Sedekah Anak Yatim
Oleh: Zhilan Zhalila
“Sedekahnya, Pak. Saya anak yatim piatu…”
Kalimat itu terus berputar berulang di beberapa lampu merah di tengah kota, layaknya kendaraan yang lalu lalang tak pernah berhenti.
Banyak pengendara yang hiba atau mengharapkan anak perempuan kisaran 6 tahun, berbaju compang-camping, tubuh kurus, adalah seorang malaikat yang akan “melipatgandakan” uang-uangnya.
Siapa lagi yang akan merawat anak perempuan ini jika ayah ibunya telah tiada? Siapa yang akan menafkahinya? Sehingga anak sekecil ini terpaksa meminta-minta.
Tiap uang-uang dua ribu hingga 100 ribu jatuh dalam kotak kaleng yang ia bawa, bertuliskan Sedekah Anak Yatim Piatu.
Ia mengangkat tangannya, seakan membuat mantra-mantra hingga bibirnya membentuk gerak-gerik, lalu ia berbicara dengan keras.
“Amin! Semoga Tuhan selalu menyertaimu!” hingga para pengendara pun menengadahkan tangganya ke atas dan mengusapnya pada wajahnya.
“Amin, terimakasih anak baik. Semoga hari ini kau bisa makan”
Perempuan itu mulai melancarkan aksinya sedari pukul 7.00 pagi. Para pengendara banyak berlalu lalang menuju sekolahdan perkantoran.
Katanya, bangun pagi agar rezeki tidak dipatok ayam. Bibirnya yang pucat, matanya yang sayu, ia menghampiri deretan motor dan mobil yang menunggu lampu berwarna hijau, sehingga uang-uangnya dapat terkumpul dalam kaleng hiasannya.
Terkadang rasa iri anak perempuan itu menggebu-gebu ketika berpasasan dengan anak-anak sebayanya yang diantar oleh orangtuanya ke sekolah.
Seragam yang rapi, tas berbagai macam karakter yang ia lihat setiap pagi dan siang. Sedangkan ia, berdiri dengan kaki tanpa sandalnya di aspal yang panas.
Mungkin setiap malam kakinya melepuh. Tak jarang juga ia dapat beberapa permen tangkai atau makanan ringan yang diberikan para pengendara motor, banyaknya dari anak-anak yang sebaya dengannya.
Satu pemberian permen tangkai saja, bisa membuatnya riang selama seminggu.
Anak perempuan itu akan berakhir meminta sedekah saat kaleng hiasannya nan tak pernah penuh. Sebelum kaleng itu penuh, Ia dengan ligat menyimpan uangnya ke dalam tasnya.
Sehingga yang pengendara melihat hanyalah kotak kosong dengan lantai koin-koin.
Sisa-sisa bau keringat dari pagi hingga malam, kaki yang seakan tak bisa diayunkan lagi, Ia sudah ditunggu seorang lelaki yang bermotor di balik pohon besar diantara kegelapan malam.
Belum sampai tangan kecilnya memeluk tubuh lelaki itu, lelaki dengan jaket kulit hitam merebut kaleng hiasansianak. Kaleng itu bertuliskan, Sedekah Anak Yatim.* (Denpasar, 18 September 2023) *Penulis adalah Mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia Unand, saat ini mengikuti program Credit Earning MBKM di Univ Udayana Bali