rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Buku Berdebu di Rak Tua

Buku Berdebu di Rak Tua

Oleh: Leni Marsih
Pustakawan Universitas Andalas

Buku merupakan sekumpulan kertas yang berisi informasi maupun ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis dan tercetak, kemudian disatukan atau dijilid. Kertas tercetak tersebut disusun berdasarkan urutan informasi secara beraturan dan runtut, kemudian diberi sampul sesuai dengan tema dan keinginan penulis ataupun dari penerbit. Secara sederhana buku merupakan kertas tercetak yang berisikan suatu informasi.

Menurut Sitepu (2012:8), buku adalah kumpulan kertas berisi informasi, tercetak, disusun secara sistematis dijilid serta bagian luarnya diberi pelindung terbuat dari kertas tebal, karton atau bahan lain.

Buku bermula dari penulisan. Penulisan merupakan proses yang dilakukan dari ide, naskah, informasi ataupun cerita yang direncanakan, kemudian ditata hingga dikembangkan isi serta ilustrasi sampai selesai dan sempurna untuk disiapkan kepada penerbit. Tarigan (1986: 22-24) menjelaskan, ilmu ataupun pengetahuan dapat dihimpun ke dalam suatu wadah secara permanen yang selalu tersedia dengan pertolongan buku–buku.

Dilain hal, buku–buku dapat diterbitkan berdasarkan berbagai jenis diantaranya buku fiksi, buku faksi, buku nonfaksi, novel, ensiklopedia, antologi, biografi atau autobiografi, catatan harian, buku panduan, fotografi, atlas, komik, dongeng dan cergam. Keseluruhan jenis ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan serta keuntungan bagi yang membacanya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari peminat sebagai alat komunikasi verbal secara tertulis.

Berbagai jenis buku ini, banyak hal yang dapat dijadikan sebagai tempat persediaan buku termasuk salah satunya rak. Rak dijadikan sebagai tempat penyimpanan buku sehingga dapat disusun secara sistematis sesuai dengan informasi dan jenis koleksi yang dijadikan konsumsi oleh khalayak dan masyarakat umumnya.

Rak buku merupakan sebuah tempat yang sengaja dibuat dan berfungsi untuk meletakkan buku–buku agar dapat tersusun rapi, sehingga buku – buku tersebut mudah untuk ditemukan kembali. Wirania Swasty (2010 : 5) menyatakan, rak buku juga harus ditata dengan baik agar buku – buku koleksi tersimpan rapi dan terawat. Rak bukupun terdiri atas berbagai macam sesuai dari bahannya seperti rak dari bahan logam, rak kayu dan rak plastik.

Dari ketiga bahan tersebut, rak kayu lah yang berfungsi kuat dan kokoh dalam penggunaan jangka panjang, namun rak kayu yang digunakan terlalu lama dapat juga memopang dan membuat buku bisa bertahan lama sehingga dapat menyimpan buku hingga berpuluh tahun, sampai pada akhirnya buku–buku jadi berdebu karena jarang disentuh.

Buku berdebu di rak tua dapat merupakan buku–buku yang tersusun secara rapi dan tertata menurut jenisnya namun ditutupi banyak debu yang terletak di rak tua. Buku jadi berdebu karena jarang disentuh dan digunakan oleh pembacanya. Ada banyak hal dalam keterpakaian buku, termasuk alasan untuk tidak dibaca, salah satunya adalah karena buku tersebut merupakan terbitan lama dan bahkan informasinya tidak sesuai dengan peminatnya.

Keterbacaan merupakan suatu ukuran sesuai atau tidaknya suatu bacaan oleh pembaca tertentu yang dilihat dari segi tingkat kemudahan atau kesukaran kemudahan wacana (Harjasujuna dan Mulyati, 1997 : 106). Tampubolon (dalam Suladi, dkk, 2000 : 4) menerangkan, keterbacaan sesuatu yang sesuai atau tidaknya suatu wacana bagi pembaca tertentu yang dilihat dari tingkat/aspek kesukarannya.

Pada masyarakat konsumsi maupun peminat untuk membaca , cara pandang mengenai membaca buku, secara signifikan mengalami pergeseran. Buku kemudian dijadikan bacaan elektronik, jangankan buku baru apalagi buku lama miris sekali untuk bisa dibaca.

Dalam konteks ini buku yang sudah usang tidak terpakai lagi, baik dari segi ilmu, informasi terutama berita merupakan suatu ketertinggalan yang harus dielakkan. Sudah tidak waktunya membuka buku–buku lama, apalagi era teknologi saat ini semua yang berbentuk fisik didigitalkan dengan mudah baik untuk memperolehnya maupun dalam penggunaannya. Sedangkan ini bukan budaya masyarakat Indonesia.

Dengan demikian, rak tua telah dijadikan barang yang tak bernilai karena merupakan tempat bagi koleksi–koleksi yang tidak dibutuhkan dan bahkan tidak berguna. Hal ini menunjukan bahwa tidak adanya nilai informasi ataupun pengetahuan apalagi berita yang penting untuk dibaca. Semua yang tertulis dibuku itu bisa dikatakan sudah tidak ada artinya lagi.

Relatifnya tidak bisa dipungkiri bahwasanya, fungsi buku di rak tua tersebut sudah usang menjadi tidak terpakai lagi bagi masyarakat umum oleh siapapun.

Koleksi – koleksi yang berjejer rapi lengkap dengan petunjuk arahnya tidak terhiraukan lagi. Ada beberapa kumpulan ilmu dan pengetahuan, ada juga kumpulan cerita dan novel atau dongeng, atau bahkan beberapa kumpulan peristiwa yang membuat kita benar – benar berada pada kejadian tersebut.

Selain dari berbagai jenis koleksi tersebut, ada juga tulisan – tulisan dari penulis legendaris lama ternama seperti tulisan Buya Hamka, Suwarsih Djojopuspito, Mochtar Lubis dan banyak lain lagi yang mesti harus dilestarikan dan diperkenalkan kepada anak cucu bangsa. Dimana begitu banyaknya sejarah yang tetap perlu diketahui dan juga sisi lain sulitnya para penulis tersebut dalam menyusun dan merangkai kata demi kalimat hingga menjadi buku tercetak yang siap diterbitkan.

Kesadaran khalayak ataupun masyarakat umum Indonesia akan adanya informasi ataupun pesan penting yang disampaikan penulis tidak sepenuhnya disadari. Kecendrungan masyarakat saat ini tanpa disadari untuk lebih memilih, membaca bahkan memahami informasi dan pengetahuan terkini dapat mengurangi nilai buku penikmat itu sendiri. Ataupun menjadikan dan memilih membaca buku melalui smartphone dan Kindle yang dapat memuat ratusan buku, dibanding buku-buku fisik yang membebani ransel.

Dalam hal ini, masyarakat hendaknya bijak dan harus jeli dalam memilih koleksi yang akan dibaca. Dan dapat menyadari bahwa e-book apakah bermanfaat dan berfaedah atau tidak. Untuk itu sebagai masyarakat yang berbudaya dimana membaca buku adalah cara untuk memberi makan otak kita, dengan membaca buku dapat membuka cakrawala dunia, dan bahkan untuk mencapai puncak kita harus berdiri diatas buku yang kita baca.

Pada akhirnya masyarakat dapat memiliki minat baca yang tinggi serta memahami arti pentingnya sebuah buku, buku bisa rusak, tetapi kalau sudah dibaca takkan hilang kecuali bersama ajal..apa pun itu rupanya buku tetap buku. (***)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *