20/04/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda »  Tradisi Alek Kapalo Banda, Sudah Berlangsung Selama 113 Tahun

 Tradisi Alek Kapalo Banda, Sudah Berlangsung Selama 113 Tahun

Bupati Tanahdatar Eka Putra saat menghadiri tradisi Alek Kapalo Banda.

Bupati Tanahdatar Eka Putra saat menghadiri tradisi Alek Kapalo Banda.

Tanahdatar, rakyatsumbar.id -Warga Jorong Pincuran Tujuh Nagari Batipuh Baruah Kecamatan Batipuh menggelar syukuran atau yang  lebih dikenal dengan Alek Kapalo Banda, Sabtu (14/5/2022).

Alek Kapalo Banda ini merupakan salah satu tradisi yang sudah turun temurun sejak seratusan tahun yang lalu hingga saat ini masih tetap terlaksana  oleh masyarakat setempat. Ibaratnya tradisi ini tidak pernah
luntur seiring berjalannya waktu.

Jorong Pincuran Tujuh yang terletak sekitar kurang lebih 30 KM dari pusat Kota Batusangkar ini memang letaknya yang berada di dataran tinggi (di perbukitan).

Memiliki mata air yang terletak di sekitar satu-satunya masjid di jorong tersebut, yaitu masjid Nurul Qalbi.

Mata air tersebut sejak dari zaman dahulu sampai hari ini tidak pernah kering, sekalipun sedang musim kemarau.

Sumber air  tersebut yang menjadi sumber mata air bersih bagimasyarakat di sana. Sekaligus juga dimanfaatkan untuk mengaliri puluhan hektare sawah masyarakat.

Di sekitar mata air itu saat ini,  juga telah ada  sebuah bak penampungan air oleh warga dan
pancuran sebanyak 7. Pancuran ini untuk kebutuhan air bersih, mandi. Termasuk encuci juga kebutuhan air lainnya.

Begitulah tradisi ini, setiap tahun selalu berlangsung, seperti halnya Sabtu (14/5) kemarin. Masyarakat Jorong Pincuran Tujuh Nagari Batipuh Baruah melaksanakan Alek Kapalo Banda yang ke 113 kalinya.

Artinya tradisi ini sudah dilaksanakan selama 113 tahun lamanya secara terus menerus.

Bupati Tanahdatar Eka Putra yang hadir pada acara tersebut menyampaikan ucapan terimakasih atas terlaksananya kegiatan ini.

Menurutnya ini merupakan salah satu tradisi budaya masyarakat yang menggambarkan kebersamaan dan kekompakan masyarakat yang saat ini sudah jarang ada.

“Kita  berharap kegiatan seperti ini terus lestari sebagai kearifan lokal,” ungkapnya. (ali)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.