Sisi Lain Pilkada di Sumbar: “Kutukan” Patahana Berlanjut
Oleh: Firdaus Abie
Kabupaten Pasaman menorehkan sejumlah catatan sejarah dalam Pilkada. Sejarah tersebut seakan menjadi bukti, dinamika politik di daerah ini sangatlah dinamis dan menarik untuk diikuti. Torehan sejarah itu, kian terasa kental. Salah satu sejarah pentingnya, seakan setiap Pilkada memberikan “kutukan” kepada Patahana.
Gagalnya salah satu Patahana, Wakil Bupati Pasaman Atos Pratama, mendapatkan kereta untuk maju ke bursa pencalonan, seakan mengikuti tradisi kegagalan Patahana melanjutkan “kedigjayaan” memimpin roda pemerintahan di kabupaten tersebut.
Atos bukan yang pertama. Para Patahana sebelumnya, juga pernah merasakan hal tersebut. Termasuk Yusuf Lubis, bupati sekarang yang tak bisa lagi mencalonkan diri karena sudah dua periode menjadi bupati. Bedanya, Atos langsung tumbang sebelum sempat bertarung. Patahana terdahulu yang tumbang, kalah di gelanggang sesungguhnya.
Anak muda Lubuaksikapiang yang berpasangan dengan Yusuf Lubis, pada Pilkada tahun 2015, berhasil mengalahkan pasangan Patahana, Beny Utama – Daniel Lubis. Kendati Yusuf Lubis pernah menjadi bupati pada periode sebelumnya, 2010-2015, namun Atos Pratama adalah pendatang baru. Lawan yang dihadapinya bukan pasangan sembarangan.
Ketika itu, status Beny – Daniel adalah duet pemimpin di Sumbar yang tak berpisah saat pencalonan, berbeda dibandingkan kebisaan selama ini. Selama lima tahun kepemimpina mereka, banyak perubahan dan kemajuan yang diperbuatnya untuk Pasaman. Ada pun pasangan bupati dan wakil bupati yang kembali berpasangan di Pilkada, selain Beny – Daniel, adalah Muzni Zakaria – Abdul Rahman di Kabupaten Solok Selatan. Bedanya, Muzni Zakaria – Abdul Rahman kembali melanjutkan duet kepemimpinannya.
Pertarungan bursa kepala daerah di Pasaman, menarik untuk digoreskan dengan tinta emas karena ada dua nama sentral paling berpengaruh, khususnya pasca-reformasi. Pada pemilihan, tahun 2000, pasangan H Baharuddin – Beny Utama meraih suara terbanyak di DPRD Pasaman. Mengalahkan dua calon bupati lainnya, Jufri Hasan Basri dan Kol Mar Syafridullah.
Lima tahun berikutnya, Baharuddin dan Beny memilih jalan sendiri-sendiri. H. Baharuddin memilih untuk mengabdi di kampung halamannya, Kabupaten Pasaman Barat. Beny Utama tetap maju di Kabupaten Pasaman, berpasangan dengan Kol Buyung Nurlan. Ia bertarung dengan pasangan Yusuf Lubis – Hamdi Burhan dan Drs Khairul – Hj Fauziah Hanum. Beny Utama, sang Patahana ketika itu, harus mengakui keunggulan raihan suara duet Yusuf Lubis – Hamdi Burhan.
Setelah memimpin hingga 2010, nama Yusuf Lubis digadang-gadangkan mampu mendapatkan hati masyarakat. Namanya menjadi sosok ideal untuk melanjutkan kepemimpinan. Ketika ditutup pendaftaran pasangan bakal calon kepala daerah, hanya ada dua pasangan. Yusuf Lubis berpasangan dengan Syafrialis, sosok birokrat senior di Kabupaten Pasaman. Sang penantang, Beny Utama – Daniel Lubis. Di luar dugaan, Beny – Daniel berhasil meraih suara terbanyak, dan ditetapkan sebagai pasangan bupati dan wakil bupati terpilih. Capaian keberhasilan tersebut sangat mengejutkan.
Lima tahun Beny – Daniel berduet memimpin Kabupaten Pasaman, 2010-2015. Ketika Pilkada berikutnya, tahun 2015, nama Yusuf Lubis kembali mencuat ke permukaan. Laga “Scudeto” Beny Utama vs Yusuf Lubis kembali tersaji.
Kali ini, angin segar lebih berpihak kepada pasangan Beny Utama – Daniel Lubis. Alasannya sangat masuk akal. Beny – Daniel adalah pasangan Patahana yang sangat disukai. Sejumlah proyek pembangunan digerakkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keduanya kembali berpasangan adalah sesuatu yang baru. Sebaliknya, sang penantang, Yusuf Lubis, berada pada posisi yang sedikit diragukan. Kendati Ia pernah menjadi bupati, tetapi pada pemilihan legislatif 2014, Yusuf Lubis yang ketika itu Ketua DPC Nasdem Pasaman, gagal melenggang ke kursi legislatif DPRD Pasaman.
Kegagalan Yusuf Lubis di pemilihan legislatif, seakan tak berpengaruh ketika Ia maju ke bursa pencalonan bupati, untuk periode kedua. Ia berpasangan dengan Atos Pratama, anak muda yang sekampung dengan Beny Utama. Sama-sama dari Lubuaksikapiang. Lawan yang dihadapi, duet Beny – Daniel. Hasilnya? Patahana Beny Utama – Daniel Lubis harus mengakui keunggulan sang penantang. Kemenangan Yusuf Lubis tersebut seakan menjadi “revans” bagi Yusuf Lubis, kendati ia berbeda pasangan.
Pada Pilkada 2020, Beny Utama datang lagi, tapi Ia dipastikan tidak bisa bertarung lagi dengan Yusuf Lubis, lantaran dibatasi undang-undang. Otomatis Patahana tersisa hanya Atos Pratama, lalu dihampir setiap sudut Kabupaten Pasaman, terpajang banyak spanduk, baliho dan liflet yang “menawarkan” diri menjadi bakal calon bupati dan wakil bupati. Tapi partai politik berkata lain.
Delapan dari 10 partai politik pemilik kursi di DPRD Pasaman, memberikan dukungan kepada Beny Utama untuk berpasangan dengan Sabar AS. Dua partai tersisa, memiliki enam kursi. Enam kursi tersebut tak bisa “menyeberangkan” satu pasangan untuk dicalonkan, karena syarat minimal, tujuh kursi.
Lalu, kendati Beny Utama – Sabar AS adalah pasangan tunggal, otomatiskah mereka memimpin? Sesuai regulasi, tidak! Baginya, perjalanan masih panjang. Sama dengan pasangan calon di daerah lain. Keduanya tetap harus menjalani proses kampanye, lalu pemilihan di TPS.
Di kertas surat suara nanti, selain ada nama dan foto pasangan Beny – Sabar AS, panitia pemilihan juga menyediakan kolom kosong di kertas surat suara tersebut. Pemilih dibebaskan untuk mencoblos di kolom pasangan Beny – Sabar AS atau kolom kosong. Perolehan suara akan tetap dihitung. Jika suara Beny – Sabar AS melebihi suara di kolom kosong, maka keduanya jadi pemenang. Jika suara di kolom kosong lebih banyak, maka ceritanya akan menjadi lain. *
*Penulis adalah Wartawan Harian Umum Rakyat Sumbar