Jelang Hari Pelanggan Nasional, Pelanggan Apresiasi Program Electrifying Agriculture PLN
Jelang hari pelanggan nasional, pelanggan apresiasi program Electrifying Agriculture PLN.
Tanah Datar, rakyatsumbar.id – Jelang Hari Pelanggan Nasional, Program Electrifying Agriculture PLN kembali hadirkan cerita sukses. Rony Paji Nasarani, pengusaha huller dari Jorong Pendatar Kenagarian Tanjung Berulak, Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat jadi salah satu contohnya.
Lima tahun beralih dari mesin diesel ke mesin berbasis listrik untuk usaha penggilingan padi dan bed dryer miliknya, Roni mengakui sendiri bahwa mesin tersebut memberi keuntungan yang tidak main-main. Setiap bulannya, Rony mengantongi keuntungan minimal 60% dari seluruh operasional pabriknya.
Bisnis penggilingan padi Roni bukan hanya menyentuh pasar Tanah Datar saja, tapi juga telah menjangkau pasar di hampir seluruh kawasan Sumatera Barat, Pekanbaru, Tembilahan, Teluk Kuantan, hingga Duri Riau.
Menurut Roni, pembelian mesin electro adalah investasi terbaik yang ia lakukan pada bisnis padinya. ‘’Awalnya saya penjual padi, saya membeli padi-padi dari petani sekitar nagari. Kemudian padi tersebut dan padi hasil sawah saya sendiri saya jual ke huller. Hingga kemudian saya tertarik membuka huller sendiri. Usaha huller terlihat maju dan menjanjikan,’’ cerita Roni.
Roni memulai usaha hullernya dengan mesin konvensional atau mesin diesel berbahan solar. Lima tahun belakangan, mesin electro masuk ke pabriknya dan Roni memodifikasi mesin electro menjadi mesin oven atau pemanas padi (bed dryer) kemudian mesin penggiling padi, yang menggiling padi kering menjadi beras.
‘’Dulu saya jemur manual, baru digiling. Kemudian beralih dipanaskan di tembok dengan api buatan dari bahan bakar solar. Sekarang saya modifikasi mesin electro jadi bed dryer,’’ terang Roni.
Peralihan ke mesin electro ini membuat biaya operasional untuk bahan bakar berkurang drastis. Saat masih menggunakan solar, Roni membutuhkan biaya pembelian solar hingga 10 Juta Rupiah, namun setelah beralih ke listrik biaya listrik maksimal hanya mencapai 4 Juta Rupiah. Mesin electro juga berumur lebih panjang, tidak seperti mesin diesel yang memerlukan pemeliharaan rutin dan penggantian perangkat setiap 2 tahun sekali.
Roni mengaku beruntung dapat segera mengenal mesin electro dan bekerjasama dengan PLN. Ia mengapresiasi program Electrifying Agruculture sebagai upaya PLN untuk membantu petani dan menumbuhkan ekonomi masyarakat.
‘’PLN jelas lebih irit. Mesin dengan listrik ini juga lebih bagus, lebih efisien, dan bunyinya tidak begitu keras sehingga tidak menganggu lingkungan. Ukurannya juga lebih kecil. Mesin sebelumnya itu, untuk satu ton beras menghabiskan minyak kira-kira 14 liter atau 15 liter. Sekarang kita tidak perlu isi minyak berulang kali, tinggal banyar setiap bulan ke PLN,’’ tutur Roni.
Kepada para pengusaha yang enggan beralih ke mesin electro, Roni meyakinkan bahwa investasi ke mesin ini akan pilihan tepat. ‘’Investasi di awal memang besar karena harga mesin electro lebih tinggi dibandingkan mesin konvensional. Namun akan segera balik modal. Saya balik modal tidak sampai 1 tahun, yaitu sekitar bulan ke-7. Semua efisiensi kerjanya membuat saya untung cepat dan sudah mengganti biaya investasi pembelian mesin di awal. Jadi bulatkan tekad untuk beralih ke mesin listrik,’’ jelas Roni.
Sementara itu General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumatera Barat Eric Rossi Priyo Nugroho, di tempat terpisah mengatakan, PLN siap mengawal para petani dan pengusaha yang ingin beralih ke mesin penggilingan padi dengan suplai listrik terbaik.
‘’PLN siap mengawal era electrifying agriculture yang lebih ramah lingkungan. Pasokan listrik di Sumatera Barat saat ini surplus dan andal dan kami pastikan petani-pelaku usaha huller yang beralih ke mesin listrik akan mendapatkan pelayanan listrik terbaik. PLN sangat siap mendukung dedieselisasi ke mesin listrik dalam jumlah besar,’’ lanjutnya. (ri)