Model Pembelajaran Inovatif Terintegrasi Smart Classroom pada Pendidikan Vokasi
oleh Dr.(c).Yasdinul Huda, S.Pd., MT meraih gelar Doktor di Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Padang
Proses pendidikan berkualitas menjadi salah satu faktor penentu kualitas lulusan suatu lembaga pendidikan. Usaha dalam menghasilkan lulusan berkualitas telah menjadi masalah umum dunia pendidikan secara nasional maupun di dunia internasional dan telah banyak cara dihasilkan para peneliti. Beberapa hasil penelitian yang fokus melakukan penelitian kurikulum yang terbaik (efektif) untuk menghasilkan kualitas terbaik (Yusri, 2018; Westbrook, 2013), demikian juga dengan strategi mengajar terbaik (Shinn, 1997; Cecil, 2004), pedagogy mengajar, refleksi dan evaluasi terbaik dikemukakan (Biesta, 2009; Girija, 2011; Westbrook, 2013), alat bantu dan bahan pengajaran terbaik (Lazar, 2015; Eady, 2013; Effiong, 2015; Osman, 2018), lingkungan belajar fisik dan atau virtual terbaik (Selda, 2012; Chris, 2018; Clarence,2017) dan dukungan teknologi terbaik dalam upaya menghasilkan pendidikan berkualitas (Ghavifekr, 2015; Oecd, 2018).
Pendidikan berkualitas menjadi satu prasyarat penting menyikapi tantangan Era Revolusi Industri 4.0 (ERI 4.0) yang kompetitif saat ini. Ciri teknologi pada ERI 4.0 (revolusi industri dunia keempat) menyatu dengan masyarakat dan menjadi basis dalam kehidupan manusia, robotik, quantum komputasi, bioteknologi, 3D printing, otomasi kendaraan, internet, sistem virtual dan fisik bekerjasama secara global (Triyono, 2017). Kinerja pendidikan vokasi akan bersentuhan langsung dengan ciri teknologi RI 4.0 dalam menyiapkan lulusannya untuk bekerja, khususnya peran pendidik.
Teknologi memiliki potensi besar untuk meningkatkan prestasi siswa dan pembelajaran guru. Teknologi baru memberikan peluang untuk menciptakan lingkungan belajar yang memperluas kemungkinan belajar ditingkatkan. Banyaknya teknologi baru yang interaktif (Greenfield dan Cocking, 1996), sekarang lebih mudah untuk menciptakan lingkungan di mana siswa dapat belajar dengan melakukan, menerima umpan balik, dan terus memperbaiki pemahaman mereka dan membangun pengetahuan baru (Barron et al., 1998; Bereiter and Scardamalia, 1993). Teknologi baru juga dapat membantu orang memvisualisasikan konsep yang sulit dipahami, seperti membedakan panas dari suhu (Linn et al., 1996). Siswa dapat bekerja dengan perangkat lunak pemodelan dan visualisasi yang mirip dengan alat yang digunakan di lingkungan sekolah non formal, meningkatkan pemahaman mereka dan kemungkinan transfer dari sekolah formal ke pengaturan sekolah non formal.
Tantangan baru bagi Universitas untuk memunculkan model pendidikan jarak jauh (e-learning maupun secara blended) yang fleksibel, inovatif dan cerdas, adalah menjadi kebutuhan mendesak. Bagaimana mengintegrasikan siswa ke dalam lingkungan pengetahuan baru untuk memberi mereka akses pada pengetahuan dan teknologi yang muncul, sementara itu Universitas secara aktif memberikan dampak pada lingkungan pengetahuan. Teknologi memungkinkan pendidikan membawa proses belajar keluar dari kampus atau membangun ruang kelas cerdas (Smart Classroom). Teknologi pintar (Smart Technologies) mampu memenuhi permintaan publik untuk meningkatkan layanan pendidikan tinggi berkualitas. Pendekatan belajar untuk pendidikan berkualitas harus benar-benar dipertimbangkan kembali; baik konten, metode pembelajaran, dan termasuk manajemen pengetahuan dalam suatu model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan produktif.
Model pembelajaran Inovatif menjadi suatu tuntutan untuk dikembangkan, karena dibutuhkannya inovasi penggunaan teknologi didalam pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan model ini, di dalamnya terdapat tujuan-tujuan pengajaran, tahapan dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Rusman, 2016:133).
Pergeseran pola pembelajaran kepada pendidikan cerdas dapat meningkatkan kemampuan belajar di abad XXI dan dalam rangka peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran memicu negara-negara berkembang untuk mengambil bagian yang sesuai pada kondisi dunia yang terus berubah. Upaya ini juga diambil Indonesia untuk memperbaiki pola pendidikannya.
