Model Pembelajaran Cooperative Project Based Learning Pada Mata Kuliah Pemrograman Web
Dr.(c) Torkis Nasution, M.Kom Bersama Promotor dan Penguji, setelah siding tertutup disertasi di S3 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Padang.
Pada artikel ini menyampaikan hasil temuan tentang pengembangan model pembelajaran Kooperatif Project Based Learning Pada Mata Kuliah Pemrograman Web, yang bertujuan untuk menghasilkan model yang valid praktis dan efektif.
Dr.(c) Torkis Nasution, M.Kom di S3 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Padang.
Pendidikan vokasi sebagai pendidikan yang menyiapkan anak-anak muda dan orang dewasa untuk memasuki lapangan kerja, dimana proses pembelajarannya berkaitan dengan masalah dan praktik (Clarke dan Winch 2007).
Pada Pendidikan vokasi harus mengikuti perkembangan pembelajaran yang terjadi, salah satunya menghadapi pembelajaran abad 21.
Pembelajaran di abad 21 harus dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada sistem pendidikan tinggi di Indonesia pada saat ini dan prioritas yang berubah dengan cepat di dunia global, adalah kebutuhan saat ini untuk mempersiapkan generasi baru untuk kehidupan setelah pendidikan tinggi dan universitas.
Untuk tujuan ini, harus menanamkan keterampilan dan kompetensi abad ke-21 di bidang disiplin tradisional yang ada, karena tidak membutuhkan sistem pendidikan yang membantu mahasiswa hanya mengingat fakta dan angka.
Melainkan membutuhkan sumber daya manusia untuk menjadi lebih kritis dalam pengetahuan dan informasi.
Dengan demikian disimpulkan bahwa jika tidak melakukan upaya untuk menanamkan keterampilan dan kompetensi baru ke dalam sistem pendidikan dunia yang didorong oleh teknologi.
Perguruan tinggi akan bertanggung jawab untuk menempatkan bangsa didalam tatanan negara-negara maju. Salah satu kompetensi pada pembelajaran abad 21 yakni kemampuan 4C.
Menurut Kembara, et al (2019) Kompetensi yang dimaksud meliputi kemampuan 4C (komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas). Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan, memilih, dan mengintegrasikan pendekatan baru, tidak konvensional, dan inovatif untuk mengajar dan belajar.
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi secara efektif untuk merencanakan, mengajar, dan merefleksikan praktik instruksional sambil mengintegrasikan dan menerapkan teori pengajaran, pembelajaran, dan pengembangan.
Komunikasi adalah kemampuan untuk berhasil menggunakan keterampilan interpersonal dan komponen literasi (membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan) untuk berkontribusi pada pengajaran, pembelajaran, dan pengembangan.
Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja secara produktif dan adil sambil menghargai orang lain dalam pengaturan pendidikan yang beragam. (Michaels et al., 2015).
Permasalahan yang terjadi Pembelajaran masih berpusat pada mahasiswa, Pembelajaran yang terjadi masih bersifat konvensional.
Hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Pemrograman kurang memuaskan, Belum diterapkannya pembelajaran abad ke-21 dengan unsur kemampuan 4C, Softskill mahasiswa masih belum diukur.
Belum adanya model pembelajaran Pemrograman yang dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa, Mahasiswa masih pasif dalam belajar dan cendrung belajar individulis, serta Kurangnya motivasi dan minat belajar mahasiswa dalam mata kuliah Pemrograman.
Di samping itu masih terdapat kesenjangan pada model pembelajaran yang belum relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran, serta permasalahan pada pembelajaran mata kuliah pemrograman web.
Sehingga dibutuhkan solusi upaya dosen untuk berinovasi dalam mengembangkan sebuah model pembelajaran, maka dari itu peneliti mengembangkan model pembelajaran Kooperatif Project Based Learning.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan dengan mengadopsi tahapan penelitian dan pengembangan dari Borg & Gall.
Borg &Gall (1983) memaparkan ada sepuluh tahapan, akan tetapi penelitimenyederhanakan langkah menjadi empat langkah. Alasan dilakukanya penyederhanaan dikarenakan Keterbatasan waktu.
Apabila dilakukan dengan sepuluh tahapan memakan waktu panjang maka dilakukan penyederhanaan, meski dilakukan penyederhanaan tidak merubah hasil penelitian karena tetap efektif dan efesien.
Selain itu juga kaena kesamaan tahapan yang dimana kesepuluh tahap penelitian dan pengembangan model Borg & Gall, tersebut ada beberapa tahap yang memiliki kesamaan tujuan, sehingga peneliti melakukan penyederhanaan.
Untuk keempat tahap penelitian dan pengembangan yang disedehanakan menjadi : a. tahap pengumpulan informasi; b. tahap perencanaan; c. tahap pengembangan; dan d. tahap validasi dan ujicoba.
