PADANG  

Perisai Nanggalo Akhirnya Tumbang

Camat Nanggalo Amrizal Rengganis saat di besuk awak media di RSUD Rasidin, Padang

Padang, Rakyat Sumbar–Sore di RSUD Rasidin, Padang, waktu berjalan pelan. Di sela jam besuk yang ramai, seorang perawat mengingatkan agar kunjungan tak berlangsung lama. Nada suaranya lembut, tetapi tegas. Pasien butuh istirahat, apalagi tamu yang datang silih berganti di jam besuk.

Saya mengangguk, meminta waktu sebentar. Sepuluh menit, kata perawat itu, cukup. Di balik pintu ruang perawatan, suasana hening menyergap, seolah menegaskan bahwa ada kisah patriot yang akhirnya berhenti sejenak di tempat ini.

Perisai Nanggalo itu akhirnya tumbang. Sosok yang selama ini dikenal kokoh, sigap, dan tak kenal lelah, kini terbaring dengan wajah lelah. Ia adalah Amrizal Rengganis, Camat Nanggalo, yang selama berhari – hari berada di garda terdepan bencana yang terjadi di wilayahnya.

Wajahnya terlihat letih, namun raut keteguhan masih jelas terbaca. Tubuhnya memang beristirahat, tetapi pikirannya tampak tetap bekerja memikirkan warga, wilayah, dan tugas yang belum rampung.

Banjir bandang yang melanda Kota Padang pada akhir November 2025 menjadi ujian berat. Kecamatan Nanggalo termasuk wilayah yang terdampak cukup serius. Sejak air meluap dan lumpur menggenangi permukiman, Amrizal hampir tak pernah meninggalkan lapangan.

Pagi, siang, malam hingga dini hari, ia berpindah dari satu kelurahan ke kelurahan lain. Kampung Lapai, Tabiang Banda Gadang, Gurun Laweh, hingga Surau Gadang menjadi saksi kehadirannya—menyapa warga, memastikan bantuan tiba, dan mendengar keluh kesah tanpa jarak.

“Seharusnya saat ini saya masih berada di tengah-tengah warga,” ucapnya lirih kepada awak media yang membesuk. Sabtu (20/12/25)

Ia tersenyum tipis, seolah ingin meyakinkan bahwa sakit ini hanyalah jeda singkat.

Kelelahan, katanya, menjadi alasan ia harus berbaring. Ritme kerja yang nyaris tanpa henti membuat tubuhnya menyerah. “Saya dirawat karena kelelahan,” ujarnya singkat, tanpa nada mengeluh.

Kecamatan Nanggalo, dengan luas 8,07 kilometer persegi, bukan wilayah kecil untuk dijangkau dalam kondisi darurat. Setiap kelurahan memiliki persoalan berbeda, dan semuanya menuntut kehadiran seorang pemimpin.

Amrizal mengakui, Pemerintah Kota Padang bergerak cepat. Wali Kota Padang turun langsung dan proaktif dalam penanganan bencana. Namun, baginya, memastikan warganya merasa aman dan diperhatikan adalah panggilan yang sulit diabaikan.

Kini, dari ranjang rumah sakit, ia harus belajar berhenti sejenak. Bukan menyerah, melainkan mengumpulkan tenaga. “Doakan saya cepat pulih,” ucap peraih hadiah Umroh dari Gubernur Sumbar, karena menjadi Camat Terbaik se – Sumbar 2024.

Perisai Nanggalo itu memang sedang rebah. Namun, tumbangnya bukan akhir dari pengabdian. Justru dari ruang perawatan ini, tersimpan jeda yang kelak akan menguatkannya kembali—untuk berdiri dan melayani, seperti yang selalu ia lakukan.(Edg)