Padang, rakyatsumbar.id—-Maraknya pemberitaan tentang keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) telah menjadi momok menakutkan bagi wali murid. Apalagi, belum ada penjelasan halal atau tidaknya ompreng yang di pakai dalam MBG.
Melihat keracunan MBG yang terus terjadi, dan pada saat ini terjadi di Lubuk Basung, Agam, Sumbar, pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) Dr. Mohamad Reza, Ph.D., menjelaskan, keracunan yang terjadi di sebabkan penyedia MBG menyiapkan volume makanan yang terlalu banyak.
“Saya berasumsi, keracunan tidak di sengaja. Penyebab keracunan terjadi karena ketidakmampuan pengelola MBG dalam menyiapkan makanan dengan porsi yang banyak,” jelasnya, Rabu (01/10/2025)
Mohamad Reza menambahkan, ketidak siapan pengelola dalam memproduksi makanan dalam porsi yang banyak menyebabkan terjadinya ketidak telitian dalam memilih bahan makanan.
“Bisa saja, bahan makanan tidak di cuci bersih, memasak terlalu dini, serta makanan terkontaminasi dengan serangga. Hal – hal ini bisa saja terjadi, selain kualitas dapur MBG yang tidak higienis,” jelasnya.
Mohamad Reza juga membandingkan cara Jepang dalam memberikan MBG dengan di Indonesia.
“Waktu saya di Jepang, Pemerintah Jepang memberikan pengelolaan makanan MBG satu sekolah hanya satu dapur. Alhasil pengelolaan MBG tidak buru – buru dalam penyajiannya, selain kualitas kontrol yang terus dilakukan pemerintah Jepang terhadap dapur MBG nya,” tutupnya.
Hal senada juga di ungkapkan pakar kesehatan dari Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. dr. Elsa Yuniarti, S.Ked., M.Biomed., AIFO-K. Menurutnya, agar peluang keracunan MBG di sekolah tidak ada lagi, setiap sekolah harus memiliki dapur nya sendiri dan dilakukan pengawasan yang ketat.
“Jika satu dapur satu sekolah, peluang keracunan semakin tipis terjadi. Selain itu, pengawasan dan kontrol yang ketat oleh dinas terkait harus selalu di lakukan setiap minggu nya,” tegasnya. (edg)