Melacak Jejak Kemerdekan di Dharmasraya, Pernah Menjadi Ibukota RI Selama 4 Hari
Kantor Sekretariatan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kabupaten Dharmasraya.
Dharmasraya, rakyatsumbar.id –
Tak banyak yang tahu, bangunan tua yang saat ini menjadi Kantor Sekretariatan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kabupaten Dharmasraya menjadi sejarah perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Indonesia.
Ya, bangunan yang berkelir merah jambu tersebut menjadi pasanggrahan bagi Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Mr. Syafruddin Prawiranegara dan rombongan dalam menyuarakan negara Indonesia masih ada di dunia Internasional.
Tak jauh dari situ, sebuah tugu PDRI berdiri dengan kokoh. Tugu yang berkelir merah putih di setiap sudutnya tersebut, dari pantauan Harian Rakyat Sumbar baru siap di cat. Sedangkan di puncak tugu, dibuat bola dan juga di warnai merah.
Sayangnya, sejarah pasanggrahan dan hadirnya tugu pengingat PDRI tidak diketahui masyarakat luas.
Hal ini lntaran tidak adanya, tulisan yang menjelaskan bahwa bangunan tersebut menjadi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam usaha merdeka dari penjajahan Belanda.
Camat Pulaulunjung, Yulius yang menemani Rakyat Sumbar menjelaskan, pada umumnya masyarakat Dharmasraya tidak mengetahui bahwa Sungai Dareh, Dharmasraya pernah menjadi Ibu Kota Republik Indonesia selama empat hari.
“Masyarakat pada umumnya tidak mengetahui bahwa Dharmasraya pernah menjadi Ibu Kota RI selama empat hari.”
“Jadi, wajar saja masyarakat tidak mengetahui sejarah bangunan rumah tersebut dan tugu yang telah dibangun tersebut,” ucapnya menjelaskan.
Yulius menambahkan, kegiatan Tour de PDRI yang merupakan rangkaian kegiatan Hari Bela Negara yang berlangsung di Dharmasraya telah membuka mata masyarakat Dharmasraya bahwa daerahnya pernah menjadi Ibu Kota RI, walau hanya empat hari.
“Sekarang masyarakat mengetahui bahwa Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Mr. Syafruddin Prawiranegara tinggal dan melakukan kegiatan pemerintahan di Nagari Sungai Dareh, Pulaupunjung.”
“Oleh karena itu, pada saat ini masyarakat antusias mencari bukti-bukti literatur sejarah kemerdekaan Indonesia di Dharmasraya,” tambahnya.
Yulius menjelaskan juga, selama empat hari di Desember 1948 tersebut, Syafruddin Prawiranegara menyiarkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada, walau Soekarno – Hatta di tangkap oleh Belanda.
“Selama empat hari disini, Syafruddin Prawiranegara menyiarkan bahwa negara Indonesia masih ada, dan pada Januari 1949 Syafruddin Prawiranegara dalam siaran radionya mengucapkan selamat tahun baru ke dunia, dan menjelaskan negara Indonesia masih ada. Siaran tersebut menurut informasinya juga terdengar sampai ke Negara Eropa,” tambahnya.
Yulius memaparkan juga keberadaan Syafruddin Prawiranegara akhirnya di ketahui oleh pihak Belanda, yang membuat Syafruddin Prawiranegara bertolak menuju Bidar Alam, Solok Selatan melalui jalur sungai dengan menumpangi perahu.
“Empat hari keberadaan Syafruddin Prawiranegara di Sungai Dareh ini di ketahui oleh Belanda. Akhirnya, dengan menyusuri aliran sungai Batang Hari, Syafruddin Prawiranegara sampai ke Bidar Alam, Solok Selatan dengan menempuh perjalanan empat hari dengan perahu,” tutupnya. (edg)