Dampak El Nino di Sumbar, Areal Pertanian di Lima Daerah Mengering
Dampak El Nino di Sumbar, areal pertanian di lima daerah Mengering.
Padang, rakyatsumbar.id – Fenomena El Nino yang melanda yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia ikut berdampak areal pertanian di lima daerah di Sumbar mengalami kekeringan. Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Febrina Tri Susila Putri mengatakan total lahan sawah yang mengering akibat El Nino mencapai 149,5 hektare.
Ia mengatakan, berdasarkan data yang diterima dari dinas pertanian kabupaten/kota, hingga 15 Oktober 2023 lalu, lima daerah yang mengalami kekeringan tersebut memiliki luas yang beragam.
Di Kabupaten Tanahdatar 65 hektare lahan sawah yang mengering. Kota Solok luasnya 17,5 hektare. Lalu di Kabupaten Dharmasraya luas lahan sawah yang mengalami kekeringan 7 hektare. Kemudian di Kabupaten Sijunjung, seluas 60 hektare. Terakhir di Kabupaten Pesisir Selatan, luas lahan sawah yang mengering mencapai 17 hektar.
“Data sawah yang mengalami kekeringan ini kita dapatkan dari laporan dinas pertanian kabupaten dan kota. Kondisi kekeringan itu terjadi akibat El Nino,” sebutnya, Selasa (17/10).
Ia menyebutkan, lahan sawah yang tercatat mengalami kekeringan itu sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, dan akibat tidak ada lagi air yang bisa mengalir di irigasi. Begitu juga irigasi yang tidak bisa mengaliri air ke sawah, karena ada air di irigasi tersebut juga mengering.
“Kondisi itu menyebabkan debit air yang masuk ke irigasi tidak mampu mengaliri air ke sawah-sawah petani. Kondisi ini juga menyebabkan kekeringan lahan pertanian yang terjadi. Kita berharap El Nino ini segera berakhir dan hujan bisa turun,” harapnya.
Terkait produktivitas padi hingga pertengahan tahun 2023, ia mengatakan di Sumbar masih dalam keadaan stabil. Melihat dari target produksi padi tahun 2023 adalah 1,4 juta ton gabah kering giling (GKG).
“Dari target itu, sebenarnya kita berharap produksi padi di Sumbar meningkat sekitar 2-3%. Hal ini melihat bagusnya panen padi di Sumbar di tahun ini,” jelasnya.
Ia menyebutkan berdasarkan angka sementara, produksi padi di Sumbar sampai akhir Juli 2023 diperkirakan sekitar 880.000 ton GKG. Artinya telah lebih 50% capaian produksi padi di Sumbar saat ini.
“Kita optimis produksi padi di Sumbar bakal mencapai target yang telah ditetapkan tahun ini yakni 1,4 juta ton GKG,” terangnya.
Ketersediaan Beras Sumbar Surplus
Sementara itu, terkait ketersediaan beras di Sumbar di tengah Fenomena El Nino yang melanda saat ini, Dinas Pangan Sumbar mencatat secara keseluruhan ketersediaan beras di daerah ini surplus 20-30 ton per bulannya.
“Kendati tengah dihadang El Nino, produktivitas padi bagus. Buktinya surplus beras di Sumbar,”sebut Kepala Dinas Pangan Sumbar Syaiful Bahri, Senin (16/10).
Dia menyebutkan Sumbar yang merupakan penghasil beras premium, dapat dikatakan tidak ada persoalan dari sisi ketersediaan berasnya. Hanya saja, masalah yang dihadapi saat ini naiknya harga beras.
“Beras Sumbar ini memang mahal, kelas premium. Karena selera masyarakat Sumbar itu kurang cocok untuk beras yang nasinya pulen. Makanya petani tanam beras premium,” ujarnya.
Sedangkan untuk beras yang surplus itu, Syaiful menyebutkan banyak dijual ke luar daerah Sumbar, dimana pembelinya merupakan perantau Sumbar yang ada di Jambi, Riau, Palembang, dan bahkan sebagian di daerah Pulau Jawa.
“Jadi yang surplus itu dibeli lagi oleh perantau Sumbar. Ada yang bukan usaha rumah makan, dan ada juga untuk kebutuhan rumah tangga,” tegasnya.
Selain adanya ketersediaan beras dari hasil produktivitas pertanian lokal, Badan Urusan Logistik (Bulog) juga turut menopang ketersediaan beras di Sumbar untuk beras medium.
Menurutnya dari hasil koordinasi Dinas Pangan dengan Bulog Sumbar, saat ini ketersediaan beras di gudang Bulog mencapai 16.000 ton. Bahkan yang dalam perjalanan untuk menambah stok juga ada sebanyak 8.000 ton.
“Jadi soal ketersediaan pangan yakni beras, untuk wilayah Sumbar aman dan stabil. Bulog menjamin ketersedian itu cukup hingga awal tahun 2024,” sebut Syaiful. (mul)