014-2024.

Karena itu, Pakhrur Razi meminta perhatian serius bagi Pemda kepulauan Mentawai melalui BPBD juga BNPB, potensi gempa bumi yang signifikan masih ada di Kepulauan Siberut dan saat ini masih dalam siklus 200 keberulangan gempa bumi di area tersebut.

Pakhrur Razi meminta perlu jalur evakuasi tsunami terdekat untuk area SMAN 1 Siberut Utara, dua jalur evakuasi yang ada sangat jauh yaitu 1.1 Km dan 3.3 Km dari sekolah.

“Jika gempa yang diikuti dengan tsunami terjadi pada siang hari, guru dan siswa SMAN 1 Siberut utara sulit melakukan penyelamatan diri mengingat sekolah berada 50 meter dari bibir pantai,” ungkapnya.

“Selain itu, perlu adanya pelatihan, peningkatan wawasan dan simulasi bagi masyarakat, sekolah dan instansi pemerintah tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana yang dilakukan secara terstruktur,” tutupnya. (edg)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *