Penerapan Prokes Melemah, Positivity Rate Sumbar Tembus 16 Persen
Padang, Rakyatsumbar.id–Lemahnya penerapan protokol kesehatan dan aktivitas masyarakat yang mulai banyak berada di luar rumah, menjadi penyebab kembali melonjaknya jumlah pasien positif Covid-19 di Sumatera Barat. Malahan, kini muncul klaster perkampungan yang menjadi penyumbang pasien terbanyak.
Kepala laboratorium Kedokteran Universitas Andalas DR. Andani Eka Putra menjelaskan untuk pertama kalinya angka positivity rate di Sumbar tembus 16 persen. Sebelumnya positivity rate di Sumbar berkisar dari 5-8 persen. Artinya, ditemukan 16 orang yang positif dari 100 orang yang di periksa di Sumbar.
“Angka ini untuk pertama kali tertinggi di Sumbar. Jadi, dari 100 orang yang diperiksa terdapat 16 positif Covid-19. Alhasil, positivity rate di Sumbar tembus 16 persen,” ucapnya dalam acara zoom kawal Covid, Sabtu (17/04/2021).
Andani Eka Putra juga membadingkan angka positivity rate di India yang mencapai 13 persen.
“Dalam sebuah artikel di Indian Express menjelaskan bahwa kenaikan angka positive rate bahkan 2.5 kali lebih tinggi dibanding kondisi puncak pada September 2020. Artinya, positivity rate di India mencapai 13 persen,” jelasnya.
Berkaca dari kondisi India sebuah negara yang penduduknya 4 kali lipat dibanding Indonesia, maka jumlah kasus temuan covid-19 hariannya adalah sekitar 120 ribuan.
“Artinya, di Indonesia memiliki pola yang sama dengan India saat ini, maka potensi kasus harian di Indonesia tentu sekitar seperlimanya, 20 sampai 30 ribu kasus harian. Bukan 5 sampai 10 ribuan,” jelasnya.
Selanjutnya Andani Eka Putra menjelaskan juga, di saat Bulan Ramadan 1442 H pelaksaan prokes saat ini sangat lemah, apalagi kegiatan buka bersama telah ada, dan ditunjang capaian vaksinasi yang rendah.
“Di India rumah sakit tidak bisa menampung pasien pada saat ini. Oleh karena itu, kita berpeluang beresiko kalau tidak di antisipasi dari sekarang,” jelasnya.
Andani meminta kepada kepala daerah untuk menjaga keseimbangan antara pengawasan kesehatan dan aktifitas ekonomi masyarakat.
“Kalau dulu kita masih punya uang APBN, kalau kondisi sekarang semakin tidak pasti. Keterpurukan ekonomi 2-3 persen minus 2020 membuat konsumsi masyarakat stagnan, tabungan juga semakin berkurang khususnya pada kelompok menengah,” jelasnya.
Berdasarkan portal resmi pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Sumbar berada di zona Oranye dengan adanya peningkatan kasus.
Dari data Pemprov Sumbar juga menjelaskan peningkatan kasus positif didominasi di daerah perkampungan. Di daerah perkotaan justru kasus covid-19 menurun.
Portal tersebut menjelaskan juga sampai minggu ke-58 warga Sumbar yang terpapar Covid-19 berjumlah 33.933 orang dengan angka kesembuhan di angka 31.678 jiwa. (edg)