Merasa Dirugikan, Mahasiswa UIN M Djamil Djambek Gelar Orasi
Merasa Dirugikan, Mahasiswa UIN M Djamil Djambek Gelar Orasi.
Bukittinggi, rakyatsumbar.id – Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi melakukan orasi ke Gedung Rektorat Kampus UIN tersebut, Kamis (8/6 ).
Dalam orasi tersebut, mereka menyuarakan kewajiban pemindahan Fasilitas Kesehatan ke Klinik Pratama UIN SMDD Bukittinggi, tarif dan sulitnya pemakaian fasilitas kampus serta kurangnya tenaga pendidik dan kurikulum kampus yang tidak berkesinambungan.
Para demonstran berjumlah ebih dari 2000 orang berasal dari semua fakultas yang ada di UIN Sjech M. Djamil Djambek. Mereka terlebih dahulu berkumpul di depan Perpustakaan. selanjutnya melakukan perjalanan menuju gedung rektorat .
Menurut Presiden Mahasiswa UIN Sjech M.Djamil Djambek Ahmad Zaki, aksi ini beranjak dari keresahan mahasiswa UIN itu sendiri seperti adanya kebijakan sepihak dari rektorat seperti pemindahan fasilitas kesehatan. Mahasiswa telah melakukan kewajibannya tetapi apa yang didapatkan tidak sepadan dengan hak yang mahasiswa dapatkan.
“Fasilitas yang diberikan oleh kampus tidak memadai dan kurang layak. Mulai dari akses jalan masuk ke kampus, parkiran untuk mahasiswa, keamanan kampus dan sulitnya penggunaan fasilitas kampus oleh mahasiswa termasuk sarana prasarana kurang mendukung,”ungkap Ahmad Zaki saat dikonfirmasi, Kamis sore.
Kemudian, kewajiban pemindahan fasilitas kesehatan ke klinik pratama UIN Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi.
Surat edaran rektor yang meresahkan mahasiswa yakni adanya ancaman dari pihak LP2M yang menyampaikan bahwa bagi mahasiswa yang belum memindahkan faskes tersebut, tidak diperkenankan untuk mengikuti KKN serta gagal.nya pelaksanaan KKN di tahun 2023
Sebelumnya, pemindahan faskes ini juga dikaitkan dengan pencairan beasiswa KIP-Semester ganjil tahun 2023. Mahasiswa yang tidak memindahkan Raskesnya, maka beasiswa KIP tidak akan dicairkan. Kurangnya tenaga pendidik dan kurikulum kampus yang tidak berkesinambungan.
Sayangnya, kedatangan mahasiswa ke Gedung Rektorat tidak bertemu dengan Rektor Prof. Dr. Ridha Ahida. M. Hum. karena sedang dinas keluar daerah. Sempat terjadi kericuhan dalam aksi tersebut terkait ketidakpuasan mahasiswa tentang kehadiran rektor.
“Kita minta rektor menandatangani tuntutan mahasiswa. Jika aspirasi mahasiswa tidak diindahkan, akan ada mobilisasi massa lebih besar. Kita ingin rektor membersamai aksi mahasiswa ini. Kita memberi waktu 7 x 24 jam untuk evaluasi dari mahasiswa.”
“Alasan rektor tidak ada di ruangan dianggap tidak rasional, sehingga sempat ada aksi anarkis. Apabila keinginan mahasiswa tidak dipenuhi, akan ada penekanan bagi pihak kampus,”tegasnya.
Sementara itu, pihak Rektorat melalui Wakil Rektor II Dr. Zulfani Sesmiarni menjelaskan tentang kebijakan-kebijakan pihak kampus sesuai tuntutan yang disampaikan mahasiswa.
“Apa yang disampaikan kawan-kawan mahasiswa akan dikaji lagi. Tapi, kebijakan-kebijakan tersebut ada dasarnya, ada sosialisasi dan tidak serta merta diambil. Kebijakan juga untuk mahasiswa itu sendiri. Kami akan bicarakan kembali bersama pimpinan tentang tuntutan mahasiswa dalam aksi ini,”tukasnya. (edw)