Pentingnya lingkungan pembelajaran cerdas dalam skema pembelajaran abad XXI, berdasarkan berbagai hasil penelitian mengemukakan; 1). Smart Classroom adalah lingkungan belajar gabungan yang kaya teknologi, fisik dan virtual yang memiliki kemampuan kesadaran konteks dan dapat menyesuaikan parameter lingkungan mereka. 2). Smart Classroom menyediakan konten pembelajaran, dukungan interaksi dan alat pembelajaran yang konstruktif untuk semua jenis pengajaran. 3). Smart Classroom memiliki kemampuan menyimpan, mengumpulkan, menghitung, dan menganalisis data peserta didik untuk melakukan keputusan pedagogis yang dioptimalkan. 4). Smart Classroom adalah lingkungan belajar yang terbuka untuk membawa siswa ke konteks pembelajaran yang otentik oleh Li et.all, 2015 (dalam Guang, 2015: 4). Dengan demikian lingkungan Smart Classroom dapat merangsang motivasi dan kreasi dam inovasi belajar peserta didik, mendorong pembelajaran secara efektif.
SMART merupakan Self-Directed, Motivated, Adaptive, Resource enriched, Technology Embeded dimana; Self-Directed (perluasan akses/waktu pendidikan); memungkinkan waktu masuk dan pembelajaran kapan saja, Motivated (perluasan metode pendidikan); dengan menyediakan aktivitas pengalaman, kolaboratif dan keterampilan komunikasi, Adaptive (perluasan kapasitas pendidikan); dengan menawarkan pembelajaran yang disesuaikan dan individual, Resource enriched (perluasan konten pendidikan); fitur yang memperluas konten pendidikan dengan memfasilitasi berbagai sumber daya pendidikan semisal kreativitas dan pemecahan masalah, dan Technology Embeded (perluasan ruang pendidikan); fitur yang disematkan teknologi memperpanjang waktu pendidikan dengan menawarkan jaringan komunikasi lokal dan global (Korean Ministry of Education, Science, & Technology, MEST, 2011), Karakteristik ini menyiratkan bahwa melalui pembelajaran SMART memperluas waktu, metode, kompetensi, konten, dan ruang pendidikan dan pengajaran.
Mengingat tantangan abad XXI dan kondisi internal terkait kualitas lulusan, peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran inovatif yang fokus pada peningkatan keterampilan belajar abad XXI. Model pembelajaran dimaksud merupakan pengembangan dari strategi yang ada saat ini, melalui target rancangan learning skills, literacy skills tertentu yang ditingkatkan/diintegrasikan dengan lingkungan Smart Classroom. Penelitian ini juga bermaksud untuk mendapatkan model pembelajaran yang mudah diterapkan, menawarkan integrasi dan inkorporasi kompetensi abad XXI dalam pembelajaran bidang studi keahlian informatika.
Tentu dalam pengembangan model pembelajaran harus dirancang dengan baik, dan sistematis sesuai tahapan metode penelitian dan pengembangan Research and Development(R&D). Penelitian ini telah menghasilkan model Pembelajaran Inovatif Terintegrasi Smart Classroom pada Pendidikan Vokasi.
Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Terintegrasi Smart Classroom (MPIT SmC) pada pendidikan vokasional, melalui konseptual yang telah dibangun di atas, kemudian disesuaikan dengan karakteristik pendidikan vokasional dengan mengacu pada Tegeh (2016) dan penerapan Kurikulum Nasional (K13) dan Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT) 2019, mengadopsi teori-teori pembelajaran dan mempertimbangakan Byte (2018) dan Nordell (2014). Model pembelajaran Inovatif yang dipertimbangkan adalah Project Based Learning. Model pembelajaran inovatif Project Base Learning tersebut memiliki langkah-langkah penerapan atau sintaks tertentu yang dimodelkan agar terintegrasi dengan Smart Classroom. Kontribusi Smart Classroom yang diusulkan sebagai dukungan Literacy Skill pada pengembangan model diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Integrasi Smart Classroom sebagai aspek pendukung pada model Pembelajaran Inovatif.
Komponen Model | Aspek Integrasi | Aspek Pendukung |
Model Pembelajaran Inovatif
(Learning/ Thinking Skills) |
1. SMART Curriculum 4.0
(Kurikulum Pengajaran Cerdas), SN-DIKTI RI 4.0 |
1. Attitude Cerdas
2. Pengetahuan Cerdas 3. Keterampilan Cerdas |
2. SMART Teaching Strategy
(Strategi Pengajaran Cerdas) |
1. Model Cerdas
2. Materi Cerdas 3. Media Cerdas |
|
3. SMART Pedagogy
(Pedagogy Pengajaran Cerdas) |
1. Buku Pengajaran Cerdas
2. Alat Refleksi Cerdas 3. Alat Evaluasi Cerdas |
|
Integrasi
Smart Classroom (Literacy Skills) |
4. SMART Teaching Solution
(Solusi Pengajaran Cerdas sebagai literasi Informasi) |
1. Alat Pengajaran Cerdas
2. Bahan Ajar Cerdas 3. Simulasi Cerdas |
5. SMART Teaching Space
(Lingkungan Pengajaran Cerdas sebagai media literasi, (Smart Learning Enviroment, SLE) |
1. Lingkungan Virtual Cerdas
2. Lingkungan Fisik Cerdas 3. Ruang R & D Cerdas |
|
6. SMART ICT
(TIK Cerdas, sebagai literasi Teknologi) (Technology Enhanced Learning, TEL) |
1. Mobile Computing
2. Coud Computing 3. Networking Data Center: Computing, Storage and Network |
Model yang dikembangkan memuat 9 sintaks (sembilan langkah) model MPIT-SmC pada Gambar 1.
