Utama  

Pantai Bukan TPA

Seorang pemulung tampak memandangi pemandangan sampah di Pantai Muaro Lasak, Padang. Senin (24/11/25)

Padang, Rakyat Sumbar—“Pantai bukan Tempat Pembuangan Akhir.” Kalimat itu sering terdengar, tetapi hari ini terasa seperti kenyataan yang menampar keras. Pantai Muaro Lasak, kebanggaan pesisir Kota Padang, berubah total menjadi tempat pendaratan sampah kiriman. Lokasi yang biasanya dipenuhi tawa dan langkah wisatawan, sore itu tampak muram, seolah kehilangan identitasnya lagi.

Hujan baru mereda, meninggalkan udara lembap dan langit kelabu. Namun yang jauh lebih gelap dari cuaca adalah pemandangan di hadapan mata. Ketika sungai meluap dan ombak meninggi, laut seperti memuntahkan seluruh luka yang disimpannya—sampah yang dibuang manusia tanpa peduli ke mana arus akan membawanya.

Sepanjang garis pantai, puluhan ton sampah menumpuk. Plastik, kain, styrofoam, botol, ranting, hingga sisa makanan busuk. Hamparan yang seharusnya berpasir lembut kini tertutup limbah, mengubah pantai menjadi permadani duka. Setiap langkah seakan menginjak kesalahan kolektif yang di ciptakan manusia sendiri.

Di dekat muara, sebuah alat berat bergerak lambat, mengangkat gundukan sampah seperti menggali cerita lama tentang barang-barang yang pernah dimiliki seseorang, dibuang, hanyut, dan akhirnya kembali menuntut tanggung jawab. Suara mesinnya menderu, menjadi latar dari tragedi tahunan yang terus berulang.

Tidak jauh dari sana, beberapa pemulung mengais tumpukan sampah yang basah dan berbau menusuk. Siluet mereka bergerak di tempat yang biasanya menjadi ruang rekreasi, menambah ironi yang menusuk hati: pantai yang semestinya menjadi tempat melepas penat kini justru menjadi ladang sampah.

Di tengah kondisi itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang, Tasliatul Fuaddi, S.Hut, M.H, memastikan pihaknya bergerak cepat.
“Kami telah membersihkan sampah yang ada di sepanjang pantai tersebut. Sampai saat ini, kami sudah mengumpulkan 20 ton sampah sejak pagi tadi,” ungkapnya, Senin (24/11/25).

Tasliatul menegaskan bahwa sebagian besar sampah tersebut bukan dari warga Padang. “Kalau di Kota Padang, sudah ada LPS yang mengambil sampah warga ke rumah-rumah,” ujarnya.

“Saya menilai, sampah-sampah ini berasal dari daerah lain di Sumbar yang dekat dengan sungai. Sampah itu terbawa arus, dibawa gelombang, dan akhirnya terdampar di pantai Padang, termasuk Pantai Muaro Lasak.” Tambahnya.

Ketua DPRD Padang Muharlion meminta Pemko Padang kepada warga Kota Padang untuk tidak membuang sampah ke sungai dan sembarangan tempat lagi.

“Kita bertegas – tegas kepada Pemko Padang untuk melaksanakan Perda tentang pengolahan sampah. Kita pun berharap Padang meminta penindakan tegas kepada pelaku pelanggar Perda tersebut,” kecamnya.

Muaro Lasak kini menunggu dipulihkan, tetapi pemandangan hari ini menjadi pengingat pahit bahwa apa pun yang di buang sembarangan tak pernah benar-benar hilang. Ia akan kembali—sering kali dalam bentuk yang jauh lebih menyakitkan. Pantai bukan TPA. (Edg)