25/04/2024

rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Berkah Dalam Publikasi

Berkah Dalam Publikasi

Budi Rajobujang Pengamat dan Penggiat Multimedia.

Menelisik Video Viral Emak-emak yang Sedang Memaki Walikota Padang

Oleh : Budi Rajobujang – Pengamat dan Penggiat Multimedia

Sehebat-hebatnya perencanaan manusia, tetap saja keputusan dan hasil Allah SWT yang menentukan.

Begitu halnya dalam publikasi. Pembahasan detail skenario yang panjang melalui ragam brainstorming yang menghabiskan bergelas-gelas kopi, bisa hancur karena adanya “kecelakaan skenario”.

Story board yang rapi dan runut pun bisa kacau hanya karena cuaca atau alam yang tiba-tiba berubah drastis. Diluar kuasa pembuat cerita.

Karena yang berkuasa, tetaplah skenario Allah SWT…
Jika sudah digariskan, tanpa diskenariokan pun itu akan terjadi tanpa bisa dicegah.

Menelisik Video Viral Emak-emak yang sedang memaki Walikota Padang, agak susah untuk mengkategorikan video itu sebagai bagian dari pencitraan. Apalagi dikatakan sebagai setting-an. Beberapa alasan dapat dikemukakan guna memperkuat pandangan ini.

Pertama, dari arah video. Manusia memiliki fitrah suka dipuji dan dianggap lebih dari yang lain. Arah kamera video yang mengarah kepada Pak Walikota sebagai objek caci maki, menunjukkan eksistensi yang memvideokan. Dan cenderung ingin mengkerdilkan yang sedang dicaci maki.

Video berasal dari depan, cenderung diperuntukkan untuk me-magnifikasi kesalahan objek yang sedang dicaci maki. Dalam hal ini, Pak Walikota sebagai orang yang sedang ‘dipersalahkan’ atau ‘dihakimi’.

Dari argumen ini, sebenarnya sudah bisa dipatahkan adanya tendensi bahwa Video Viral tersebut bagian dari pencitraan.

Kedua, tidak ada talent se-alamiah dan se-lancar itu dalam mengucapkan Caruik Pungkang.

Aktor atau aktris apapun tidak akan selihai dan selancar itu dalam mengucapkan script, meski telah berlatih lama. Reza Rahadian pun butuh waktu untuk bisa tampil dengan sangat alamiah.

Terlebih, ini posisinya warga kepada pemimpinnya. Hanya satu alasan yang bisa menjawab ini, emosi dan pikiran alamiah dari yang bersangkutan. Muncul seketika, tanpa bisa ditahan.

Artinya, sulit jika video itu disebutkan sebagai pencitraan atau setting-an.

Ketiga, kualitas video. Kualitas video yang cenderung kurang jelas saat disebar di media sosial.

Jika tidak ditambahkan sedikit caption, Penonton video butuh waktu untuk menganalisa siapa objek yang sedang dicaci maki ini. Karena memang kualitas videonya rendah.

Saat ini, teknologi kamera smartphone yang termurah saja, minimal spesifikasinya sudah 5-8 Megapiksel. Sudah super cerah dan tajam.

Sangat naif, jika timses memvideokan ‘peristiwa penting’ dengan kualitas smartphone yang sangat rendah.

Rasanya, tanpa perlu lebih jauh lagi menggunakan Forensik Audio Visual, agak susah mengatakan bahwa video viral yang beredar itu sebagai bagian dari ‘pencitraan’.

Menurut saya, video ini lebih tepat disebut sebagai Blessing In Publication.

Berkah main sepeda di sore hari…. Begitulah kira-kira.

Selain sehat, dapat publikasi gratis dan popularitas naik . Apakah berdampak kepada Acceptabilitas dan Popularitas ???

Kita lihat saja nanti…..

Padangpanjang, 8 Agustus 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.