Gambar 1 Sembilan (9) langkah Utama Project Base Blended Learning (PjB2L) Smart Classroom dengan 3 Strategi pembelajaran
Pengembangan MPIT-SmC diawali dengan kajian model serumpun, baik keunggulan model yang ada maupun kelemahannya, merupakan langkah yang efektif dan efisien. Eksplorasi terhadap teori-teori belajar yang mendukung model, metodologi yang dikembangkan serta taktik implementasinya menjadi fokus dari reviu literatur. Elaborasi dengan teknik komparasi dan integrasi antar model memungkinkan penelitian untuk menemukan model yang unggul. Unggul dimaksud adalah memiliki nilai lebih dengan makna menguatkan apa yang sudah ada, atau membangun sesuatu yang berbeda dan baru. MPIT-SmC sesungguhnya lahir dari upaya integrasi akumulatif beberapa model, wujud dalam ragam strategi yang sangat mungkin dilaksanakan dengan dukungan Smart Classroom yang mungkin dilaksanakan di kelas nyata atau maya tanpa batas waktu dan dengan media berbeda dari pembelajaran bidang studi, dan inilah keunggulannya.
Pembelajaran pada MPIT-SmC mengintegrasikan pencapaian kompetensi bidang keahlian PSB dengan upaya peningkatan kompetensi IT-SmC mahasiswa. Karena itu, MPIT-SmC menghendaki agar dosen atau pengajar memiliki kapabilitas mumpuni dalam bidang studi informatika, sekaligus kompeten dalam hal keterampilan andragogi. Pengajar/dosen harus bisa memahami dan mengenali kemampuan pebelajar secara baik dan utuh. Keterlibatan dosen dalam pelaksanaan perkuliahan untuk setiap modus pembelajaran menjadi sesuatu yang mutlak. Kecenderungan dosen untuk melaksanakan perkuliahan secara lepas, hanya menyediakan modul praktikum (job/lab-sheets), alat dan bahan, penjelasan singkat terkait teori, tidak bisa dilaksanakan dengan MPIT-SmC. MPIT-SmC hakikatnya mendorong interaksi yang intens, tanpa batas waktu melalui daring atau luring antara dosen-mahasiswa dalam setiap tahapnya agar pencapaian kompetensi keahlian dan keterampilan belajar bisa optimal, dengan mengoptimalkan keterampilan berpikirnya.
Sebagai model pembelajaran, dalam implementasi MPIT-SmC ditemui keterbatasan-keterbatasan yang sangat sulit dihindari. Model belum dapat memberikan jaminan untuk dapat diimplementasikan pada perkuliahan teori. Secara konseptual, penggunaan model MPIT-SmC menekankan pentingnya mengetahui Cognitive Structure dan Prior Knowledge mahasiswa, pendekatan berorientasi pebelajar untuk pembelajaran IT-SmC; Expository, Questioning, Scaffolding, Brainstorming, Blended Learning, Problem Solving, kemampuan menerapkan pendekatan baru (Smart Classroom), diskusi dan partisipasi dalam kelompok, dan berbagai sisi lainnya yang mungkin diduplikasi. Namun secara praktis, Experiment, Problem Solving dan Project Design hanya mungkin dilaksanakan di laboratorium atau bengkel pada perkuliahan praktikum.
Dari sisi pencapaian konten dan pelaksanaan pembelajaran, setiap modus dapat dilaksanakan secara Blended Learning, demikian juga untuk penilaian atau evaluasi, meskipun tidak semua bentuk evaluasi disarankan daring dalam model ini. MPIT-SmC menggunakan konsep Performance Assessment yang menuntut dosen untuk menilai secara langsung unjuk kerja subjek didiknya, tidak hanya pada hasil akhir namun juga selama proses pembelajaran. Dengan demikian, keberhasilan implementasi, hasil dan dampak MPIT-SmC sangat ditentukan oleh komitmen yang tinggi dari dosen maupun mahasiswa.
