SMPN 3 Ampek Angkek, Sekolah Literasi: Telah Hasilkan 250 Judul Buku
SMPN 3 Ampek Angkek, Sekolah Literasi yang telah menghasilkan 250 judul buku.
Agam, rakyatsumbar.id – Gerakan Literasi menjadi program unggulan di SMPN 3 Ampek Angkek Kabupaten Agam.
Sekolah ini juga telah mencanangkan program Satu Guru Satu Buku, Satu Siswa Satu Buku.
Menurut Kepala SMPN 3 Ampek Angkek Yetti Yulia M.Pd, sebanyak 250 judul buku telah dihasilkan guru dan siswa SMPN 3 Ampek Angkek.
Hasil karya ini menjadi role model di sekolah. Selain itu, buku pertama kepala sekolah berjudul “ Siswa Bertanya, Fisika Menjawab”.
“Semua guru kita sudah mempunyai buku (buku tunggal). Kita juga membuat gerakan Mari Menulis di SMPN 3 Ampek Angkek ini.”
“Literasi menjadi ikon utama sekolah ini. Literasi itu meliputi literasi budaya, literasi digital dan literasi madani. Kita pun melaunching website sekolah.”
“Bagi kami, semua warga sekolah mau menulis.Karena itu, kita mengoptimalkan literasi termasuk bahasa Arab dan Tahfidz Alquran,”ujar Yetti.
Ia mengatakan itu saat kegiatan Talkshow dan Bedah Buku dalam acara “Gebyar Literasi SMP Negeri 3 Ampek Angkek” yang bertema Optimalisasi Gerakan Literasi Sekolah di halaman sekolah tersebut, Senin (24/10/2022).
Yetti menambahkan SMPN 3 Ampek Angkek turut mengangkat tradisi budaya Minangkabau.
Dimana siswa dilatih Panitahan serta wawancara tentang Makan Bajamba. Makan Bajamba dibimbing oleh bundo kanduang.
“Harapan kami, semoga literasi sekolah ini semakin maju dan berkembang. Semoga banyak karya yang bisa dihasilkan guru dan siswa di sekolah ini. Tentunya kami tetap butuh bimbingan agar literasi ini makin berkibar di SMPN 3 Ampek Angkek ini,”ungkap Yetti yang merupakan Guru Fisika tapi sudah menerbitkan sejumlah buku.
Apresiasi Budaya Literasi
Sementara itu, Direktur Harian Umum Rakyat Sumbar Firdaus Abie yang menjadi salah salah seorang narasumber kegiatan itu mengapresiasi budaya literasi di SMPN 3 Ampek Angkek tersebut.
Menurut Abie, panggilan akrab Firdaus Abie, Gerakan Literasi Sekolah tidak ada artinya, jika pihak sekolah tidak memulai untuk berliterasi.
Gerakan itu akan berjalan baik apabila pimpinan atau majelis guru sudah memulainya. Budaya itu yang nantinya ditularkan kepada siswa.
“Kita mengajak siswa tapi kita tidak punya karya atau belum pernah menulis. Menulis bisa dimulai dari hal sederhana,” ungkap Firdaus.
Temanya bisa dari hal-hal di sekitar atau lingkungan kita sendiri.
Guru pun sering mengeluh tidak punya waktu untuk menulis. Konsepnya adalah jangan cari waktu luang untuk menulis, tapi luangkan waktu untuk menulis.
“Kita sangat salut kepada ibu kepala sekolah yang sukses membudayakan literasi di sekolah ini. Meskipun beliau bukan guru bahasa Indonesia namun guru Fisika, tapi berhasil menulis buku serta mengajak guru dan siswanya menulis. Hasilnya juga sangat luar biasa,”ungkap Firdaus Abie.
Ia juga tertarik dengan literasi digital di sekolah. Banyak karya atau buku yang sudah memiliki barcode dan sebagainya. Sekolah ini juga memiliki majalah bernama Spenta Mags.
Sedangkan, Sry Eka Handayani, Pegiat Literasi yang juga Founder Rumah Baca Anak Nagari Gadut Tilatang Kamang Kabupaten Agam mengapresiasi SMP Negeri 3 Ampek Angkek.
Kepala sekolah dan guru sudah membuat buku, dan banyak karya yang sudah diterbitkan di SMPN 3 Ampek Angkek.
“Kami juga melihat literasi digital SMPN 3 Ampek Angkek sangat keren. Sekolah ini ada karakter religi dan mempunyai program Tahfidz. Satu hal yang perlu diketahui adalah literasi merubah paradigma. Ubah dulu diri kita, baru kita merubah orang lain. Mari bergerak, berbuat dan berkolaborasi,”tegas Sry Eka.
Bunda Literasi Kabupaten Agam Ny.Yenni Andri Warman mengungkapkan satu guru satu buku, satu siswa satu buku adalah langkah tepat yang diambil pihak sekolah.
Menulis berwal dengan membaca. Membaca memberi pengetahuan tentang karakter dan budaya.
“engan membaca, kita bisa melanglang buana dan mengetahui tentang sejarah dan tokoh nasional. Membaca juga memperluas wawasan. Kita harapkan kedepan Kabupaten Agam bisa mempunyai banyak guru dan siswa menulis serta sekolah yang menggerakkan literasi,”ungkap Ny.Yenni
Bupati Agam melalui Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Aryati turut memberikan apresiasi kepada SMPN 3 Ampek Angkek.
Banyak buku yang sudah diterbitkan dan sudah ada buku digital.
“Melalui gerakan ini, jadikan generasi muda melek literasi.”
Mereka bisa terhindar dari pengaruh arus teknologi dan informasi. Menulis bisa berbagi pengalaman serta dapat banyak keuntungan.Sebagai sekolah penggerak, SMPN 3 Ampek Angkek bisa mengaktifkan guru.
Selain itu, SMPN 3 Ampek Angkek diharapkan berbagi literasi dengan sekolah lain,”kata Bupati dibacakan Aryati.
Talkshow dipandu oleh Almujafri Surau, wartawan yang juga seorang penulis. Kegiatan diakhiri makan bajamba yang diikuti seluruh peserta. (edw)