Membaca “Secarik Kertas di Tanah Perjuangan: Curhat ala Seorang Santri
Syafirriah Beniswita Putri dan Firdaus Abie, saling bertukar cinderamata berupa buku.
Padang, Rakyatsumbar.id- Buku kumpulan Cerpen “Secarik Kertas” karya Syafirriah Beniswita Putri, dibincangkan. Buku tersebut ditulis seorang gadis remaja, disaat padatnya jadwal pendidikan yang dijalaninya di Perguruan Diniyyah Putri Padangpanjang.
“Awal penulisan cerita ini adalah tugas sekolah, menulis naskah drama. Namun, akhirnya saya kembangkan dan mengumpulkan tulisan-tulisan lainnya” kata Riah, sapaan akrab dari Syafirriah Beniswita Putri sembari menyebutkan, ia sangat senang dan sama sekali tak menyangka kalau bukunya dibincangkan orang-orang berpengaruh di dunia kepenulisan.
Bedah Buku Secarik Kertas diusung diusung Pasaman Boekoe (p-bOEK). Menghadirkan tiga pembicara: Fauziah Fauzan, S.E Akt, M.Si (Pimpinan Perguruan Diniyyah Putri), Indra Utama, S.Kar, M.Hu, PhD (Seniman tinggal di Malaysia) dan Firdaus Abie (Pimred Harian Rakyat Sumbar).
Penggas Pasaman Boekoe, Arbi Tanjung, tampil sebagai moderator.
Acara bincang buku ini dilaksanakan secara hybrid (during dan luring). Panggung utama kegiatan di Megawisata Kuliner Bonjol.
Peserta tatap muka langsung sekitar 40 orang. Mereka terdiri pegiat buku, guru, pelajar, mahasiswa, dosen. Sementara jumlah peserta daring sekitar 30 an orang.
Ketiga pembicara punya pandangan sama bahwa imajinasi penulis termasuk ‘liar’. Ia mampu menggambarkan setting waktu yang jauh ke belakang yaitu abad ke-17 dan ke-18.
“Penulisnya dekat dengan bacaan ‘Barat’. Ini tergambar dari nama karakter tokoh yang ada dalam cerita” ungkap Indra Utama.
“Ada penggambaran betapa lebih penting arti kehadiran pengasuh ketimbang ibu kandung. Ini seperti curhat ala seorang santri, namun dituangkan ke sebuah cerita. Ini menarik” jelas Fauziah Fauzan.
Sementara Firdaus Abie menyigi dari beberapa aspek. Ia menyebutkan, penulis sangat piawai mengaduk emosi pembaca dengan menghadirkan enam naskah (dari 18 naskah Cerpen) dengan setting abad ke 17 dan abad ke 19. Tulisannya sangat konsisten.
“Penulisan dan penggunaan bahasanya sangat baik,” kata Firdaus Abie.
Proses tanya jawab dalam kegiatan berlangsung ‘hangat’. Sejumlah pertanyaan lebih mengarah kepada proses kreatif yang dilakukan putri sulung Rosben Aguswar, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Pasaman. Setiap penanya atau penanggap memperoleh buku dari penulis.
Sebelum tutup acara, Rosben Aguswar menyampaikan ucapan terimakasih kepada pembicara yang telah luangkan waktu untuk bincang buku anaknya. Ia juga berterimakasih kepada seluruh peserta dan Pasaman Boekoe sebagai penyelenggara.
“Ini ruang tempah diri anak kami tampil bicara di depan umum.Sekali lagi terimakasih kepada semuanya” paparnya. (herizon)