Silaturrahmi Harian Umum Rakyat Sumbar dan Walikota Bukittinggi: Kota Kecil dengan Impian Besar
Laporan: Edwar – Bukittinggi
Bukittinggi hanyalah sebuah kota kecil. Kota berpenduduk sekitar 130 ribu jiwa, dengan luas 25 KM bujur sangkar, namun punya obsesi besar untuk melompat lebih tinggi. Bersanding dengan kota-kota lain.
Momentum peringatan Hari Jadi ke 236 Tahun Kota Bukittinggi, Rabu (22/12/2020), sekaligus menjadi “penutup” kebersamaan Ramlan Nurmatias, sang walikota, dengan kota yang dipimpinnya dalam konteks sebagai walikota. Dapat dipastikan, Hari Jadi Kota Bukittinggi, tahun depan, kota sejuk ini sudah berganti pemimpin.
Hasil Pilkada serentak, Rabu (09/12/2020) lalu, Ramlan Nurmatias Datuak Nan Basa yang maju melalui jalur independen, belum berhasil melanjutkan kepemimpinannya. Lima tahun sebelumnya, ia terpilih menjadi Walikota Bukittinggi berpasangan dengan Irwandi Datuak Batujuah juga melalui jalur independen.
“Semoga pemimpin berikutnya bisa memberikan capaian yang lebih baik untuk Kota Bukittinggi,” kata Ramlan Nurmatias didampingi Sekdakota Bukittinggi Yuen Karnova, dan Kabag Humas Kota Bukittinggi Yulman, ketika menerima Pemred Harian Umum Rakyat Sumbar Firdaus Abie, Pemred Padang Ekspres Revdi Iwan Syahputra, bersama tim, sekaitan silaturrahmi Hari Jadi Kota Bukittinggi.
Disaat silaturrahmi tersebut Ramlan Nurmatias menyampaikan, satu impian terbesarnya yang belum terwujud secara penuh adalah menjadikan Bukittinggi sebagai Kota Konferensi. Arah dan langkahnya sudah dipersiapkan.
Impian menjadikan Kota Konferensi, menurutnya, merupakan langkah untuk meningkatan pendapatan dan ekonomi masyarakat. Ketika Bukittinggi sudah benar-benar menjadi Kota Konferensi, maka akan terjadi pergerakan ekonomi yang besar di tengah-tengah masyarakat.
Usaha perhotelan dan sektor ikutannya akan bergerak. Ekonomi kerakyatan akan tumbuh dengan pesat. Muaranya, kesejahteraan meningkat.
Ramlan memberikan contoh nyata. Ketika dirinya mulai memimpin Bukittinggi, PAD kota wisata ini hanya Rp 73 Miliar. Di tahun terakhir kepemimpinannya, mencapai Rp 115 Miliar. Pertumbuhan PAD tersebut diperolehnya dari sektor pariwisata.
“Kita berikan sentuhan, pengelola wisata merasakan sentuhan tersebut dari pendapatan yang mereka peroleh,” kata Ramlan.
Sentuhan yang diberikan, terang Ramlan, sebenarnya saling terkait. Ia buka kartu, sebenarnya sebelum Ia memimpin, Bukittinggi masih belum tersentuh secara utuh. Langkah awal yang dilakukan, mengembalikan citra Bukittinggi sebagai kota yang bersih, ditandai dengan langkah pengakuan sebagai Kota Bersih yang memperoleh Adipura.
“Sebelumnya, Bukittinggi sekitar delapan belas tahun tanpa Piala Adipura,” kata Ramlan sembari menyebutkan, predikat Piala Adipura tersebut merupakan salah satu hal penting untuk sebuah pengakuan, sehingga memberikan jaminan kepada wisatawan.
Setelah itu, maka konsentrasi pembenahan kawasan wisata dilakukan dengan perencanaan dan aksi yang matang. Termasuk mengembangkan kawasan pedestrian, sehingga menghadirkan nuansa ketenangan dan kedamaian kepada wisatawan.
Pengembangan pariwisata, kata Ramlan membeberkan, tidak harus disertai dengan membiarkan aktivitas kehidupan malam, khususnya musik room, diskotik dan sejenisnya. Kendati hotel memiliki izin untuk hal tersebut, namun Perda yang bersumber dari kearifan lokal bisa “menghentikan” aktivitas tersebut.
“Ketika ada yang saya tutup dan tidak berikan izin untuk mendirikan, sejumlah orang protes dan marah. Tapi saya hadapi saja. Pokoknya tak bisa!” katanya tegas.
Aspek lain dalam pengembangan dan pembangunan Kota Bukittinggi disikapi Ramlan Nurmatias dan Irwandi, memaksimalkan pegawai yang dimiliki, “kami tetap memakai pegawai yang ada, tak ada pesanan, tak ada dendam. Bagi kami, semua diukur dari kinerja,” katanya sembari melirik kepada Yuen Karnova.
Yuen Karnova, mantan Kabiro Humas Pemprov Sumbar, sudah memasuki tahun ke sepuluh menjadi Sekdako Bukittinggi. Ia menjadi Sekdakota Bukittinggi sejak kepemimpinan Ismet Amziz, lalu semasa kepemimpinan Ramlan Nurmatias, Yuen Karnova tetap dipercaya menahkodai Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Bukittinggi.
Langkah lain, berasal dari ide Ketua TP-PKK Kota Bukittinggi Yesi Endriani Ramlan. Sebuah Sekolah Keluarga dihadirkan di Bukittinggi. Sekolah ini diperuntukan kepada umum, tanpa bayaran. Sasarannya adalah memberikan pendidikan dan bekal terhadap keluarga dalam upaya memperbaiki keutuhan sebuah keluarga.
Selama ini, kata Ramlan, kesibukan ayah atau ibu dalam sebuah keluarga membuat anak-anak terabaikan. Beragam kejadian. Termasuk terjadinya pelecehan, kekerasan dan sebagainya. Pendidikan di Sekolah Keluarga ini berikan selama 16 kali pertemuan.
“Banyak dampak positif setelah mereka mengikuti pendidikan di sana,” katanya sembari menyebutkan, sejumlah keluarga yang sudah menikah secara agama namun belum terdaftar secara negara disidang isbat nikahkan kembali. (*)