Dari Bedah Buku di Kaki Bukit Pinggir Hutan, Mengurus Hutan dengan Hati
Bedah buku di hotel atau kantor pemerintahan, sudah biasa. Kali ini, bedah buku justru dilakukan di kaki bukit pinggir hutan. Di antara deru air sungai di sela bebatuan dan Lebah Trigona yang beterbangan di sekitar kotaknya, memiliki sensasi berbeda.
Dua buku dibahas sekaligus. Kedua buku ditulis orang-orang yang selama bertahun-tahun mengurus hutan. “Semoga menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya bagi yang mengelola hutan,” kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumbar Yozarwardi Usama Putra, di Bumi Perkemahan KTH Sahabat Alam Minangkabau, Sungaibangek, Kelurahan Balaigadang, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Rabu (20/10/2021).
Saat bedah buku yang dipandu Delzi Fajri, Yozarwardi mengaku terharu. Sama sekali tak menduga bahwa timnya bisa mencatat dan menorehkan tulisan dalam bentuk buku, tentang apa yang sudah dilakukan.
Buku yang dibedah berjudul; Suluh, Sang Penerang di Tengah Covid-19. Ada 12 naskah dalam buku tersebut, dihimpun dari naskah terbaik para ASN Kehutanan dan Penyuluh Kehutanan se-Sumbar. Materinya terkait perubahan paradigma penyuluhan kehutanan, pengembangan metoda penyuluhan hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat yang terpuruk di masa pandemi.
“Kami harus selalu mencari dan menemukan pola terbaik, sehingga tidak boleh menyerah begitu saja kendati pandemi terjadi,” kata Mimitra Delita Putri, S.Hut, Anhar S. Hut dan Reny Rahmayulis, S. Hut, senada.
Ketiganya penyuluh kehutan dari daerah berbeda. Tulisan ketiganya masuk dalam buku Suluh, Sang Penerang di Tengah Covid-19. Ketiganya pun mengaku sangat terkejut karena tak pernah membayangkan tulisannya masuk dalam buku tersebut.
“Sekarang saya yakin, ternyata menulis tidak sesulit yang dibayangkan,” sambung Reny.
Buku kedua yang dibahas Firdaus Abie, Pemimpin Redaksi Harian Umum Rakyat Sumbar yang juga pegiat literasi, berjudul Mengurus Hutan dengan Hati. Naskah tersebut ditulis sepenuhnya oleh Yozarwardi, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar.
Firdaus Abie menyebutkan, tak banyak ASN, bahkan termasuk langka, seorang pejabat daerah masih meluangkan waktunya untuk menulis. Apalagi sampai menularkan kepada lingkungannya.
Yozarwardi sekaligus seakan mengingatkan kepada banyak orang, menulis tidaklah perlu hal-hal yang rumit. Banyak persoalan di sekitar kita yang menginspirasi dan dapat dijadikan topik untuk ditulis.
“Sekali pun sepintas materinya adalah pekerjaan sehari-harinya memimpin Dinas Kehutanan Sumbar, namun materi yang ditulisnya bisa dijadikan tutorial, inspirasi dan motivasi bagi pembaca, khususnya orang-orang yang berkecimpung dengan kehutanan,” kata Firdaus Abie.
Sang Kadis menjelaskan secara detail proses kreatifnya menulis. Ia mengaku, tak pernah menduga tulisan-tulisan yang dibuatnya di mobil, dalam perjalanan dari satu kunjungan lapangan, kemudian diposting di Facebook, lalu dibenahi dan diberikan penguatan data serta informasi, justru berkembang menjadi sebuah buku.
Proses kreatif hingga jadi buku, katanya, juga didukung oleh lingkungannya, “saya tak akan pernah bisa menyelesaikan kalau tidak didukung oleh lingkungan kerja dan kawan-kawan saya yang hebat,” katanya.
Buku Yozarwardi turut diapresiasi Bambang Supriyanto, Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Katanya, mengurus hutan dengan hati berarti beyond authority yang memerlukan dukungan stakeholders. Mulai dari diri sendiri dalam kapasitas Kadis yang membuka pikirannya, membuka hati dan membuka jalan pelaksanaannya melalui kontemplasi, sensing, komonukasi dan membangun prototype perubahan menuju perbaikan. Perbaikan-perbaikan tata kelola dirumuskan dan dianalisis secara bersama melalui kelembagaan pembelajar hutan.
“Yozarwardi mampu mendokumentasikan beyond authority di tingkat tapa itu dalam catatan di buku ini. Ia seorang pemimpin dan pimpinan yang baik,” tulis Bambang Supriyanto.
Pengantar di buku ini diberikan Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansyarullah, juga ada catatan dari Irwan Prayitno, Gubernur Sumbar periode 2010-2021, Direktur Komunitas Konservasi Indonesia Warsi Rudi Syaf, Penerima Kalpataru 2020 dan Tokoh Perhutanan Sosial Zofrawandi. (mul)