Utama  

Penyimpangan Seks, Sumbar Harus Hati-hati

Sosiolog dari Universitas Negeri Padang Dr Erianjoni.


Padang, rakyatsumbar.id – Dalam sebulan ini, Sumatera Barat (Sumbar) di hebohkan oleh berbagai pemberitaan yang miring.

Negeri yang kental dengan agama ini, viral karena terungkapnya banyak kejadian pelecehan seksual, prilaku seks menyimpang, LGBT, dan baru-baru ini hubungan inses seorang ibu dengan anak kandungnya di Bukittinggi.

Perilaku seksual dikatakan menyimpang ketika melibatkan dan menyebabkan orang lain menjadi korban. Secara teoretis, yang dimaksud perilaku menyimpang ialah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, atau norma sosial yang berlaku.

Hubungan inses (incest) adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga (kekerabatan) yang dekat. Seperti ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara sepihak.

Pengertian istilah ini lebih bersifat sosio antropologis daripada biologis (bandingkan dengan kerabat-dalam untuk pengertian biologis) meskipun sebagian penjelasannya bersifat biologis.

Sosiolog dari Universitas Negeri Padang Dr Erianjoni menjelaskan pelecehan seksual, LGBT, perilaku seks menyimpang hingga terjadinya inses merupakan hasil dari adanya ketidakseimbangan sosial dalam masyarakat.

Selain itu, rapuhnya ketahanan keluarga inti serta melemahnya ikatan keluarga material (keluarga kaum) mengisyaratkan bahwa entitas Minangkabau sebagai sebuah kekuatan sosial dan budaya, makin tergerus dan krisis identity. Hal ini mengakibatkan gagalnya keluarga (kaum) dalam memberikan perlindungan sosial bagi anggota masyarakatnya.

“Fenomena ini terjadi karena norma dan nilai yang tidak dihargai oleh individu, seperti norma-norma agama atau norma-norma moral masyarakat. Prilaku seks ini menjadi perilaku menyimpang jika merusak tatanan sosial yang ada, seperti melanggar hak orang lain atau menimbulkan ketidaknyamanan bagi sekitar.”

“Selain itu, ini sebagai bentuk kegagalan keluarga kaum di Minangkabau dalam memberikan perlindungan sosial bagi keluarga besarnya,” jelasnya. Minggu (25/6)

Lebih lanjut, Erianjoni memandang fenomena perilaku seks menyimpang kenapa bisa terjadi, tentu ada sesuatu hal yang menciderai norma-norma yang kental di Minangkabau.

“Media sosial menjadi salah satu indikator penyebab semua itu terjadi. Tak jarang dalam judul – judul video yang di putar di media sosial banyak memberi judul tentang hubungan seks yang tidak wajar seperti hubungan inses ini,” tambahnya.

Erianjoni memaparkan juga, ekonomi juga menjadi pendorong seseorang untuk terjerumus ke dalam perilaku penyimpangan seksual.

“Keterbatasan ekonomi, menyebabkan individu dalam melampiaskan libidonya kepada orang-orang yang berada di sekitarnya. Pelecehan seksual terhadap lingkungannya, melampiaskan seks kepada anak-anak, hingga terjadi hubungan inses ini,” tutupnya. (edg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *