rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Menjelajahi Kairo, Menyusuri Peradaban Manusia

Menjelajahi Kairo, Menyusuri Peradaban Manusia

Oleh : Dr. Didi Aryadi, M.Si

Cuaca lumayan dingin ketika menjejakkan kaki di Kairo tanggal 3 November 2024 jam 19.00 malam, terlihat suhu pada angka 15 derajat celcius dan angin bertiup cukup kencang,  sekarang memang sedang waktunya mulai memasuki musim dingin di Kairo.

Segera terbayang tempat-tempat menarik yang bias dikunjungi selagi berada di Kairo, siapa yang tidak pernah mendengar tentang Sungai Nil yang membelah kota Kairo, atau Universitas Al-Azhar yang sudah menjadi nadi kehidupan Kota Kairo serta tentu yang juga paling terkenal adalah piramida yang berada di Giza, sekitar 20 KM dari Kairo.

Selain Nabi Muhammad SAW, kisah nabi yang cukup banyak disebutkan dalam Alquran adalah kisah Nabi Musa AS, termasuk kisah tentang bayi Nabi Musa yang dihanyutkan oleh ibunya di Sungai Nil.

Ketika itu, Fir’aun memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki, ibu Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk menghanyutkan Musa ke Sungai Nil dan Allah menjamin bahwa Musa akan selamat dan dikembalikan kepadanya.

Kisah ini disebutkan dalam Alquran. Tentu terpatri keinginan untuk mendatangi secara langsung Sungai Nil yang punya sejarah panjang tersebut.

Peradaban Sungai Nil

Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia, dengan panjang sekitar 6.650 kilometer (4.130 mil). Sungai ini mengalir dari selatan ke utara melewati kawasan timur laut Afrika hingga bermuara di Laut Mediterania.

Panorama tepi Sungai Nil sore menjelang matahari terbenam

Sungai Nil menjadi sumber kehidupan penting bagi negara-negara yang dilewatinya. Sungai Nil melewati 11 negara dari hulu sampai ke hilir.

Sungai Nil berasal (hulu) dari dua cabang utama yang bersatu di Khartoum, Sudan, yaitu yang disebut Nil Putih (White Nile), berasal dari Danau Victoria di Uganda, cabang ini memberikan aliran air yang stabil sepanjang tahun.  Kemudian ada Nil Biru (Blue Nile), yang berasal dari Danau Tana di Ethiopia dan menyumbang sebagian besar air Sungai Nil, terutama selama musim hujan. Sungai Nil ini berakhir (hilir) di Mesir (laut Mediterania).

Sungai Nil sangat penting dalam mendukung kehidupan manusia, khususnya di Mesir, karena sebagian besar wilayahnya berupa gurun. Selain itu, sungai ini digunakan untuk irigasi pertanian, transportasi, perikanan dan pembangkit listrik tenaga air, seperti di Bendungan Aswan di Mesir.

Sungai Nil sudah menjadi sumber kehidupan Mesir sejak ribuan tahun yang lalu. Keberadaan Sungai Nil juga berkontribusi besar pada perkembangan peradaban kuno, terutama peradaban Mesir Kuno, yang menyebut Nil sebagai “Anugerah Sungai Nil”.

Sampai sekarang keberadaan Sungai Nil menjadi kepentingan utama nasional Mesir, karena tingkat ketergantungannya yang sangat tinggi pada Sungai Nil tersebut.

Sehingga akhir-akhir ini hubungan Mesir dengan Ethiopia menjadi tegang karena dampak pembangunan bendungan raksasa yang dibuat oleh Ethiopia di hulu sungai Nil, tepatnya di sungai Nil Biru, yaitu bendungan GERD (Grand Ethiopian Renaissance Dam).

GERD ini akan menjadi bendungan terbesar di Afrika dan menjadi sumber pengairan irigasi serta pembangkit tenaga listrik di Ethiopia.

