04/05/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Dampak Ekonomi BRI Liga 1 2022-2023 Diprediksi Lebih Besar Ketimbang Sebelum Pandemi

Dampak Ekonomi BRI Liga 1 2022-2023 Diprediksi Lebih Besar Ketimbang Sebelum Pandemi

Salah satu cuplikan gambar pertandingan BRI Liga 1 2022-2023.

Jakarta, rakyatsumbar.id – Sepakbola lebih dari sekadar cabang olah raga dengan penggemar terbanyak di dunia.

Lebih dari itu, ketika di kelola dengan baik maka sepak bola bisa memutar roda perekonomian dengan begitu menjanjikan.

Tak terkecuali BRI Liga 1 musim kompetisi 2022-2023 yang sudah kick off pada Sabtu (23/07), prospek ekonominya di proyeksi bisa melebihi sebelum masa pandemi.

Kepala LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesa (FEB UI), Mohamad Dian Revindo mengatakan bergulirnya Liga-1 itu berpotensi menciptakan nilai ekonomi.

“Bahkan bisa melebihi Rp2,7 triliun seperti sebelum masa pandemi. Hal ini lantaran antusiasme penonton dan fans yang tetap tinggi.”

“Mobilitas masyarakat yang berangsur normal sehingga dapat mendorong penonton datang ke stadion.”

“Makin kuatnya bisnis hiburan TV dan saluran digital, serta pulihnya perekonomian,” ujarnya

Ia pun menjelaskan antusiasme publik sepak bola Tanah Air yang luar biasa.

Terbukti dari tingginya jumlah penonton di stadion sejak longgarnya aturan mobilitas pascapandemi mereda.

Antusiasme penonton yang tinggi untuk menonton tim kebanggaannya secara langsung di stadion terlihat pada pertandingan Piala AFF 2022 dan Piala Presiden 2022 baru-baru ini.

Hal itu di perkuat pula dari pertumbuhan ekonomi 2021 tercatat positif 3,7%, dan diperkirakan akan berlanjut lebih dari 5% pada tahun 2022.

Ini secara tidak langsung mengindikasikan mulai pulihnya daya beli masyarakat.

Pemulihan daya beli ini di iringi dengan keinginan yang kuat untuk bepergian dan hiburan, di mana pertandingan sepakbola bisa menjadi salah satu alternatif yang murah.

“Dan antusiasme untuk hadir di stadion ini tidak akan mengurangi nilai dari tontonan TV dan saluran digital.”

“Karena pandemi telah membuat masyarakat lebih dekat dengan gawai,” ujarnya.

Prospek Sepakbola Tergantung Pengendalian Pandemi

Oleh karena itu, lanjutnya, prospek ekonomi dari sepak bola sangat bergantung dari pengendalian pandemi Covid-19 varian baru.

Termasuk vaksinasi booster, kebijakan mobilitas masyarakat dan efektivitas komunikasi publik atas kebijakan terkait.

Juga terkait efektifitas koordinasi antara aparat keamanan dengan panitia penyelenggara pertandingan dan klub.

Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengatakan, BRI kembali menjadi Title Sponsor BRI Liga I musim 2022-2023.

Salah satu alasannya adalah karena BRI ingin terus menghidupkan mata rantai ekonomi kerakyatan melalui industri sepak bola nasional.

Catur menjelaskan bahwa perhelatan BRI Liga 1 musim 2022-2023 berbeda apabila di banding dengan musim lalu.

“Saat ini pandemi sudah lebih terkendali sehingga aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat sudah mulai kembali pulih.”

“Sehingga saat ini pertandingan sudah dapat di hadiri langsung oleh supporter secara bertahap sebanyak 75% dari kapasitas stadion,”tambahnya.

Efek Ganda

Revindo menggambarkan secara rinci efek ganda prospek ekonomi Liga 1 dengan berkaca pada data musim kompetisi 2018-2019.

Di mana pandemi belum melanda. Pada 2019 perputaran uang langsung dalam kompetisi Liga 1 di perkirakan mencapai Rp1,35 triliun.

Rinciannya, pada tahun tersebut pengeluaran untuk tiket penonton mencapai Rp171, 82 miliar dengan menarik sekitar 2,86 juta penonton.

Pengeluaran penonton untuk transportasi kemungkinan mencapai Rp85,91 miliar, dengan pengeluaran untuk makan minum di angka yang sama.

Sedangkan pengeluaran untuk marchandise dari penggemar mencapai Rp300 miliar.

Sementara iklan untuk kompetisi musim tersebut senilai Rp180 miliar, iklan televisi Rp354 miliar dan sponsor klub Rp180 miliar.

Dia pun menjelaskan dari sisi ekonomi, produk akhir dari industri olah raga sepakbola ada dua.

Yaitu acara tontonan di stadion dan acara siaran pertandingan di televisi.

Untuk produk akhir berupa hiburan tontonan stadion, perputaran uangnya ada di industri sewa stadion.

Termasuk pembelian tiket, transportasi, dan biaya makan minum penonton, serta kostum dan pernak-pernik (marchandise).

“Pada masa sebelum pandemi, untuk nilai ekonomi tontonan stadion diperkirakan total nilai ekonominya sekitar Rp644 miliar satu musim kompetisi untuk liga teratas saja.”

Belum termasuk liga level yang lebih rendah,” tuturnya.

Sementara untuk produk akhir yang berupa hiburan tontonan televisi, perputaran uang ada di industri penyiaran, periklanan dan teknologi informasi.

Baik iklan untuk penyelenggara kompetisi, iklan pada stasiun televisi dan sponsor klub, nilainya total mencapai Rp714 miliar.

“Kemudian, uang yang berputar dalam industri ini pada gilirannya bisa memicu kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya.”

Sektor ekonomi yang terdampak positif terutama adalah Informasi dan Komunikasi, Perdagangan, Industri Pengolahan, dan berbagai jasa lainnya.”

“Keseluruhan dampak ekonomi yang tercipta secara nasional mencapai tak kurang dari Rp2,7 triliun dan penciptaan 25.000 kesempatan kerja,” imbuhnya.

Ia menilai, dri sisi produk, layanan BRI dan penonton sepak bola tidak beririsan sempurna.

“Tetapi jangkauan dan pengenalan BRI yang luas di seantero nusantara berpotensi meningkatkan citra dan gairah dari kompetisi sampai ke pelosok.”

“Apalagi semangat kedaerahan untuk mendukung tim kesayangan juga akan kuat,” pungkas dosen UI tersebut. (adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.