rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Tagar #Savepuncakpaku Viral di Media Sosial

Tagar #Savepuncakpaku Viral di Media Sosial

Painan, rakyatsumbar.id—Meski masih wacana, tetapi perubahan nama Puncak Paku menjadi Puncak Jokowi telah viral di media sosial (Medsos). Kini, aksi penolakan bukan hanya berasal dari pegiat pariwisata di kawasan Mandeh, Ninik Mamak dan netizen juga ikut bersuara.
Rencana Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan yang akan mengubah nama Puncak Paku menjadi Puncak Jokowi ternyata menuai kontroversi di masyarakat, khususnya kawasan wisata Mandeh, Sungai Nyalo, Kecamatan Koto XI Tarusan.
Bahkan, kini di media sosial muncul tagar #savepuncakpaku di masyarakat sebagai ungkapan penolakan demi menjaga histori penamaan Puncak Paku yang memiliki latar pemandangan laut biru dan perbukitan tak kalah dengan Raja Ampat.
Niniak mamak Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia Nafril Dt Bandaro Sati Nan Mudo mengatakan, seharusnya pemerintah daerah sebelum mengambil kebijakan bermusyawarah dengan masyarakat dan niniak mamak serta pemuda nagari.
Dengan begitu, jadi tahu dengan sejarah kenapa puncak tersebut waktu itu diberi nama Puncak Paku.
“Sebelum kawasan Mandeh terbuka seperti sekarang, puncak itu sejak dulunya sudah diberi nama Puncak Paku oleh nenek moyang kami di sini. Nah, setelah Mandeh terbuka, nama itulah yang diceritakan ke para wisatawan saat mereka berkunjung dan berfoto-foto di sana,” kata Nafril.
Diakuinya, memang Presiden Jokowi dan pemerintah kabupaten berperan besar dalam membuka akses dan melengkapi fasilitas di Mandeh sehingga usaha masyarakat di sektor pariwisata menggeliat.
Begitu juga peran dari tokoh masyarakat dan para pegiat pariwisata di ranah dan rantau yang ikut membantu dan memberdayakan masyarakat.
“Masyarakat sangat apresiasi dan berterima kasih atas perhatian tersebut. Namun, janganlah penghargaan kita berikan dengan mengganti nama puncak itu. Kita tempatkan lah nama beliau pada lokasi yang tepat lewat musyawarah di nagari,” harapnya.
Tokoh Masyarakat Sei Nyalo Mudiak Aia Erizal Dt Rajo Lelo menambahkan bahwa agar polemik ini tidak berkepanjangan, maka ada baiknya pemda dan masyarakat nagari bermusyawarah untuk penghargaan yang terbaik bagi Presiden Jokowi.
“Namun, bukan mengganti nama Puncak Paku yang sudah ada dan memiliki nilai historis itu,” imbuhnya.
Menurutnya hal yang perlu jadi perhatian adalah, menambah fasilitas penunjang di area Puncak Paku itu sehingga memudahkan wisatawan mengabadikan momen ketika berkunjung ke kawasan Mandeh. “Sensasinya bakal makin bagus dan wisatawan makin banyak berkunjung ke Puncak Paku,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ketua Pemuda Sei Nyalo Hadi Nof. “Sebagai anak nagari, kami akan terus menjaga nama puncak itu walau apapun yang akan terjadi. Itu sejarah dan kearifan nagari yang tidak bisa diganggu siapapun,” tegasnya.
Hadi mengatakan, penghargaan terhadap Presiden Jokowi memang layak diberikan, namun pada lokasi yang tepat lewat musyawarah pemda bersama niniak mamak dan pemuda di nagari.
Hadi yakin, masyarakat nagari sepakat untuk itu karena nyata merasakan dampak ekonomi dari terbukanya kawasan wisata Mandeh. Namun, bukan dengan mengubah nama “Puncak Paku” yang sudah terkenal dan mendunia itu.
“Kita berharap pemerintah daerah mengkaji kembali usulan perubahan nama itu. Apalagi saat ini sudah ada beberapa usulan dari masyarakat. Misalnya, pemberian untuk nama jalan, nama monumen atau anjungan dengan nama Bapak Presiden di rest area Puncak Paku,” jelas Hadi. Rik
Painan, Rakyat Sumbar- Terkait isu yang berkembang di masyarakat Tentang penamaan Puncak Jokowi dan Landmark “I Love Painan”, Bupati Pesisir Selatan, Drs. Rusma Yul Anwar, M.Pd menyampaikan klarifikasi tentang isu tersebut pada saat membuka acara Rapat Penetapan Zonasi PPDB di Gedung PCC Painan, Senin, (26/4).
Bupati mengatakan usulan pemberian nama Puncak Jokowi tersebut berdasarkan pada sejarah kunjungan Presiden Republik Indonesia itu ke Pesisir Selatan.
“Tidak ada yang membantah, Jokowi adalah Presiden RI  yang pertama ke Puncak Mandeh dan ini adalah sejarah bagi kita rakyat Pesisir Selatan,” kata bupati.
Bupati mengatakan atas perhatian Jokowi, jalan di Kawasan Mandeh dapat diakses seperti yang dirasakan hingga saat ini.
“Terlepas dari permasalahan pilihan politik pada waktu Pilpres dulu, ini adalah bentuk wujud apresiasi kita kepada Presiden yang telah membangun di Kawasan Mandeh” tambahnya.
Sejak dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati, pihaknya telah memiliki komitmen dan integritas untuk membangun Pesisir Selatan.
“Kita melihat kondisi APBD tidak cukup membangun Pesisir Selatan, sedangkan anggaran pembangunan fisik (APBN) banyak berasal dari Pusat,” jelas Rusma Yul Anwar.
Terkait dengan Landmark “I Love Painan, Bupati mengatakan dirinya tidak mengakui itu sebagai landmark.
“Itu bukan landmark, mengapa harus dirobohkan? Sebenarnya kita ingin menggantinya menjadi lebih baik lagi,” kata Bupati.
Bupati mengatakan penggantian itu atas masukan dari seorang anak SMP.
“Secara berseloroh, ia mengatakan kepada saya bahwa bangunan itu seperti meniru-niru di tempat lain, seperti di Batam yang  ada I Love Batam. Ini tidak sesuai dengan pesan nenek moyang kita,” jelas Rusma Yul Anwar.
Bupati mengatakan, usulan itu jika dilihat dari sisi pendidikan dapat untuk menjaga rasa percaya diri anak kita, sekaligus bagian dari proses pendidikan.
“Jangan dilihat dari sisi politiknya, kita apresiasi masukan dari mereka karena ditengan kemajuan zaman ini masih ada anak-anak kita yang peduli terhadap nilai-nilai leluhurnya,” tambah Bupati. (rik)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *