Wisata Sejarah FSM ke Diniyah Puteri Padangpanjang, Kumpulkan Sejarah Perjuangan Perempuan di Minangkabau
Mungkin tidak banyak yang tau, jika Rahmah El Yunusiyah selain dikenal sebagai pejuang perempuan dan pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Diniyyah Puteri Padangpanjang, juga menginisiasi lahirnya tiga perguruan tinggi ternama di Sumatera Barat, seperti Universitas Andalas (Unand), Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol dan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.
Jon Kenedi-Padangpanjang
Sejumlah ibu-ibu terlihat menuruni jenjang dari lantai dua ruang pertemuan Diniyyah Puteri Padangpanjang, langkah mereka tidak begitu tergesa-gesa. Sebagian dari mereka, sudah tidak muda lagi, tetapi mereka tetap semangat menuruni satu persatu anak tangga.
Dipandu Pimpinan Ponpes Diniyyah Puteri Fauziah Fauzan El Muhammady, rombongan dari Forum Siti Manggopoh (FSM) itu, sengaja datang untuk melihat peninggalan dari Rahmah El Yunusiyah di sekolah yang telah melegenda itu.
Memang, pada Minggu (07/02/2021) itu, aktifitas Diniyyah Puteri Padangpanjang tetap seperti hari-hari biasanya. Karena, lembaga pendidikan khusus perempuan itu, menetapkan Jum’at sebagai hari liburnya. Sehingga, rombongan FSM itu tetap bisa menemui aktifitas guru dan santri, yang berlalu lalang di lingkungan perguruan yang terletak di Kelurahan Pasar Usang, Kecamatan Padangpanjang Barat, Kota Padangpanjang.
“Setelah selesai dari ruangan pertemuan, kami akan ajak ibu-ibu untuk mengunjungi kantin robotik dan perpustakaan Zainudin Labay El Yunusy yang berada di bagian belakang dari ruangan pertemuan pertema, tepatnya disebelah kanan dari Gedung Zainudin Labay, yang menjadi lokasi pertemuan-pertemuan dan agenda penting Diniyyah Puteri Padangapanjang,” kata Fauziah Fauzan memandu rombongan FSM.
Ruangan yang pertama menjadi tujuan, kantin Robotik. Sesuai namanya, kantin tersebut memang dilayani oleh robot yang diberi nama Sabai. Rombongan bisa melihat langsung, robot yang dikendalikan melalui remote control tersebut melayani pengunjung dan bisa juga dikendalikan otomatis, menggunakan sensor warna.
Seakan tak ingin berlama-lama bermain dengan robot, ibu-ibu dari FSM langsung diajak mengunjungi Zainudin Labay El Yunusy yang menyimpan koleksi ribuana bacaan, baik berupa kitab, buku tentang ilmu agama, hingga ilmu umum. Dimana, perpustakaan tersebut telah dikelola secara digital. Malahan, pengelola pustaka, juga menyediakan tablet, untuk mengakses buku-buku di dunia maya.
Lokasi ketika yang dikunjungi dan merupakan tujuan pokok rombongan, adalah Museum Rahmah El Yunusiyah yang masih berada di lingkungan pondok, meskipun romobongan masih menyempatkan untuk foto bersama didepan gedung dan tugu asrama Diniyyah Puteri.
Kepada rombongan, setelah memperkenalkan silsilah keluarga dari Rahmah El Yunusiyah. Zizi, panggilan akrab dari Fauziah Fauzal El Muhammady, juga memaparkan tentang rentetan perjuangan wanita yang sempat diundang khusus ke Universitas Al Azhar Kairo itu, untuk menerima gelar Syaikah dari Senat Guru Besar Universitas Al- Azhar, yang belum pernah dianugerahkan kepada siapapun sebelumnya.
“Selain memperjuangkan Diniyyah Puteri, sebagai lembaga pendidikan khusus perempuan sejak zaman penjajahan Belanda. Rahmah El Yunusiah, juga menganisiasi pendirian sejumlah perguruan tinggi di Sumatera Barat. Seperti keterlibatannya di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Pancasila yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Unand,” sebut Zizi.
Zizi juga menjelaskan tentang keterlibatan Rahmah El Yunusiah dalam pendirian UNI Imam Bonjol Padang. Dimana, Rahmah El Yunusiah ikut andil meminjamkan bangunannya Diniyah Puteri sebagai tempat belajar dari Fakultas Ushulludin yang berada di Kota Padangpanjang. Setelah terus berkembang, kemudian baru pindah ke Kota Padang.
“Dalam sejarah ISI Padangpanjang, juga seperti itu. Ada ikatan sejarahnya, apalagi pendiri ISI Padangpanjang yang telah beberapa kali mengalami pergantian nama adalah Hoeridjah Adam, yang merupakan alumni dari Diniyyah Puteri Padangpanjang. Selain mahir dalam pendidikan, Rahmah El Yunisiah juga matang dalam beladiri dan seni. Sehingga, banyak perpaduan ilmu yang diajarkan santri-santri disini,” jelasnya.
Ketua Forum Siti Manggopoh Dr.Sri Setyawatti,MA yang menjadi pimpinan rombongan didampingi wakil Ketua Hj. Lismidawati ketika berbincang-bincang dengan Rakyat Sumbar, cukup terkesima dengan sosok Rahmah El Yunusiah yang mewakafkana dirinya dalam perjuangan dan pendidikan khusus wanita.
“Tujuan dari wisata sejarah FSM ini, untuk menggali nilai-nilai sejarah, khususnya dari tokoh perempuan di Minang, yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum. Ini bisa terlihat dari paparan bu Zizi tadi, bagaimana beratnya perjuangan seorang Rahmah El Yunusiah dalam mengembangkan lembaga pendidikan khusus untuk perempuan, malahan sampai dipenjarakan oleh tentara Belanda, tetap apa buktinya, sampai saat ini, Diniyyah Puteri terus berkembang dan menjadi pelopor pendidikan khusus puteri di Indonesia,” sebut dosen Unand itu.
Sri Setyawati juga menyampaikan, hasil dari kunjungan Forum Siti Manggopoh ini, nantinya akan dijadikan rujukan dalam mendorong kaum perempuan untuk lebih maju dan sejajar dengan laki-laki, tanpa harus menyingkirkan kodratnya sebagai perempuan.
“Sebenarnya, kesetaraan gender yang digaungkan oleh pemerintah, jauh-jauh hari telah dilakukan di Sumatera Barat, khususnya di Minangkabau. Hal ini terlihat dari perjuangan Siti Manggopoh dalam mengusir penjajah Belanda di Manggopoh, Rahmah El Yunusiah di Padangpanjang, Rasuna Said dan banyak lagi tokoh-tokoh perempuan dari Minangkabau yang berjuang membebaskan Indonesia dari penjajahan,” jelasnya.
Usai mengunjungi museum, rombongan sebelum bertolak kembali ke Padang, menyempatkan untuk melakukan ziarah ke Makam Rahmah El Yunusiah dan keluarga, yang berjarak sekitar 10 meter dari museum tesebut. (***)