Metode pembelajaran yang mampu secara optimal meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam menyelesaikan masalah-masalah aktual, berinovasi, modifikasi dan improvisasi meningkatkan keterampilan belajar (learning skills) pada proses pembelajaran telah dibuktikan mendapat dukungan komponen literasi skills (sebagai komponen integrasi Smart Classroom). Kontribusi komponen Smart Classroom pada proses pembelajaran digambarkan sebagai berikut; Information Literacy sebagai SMART Teaching Solution, Media Literacy sebagai SMART Teaching Space dan Technology Literacy sebagai SMART ICT. Lebih detailnya dijelaskan, bahwa; Literasi informasi (memahami fakta, angka, statistik, dan data), Literasi media (memahami metode dan outlet di mana informasi dipublikasikan), Literasi Teknologi (memahami mesin/teknologi yang memungkinkan mengikuti Era Informasi). Melalui komponen keterampilan belajar dan keterampilan literasi ini; solusi pengajaran cerdas, dukungan teknologi cerdas, sekaligus membangun lingkungan mengajar/belajar cerdas yang efektif dan efisien diharapkan dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Smart Classroom memberikan fasilitas: (a). mahasiswa dan dosen dapat menggunakan komputer, menuju pertemuan virtual maupun di kelas fisik, (b). Presensi mahasiswa di record secara otomatis, (c). Dosen dapat memilih dari berbagai teknologi, termasuk sinkron: (1). Presentasi slide, (2). Konferensi audio dan video, (3). Berbagai aplikasi, (4). Papan tulis bersama, (d). Interaksi dengan mahasiswa: Mahasiswa dapat menunjukkan kapan mereka ingin berbicara semudah mengangkat tangan mereka. Dosen memeberi kesempatan mahasiswa berbicara melalui konferensi audio dan video. Dosen dan mahasiswa bisa menggunakan instant messaging dan chat. Dosen bisa mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa dan mahasiswa dapat bekerja sama dalam kelompok.
Penelitian pengembangan ini telah mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan MPIT-SmC terbukti valid, praktis, efisien dan efektif, memberi penguasaan kompetensi bidang vokasi Pemrograman Sistem Bergerak (PSB) sekaligus meningkatkan penguasaan kompetensi IT-SmC. Sistem pendukung model berupa; Buku Model Pembelajaran IT-SmC, Modul Praktikum, Buku Panduan Dosen, Buku Panduan Mahasiswa yang valid, praktis dan efektif.
Implikasi (konsekuensi yang ditimbulkan) penggunaan model MPIT-SmC menekankan pentingnya mengetahui Cognitive Structure dan Prior Knowledge mahasiswa, pendekatan berorientasi pebelajar untuk pembelajaran IT-SmC, Expository, Questioning, Scaffolding, Brainstorming, Blended Learning, Problem Solving, kemampuan menerapkan pendekatan baru (Smart Classroom), diskusi dan partisipasi dalam kelompok, dan berbagai sisi lainnya yang mungkin diduplikasi. Namun secara praktis, Experiment, Problem Solving dan Project Design hanya mungkin dilaksanakan di laboratorium atau bengkel pada perkuliahan praktikum. Selain itu Model ini memuat karakteristik Smart Classroom berikut; (a). Pembelajaran adaptif, (b). Pembelajaran kolaboratif, (c). Perangkat komputasi, (d). Saling menghormati, (e). Penilaian berbasis kinerja, (f). Mahasiswa-sentris, (g). Siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya, (h). Mahasiswa memahami dan mengikuti aturan dan prosedur, (i). Adanya sistem kerja yang inovatif untuk pengajar dan manajemen laboratorium, (j). Ada ruang kelas audio-visual berkemampuan multimedia penuh, (k). jenis pendidikan yang ditingkatkan dengan teknologi.
Artikel ini ditulis oleh Dr.(c) Yasdinul Huda, S.Pd., MT berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor (S-3) pada Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Tim Promotor Prof. Dr.Ambiyar. dan Co-Promotor Dr. Sukardi Umar, M.T yang telah lulus diseminarkan pada ujian tertutup tanggal 3 Februari 2021 pukul 09:00 dengan Tim Penguji yaitu Prof. Ganefri, Ph.D.; Dr. Fahmi Rizal, M.Pd., M.T. Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd, Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed, Dr. Muhammad Anwar, M.T, dan Prof. Dr Sarjon Dafit, S.Kom, M.Sc sebagai Penguji Eksternal dan Rektor dari Universitas Putra Indonesia (UPI YPTK). Dari hasil temuan penelitian disertasi ini, berkenaan dengan model yang dikembagkan, Dr.(c) Yasdinul Huda, S.Pd., MT telah berhasil mempublikasi artikel di jurnal international bereputasi (Q4) dengan judul Intelligent Digital Learning Service Laboratory in Smart Classroom Environment di jurnal Psychology and Education. (*)