Penelitian mengacu pada model pengembangan dan Borg & Gall, yang dibatasi pada tahap yang relevan dengan penelitian dan sesuai untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Pada tahap pengumpulan informasi mengumpulkan data yang dibutuhkan seperti mengamati pembelajaran yang terjadi, mengmpulkan bahan ajar, RPS, melakukan analisis kebutuhan seperti kondisi yang terjadi dalam pembelajran, fasilitas, spersepadi dan pengalaman pembelajaran yang terjadi, serta kebutuhan pengembangan model pembelajaran.
Pada Tahap perencanaan, dilakukan pembuatan kisi-kisi instrumen penelitian dan mendesain produk penelitian berupa buku model, modul, panduan dosen dan panduan mahasiswa, serta merancang konsep model yang dikembangkan.
Pada tahap pengembangan model ini, dikembangkan model pembelajaran menyesuaikan kebutuhan pembelajaran berdasarkan kecakapan abad ke-21, berlandaskan pula filosofi vokasi, dan relevan.
Untuk pengembangan model pembelajaran Kooperatif Project Based Learning Pada Mata Kuliah Pemrograman Web.
Mengambil irisan Project Based Learningdengan kooperatif tipe jigsaw.
Alasan dikembangnya model pembelajaran kooperatif Project Based Learningmemiliki keunggulan dengan memuat konsep kelompok serta kelompok ahli dengan konsep jigsaw.
(Şengül & Katranci, 2014);(Slavin, 2005); (Inayah, et, al, 2021); (Budiarti, 2017); (Affandi, et, al, 2022).Dalam pembelajaran Jigsaw, setiap anggota kelompok mendapatkan tugas, sehingga mereka bergantung pada masing-masing orang lain untuk menyelesaikan tugas (ketergantungan interpersonal).
Ini meningkatkan komptensi sosial mahamahasiswa, kemampuan bekerja berpasangan, dan prestasi akademiknya (Van Dat, 2016; Rahmah, 2017).
Pembelajaran jigsaw menyediakan situasi pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan aktivitas mahasiswa (Hoerunnisa et.al, 2017
Disisi lain, peneliti mengkombinasikan dengan konsep pembelajaran PJBL.
Konsep dari melaksanakan model PjBL mahasiwa dilibatkan dalam kegiatan untuk memecahkan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnyaseperti memuat pembelajaran proyek, ada pemecahan masalah, monitoring projek, sesuai dengan konsep PJBL (Lucas, 2005) dan (Nizwardi, et, al, 2018).
Diberikan peluang kepada mahamahasiswa untuk bekerja secara otonom, menkonstruksi belajar bekerja sendiri dan bersama.
Proses akhir bermuara pada hasil produk nyata yang bernilai, dan realistik. (Valenzuela, 2022)
Pengembangan model pembelajaran Kooperatif Project Based LearningPada Mata Kuliah Pemrograman mengambil irisan kedua model yakni model Kooperatif tipe jigsaw dengan Project Based Learning., sehingga memiliki Sintak model:1)Bentuk kelompok, 2). Pengenalan Masalah, 3). Desain Perencanaan Project berbasis 4C, 4). Pengembangan berbasis Sistem informasi, 5). Monitoring projek, 6). Laporan dan peresntasi proyek, 7). Evaluasi, 8). Reward dan refleksi.
Adapun penjelasan tiap sintak pada model model pembelajaran Kooperatif Project Based Learning Pada Mata Kuliah Pemrograman sebagai berikut:
1. Bentuk kelompok, pada tahap ini dibentuk kelompok kelompok kecil yang berjumlah 5-6 orang yang disebut sebagai kelompok asal (home Team). Pada setiap kelompok asal menugaskan setiap anggotanya untuk menjadi ahli yang berbeda beda. Mahamahasiswa yang mendapat tugas/topik yang sama pada kelompok yang berbeda bergabung menjadi kelompok ahli (expert team). Masing-masing kelompok ahli berdiskusi untuk untuk memahami materi yang menjadi keahliannya, yang akan dibagikan kepada temannya di kelompok asal. Peran dosen sebagai fasilitator dan mediator.
2. Pengenalan Masalah, dimana mahamahasiswadiberikanya permasalahan untuk didiskusikan pada tiap kelompok dan ini memuat unsur berpikir kritis.
3. Desain Perencanaan Project berbasis 4C,untuk memudahkan pelaksanaan penyelesaian proyek,desain perencanaan proyek agar terorganisir dan sistematis jadwal dengan jelas dalam mengerjakan projek.
4. Pengembangan berbasis Sistem informasi, dimana projek yang dibuat berbasis sistem informasi, memanfaatkan penggunaan teknologi.
5. Monitoring projek,pada tahap ini projek yang dibuat dapat diawasi dan dipantau progres projek secara berkala baik secara langsung dan menggunakan teknologimelalui sistem informasi.Kemudian jugaberdiskusi kendala dalam membuat projek.
6. Laporan dan persentasi proyek, dimana mahasiswa mempresentasikan hasil projek yang telah dibuat, dan membuat laporan dalam bentuk prortofolio.
7. Evaluasi, melakukan asesment untuk memperoleh hasil nilai tentang capaian pembelajaran baik hasil projek mahasiswa, hasil 4C mahasiswa dan akan diberikan umpan balik
8. Reward dan refleksi, dimana mahasiswa diberikanya penghargaan atas ketercapian pembelajaranya yang baik, agar mahasiswa bersemangat dan termotivasi dalam pembelajaran, dan melakukan refleksi hasil pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
Model baru yang dikembangkan ini dikonsepkan menjadi sebuah formula model pembelajaran baru di vocational, yang berdasarjan dari kelebihan dari modelkoopertif tipe jigsawdan model PJBL, serta memuatnovelty pada kekurangan kedua model tersebut, dan dilengkapi argumen-argumen berdasarkan penelitian relevan.
Sehingga menjadilah sebuah modelpembelajaran Kooperatif Project Based Learningyang lebih baik.
Modelpembelajaran Kooperatif Project Based Learningmerupakan sebuah model pembelajaran yang mengkombinasi model kooperatif tipe jigsaw dengan PJBL, model ini memiliki konsep belajar secara berkelompok dengan adanya kelompok kecil yang disebut sebagai kelompok asal (home Team). Pada setiap kelompok asal menugaskan setiap anggotanya untuk menjadi ahli yang berbeda beda.
Mahasiswa yang mendapat tugas/topik yang sama pada kelompok yang berbeda bergabung menjadi kelompok ahli (expert team). Selain itu juga memuat pembelajaran proyek, monitoring projek, Desain Perencanaan Project berbasis 4C,Pengembangan berbasis Sistem informasi, dimana projek yang dibuat berbasis sistem informasi, memanfaatkan penggunaan teknologi.
Laporan dan persentasi proyek, dimana mahasiswa mempresentasikan hasil projek yang telah dibuat, dan membuat laporan dalam bentuk prortofolio, adanya evaluasi untuk melakukan asesment untuk memperoleh hasil nilai tentang capaian pembelajaran serta adanya reward dan refleksi, agar mahasiswa bersemangat dan termotivasi dalam pembelajaran, dan melakukan refleksi hasil pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
Kelebihan dari modelpembelajaran Kooperatif Project Based Learning ini dalam pembelajaran menekankan dengan pembelajaran berkelompok, adanya kelompok utama dan kelompok ahli, adanya interaksi untuk saling berdiskusi dan kerjasama, memuat Pengembangan berbasis Sistem informasi dalam membuat proyek.
Terdapat stimulus untuk memotivasi mahasiswa melalui reward, dan adanya refleksi pembelajaran untuk memperbaiki pembelajaran.
Letak novelty atau keterbaharuan pada model yang dikembangkan ini yakni model pembelajaran sebelumnya masih konvensional, mengkombinasikan dua model, sedangkan model yang dikembangkan memuat unsur belajar abad ke-21, 4C, teknologi dan penambahan sintak yakni pengembangan berbasis Sistem informasi.
Kesimpulanya dari pengembanganModel pembelajaran Kooperatif Project Based Learningterbukti menghasilkan produk buku model, modul pemrograman web, buku panduan dosen dan buku panduan mahasiswa terbukti valid, praktis dan efektif.
Dampak Pada Sistem sosial terjadinya interaksi antar mahasiswa dan dosen yang multi arah. Mahasiswa pro-aktif, berkelompok, berdiskusi, berkolaborasi, dosen berperan sebagai moderator, fasilitator, konsultan dan mediator. Pada Prinsip reaksi yakni reaksi mengerjakan projek, stuimulus untuk mahasiswa, feed back, pujian, tanya jawab dan berpendapat. Sistem pendukung model pembelajaran adalah seluruh bahan, sarana, dan alat untuk menerapkan model PjBL.
Sistem pendukung berupa Silabus, RPS, Bahan ajar, instrumen evaluasi, modul ajar, buku panduan, perangkat komputer.
Untuk Dampak instruksional dari model yang dikembangkan yakni, a). mampu menganalisis konsep pemograman, memecahkan masalah, b).mampu mengevaluasi menyelesaikan soal dan evaluasi pemograman c). mampu menciptakan suatu projek program, d).Hasil meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Sedangkan untuk dampak pengiring terjalinnya interaksi melalui diskusi kelompok, secara kolaborasi, tangung jawab, kemampuan menyelesaikan masalah.
Selain itu juga menghasilkan produk berupa program-program yang dibuatnya dari projek.
Artikel ini ditulis oleh Dr.(c) Torkis Nasution, M.kom, berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor (S-3) pada Prodi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Pelaksanaan ujian tertutup tanggal 26 Agustus 2022 pukul 08.30 dengan Tim Promotor Prof. Ganefri, P.hD, Dr. Ridwan M.Sc. serta tim penguji Prof.Dr. Ambiyar, M.Pd, Dr. Fahmi Rizal, M.T, Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed dan Dr. Hansi Effendi, M.Kom, serta penguji eksternal Prof. Dr. Ivan Hanafi, M.Pd.
Hasil temuan telah menghasilkan sebuah model pembelajaran Kooperatif Project Based Learning.
Serta menghasilkan publikasi dengan judul The Development Of Cooperative Project Based Learning Model In Web Programming Course, yang telah terbit di jurnal international bereputasi. (*)