Mesir khawatir dampak dari bendungan GERD ini akan mengurangi debit air yang sampai ke Mesir, terutama pada waktu masa pengisian bendungan, karena sumber air utama sungai Nil adalah dari sungai Nil Biru di Ethiopia.

Bahkan Presiden Mesir sampai mengeluarkan ancaman tidak segan-segan untuk mengambil tindakan tegas kepada siapapun yang mengganggu kebutuhan Mesir terhadap Sungai Nil.

Menyusuri Sungai Nil di Kairo bukan hanya sekadar menikmati panorama indah, tetapi juga sebuah perjalanan melintasi sejarah yang kaya.

Sungai ini telah menjadi saksi peradaban besar Mesir Kuno, mulai dari masa para Fir’aun hingga era modern sekarang.

Bagi yang suka membaca novel-novel sejarah, detektif dan petualangan, tentu cerita tentang Sungai Nil tidak asing lagi, termasuk salah satu cerita novel terbaik dari pengarang terkenal Agatha Christie adalah tentang Sungai Nil dengan judul Death on Nile (Pembunuhan di Sungai Nil), bahkan cerita tersebut sudah difilmkan dan menjadi film box office.

Cerita ini diilhami dari pengalaman Agatha Christie yang mengarungi Sungai Nil sewaktu berkunjung ke Mesir.

Di Kairo, banyak dermaga yang menawarkan perjalanan menyusuri Sungai Nil, mulai dari kapal tradisional Felucca hingga kapal pesiar mewah.

Felucca adalah perahu layar tradisional Mesir yang menawarkan pengalaman otentik. Sementara itu, kapal pesiar sungai menyediakan fasilitas modern seperti restoran, hiburan live dan kabin ber-AC.

Pertama melihat Sungai Nil langsung terkagum akan kejernihan airnya. Padahal air dari sungai ini sudah mengarungi sejauh lebih dari 6.000 KM (dari hulu), tetapi tetap jernih sampai di kota Kairo (di hilir).

Melihat sungai Nil di Kairo, kita seperti berada di sungai-sungai negara Eropa yang yang jernih sampai di tengah kota. Hal ini sedikit berbeda dengan kondisi sungai-sungai yang berada di perkotaan Indonesia.

Pesona Klasik Sungai Nil

Saat menaiki kapal, wisatawan disambut oleh pemandangan kota Kairo yang sibuk namun tetap memancarkan pesona klasik.

Waktu terbaik untuk menyusuri Sungai Nil adalah saat matahari terbenam. Cahaya keemasan memantul di permukaan air, menciptakan suasana yang magis.

Menyusuri Sungai Nil

Sembari menikmati pemandangan, wisatawan juga dapat mencicipi makanan khas Mesir (tentu tidak ada martabak mesir disini) yang disajikan di atas kapal.

Perjalanan menyusuri Sungai Nil dilengkapi dengan hiburan budaya, seperti pertunjukantari Sufi Whirling Dhervises yang berputar-putar dan tarian tradisionalMesir (tarian belly dance/tari perut).

Kapal-kapal yang menyusuri Sungai Nil semuanya terdiri dari 2 lantai (dek) yang tiap lantainya cukup luas, sehingga cukup lega untuk tempat pertunjukan tari sewaktu sedang berlayar.

Jadi tari sufi dan tari perut langsung disajikan pada saat yang bersamaan, biasanya untuk pertunjukan pertama, tari sufi pada lantai 2 dan tari perut pada lantai 1.

Kemudian dilanjutkan secara bergantian, tari sufi pindah ke lantai 1 dan tari perut ke lantai 2. Sehingga bagi yang merasa kurang nyaman melihat tari perut, bias ikut pindah mengikuti tari sufi.

Seperti yang dilakukan rombongan jamaah umrah (plus Kairo) yang kebetulan ikut wisata Sungai Nil, begitu mau mulai sajian tari perut, buru-buru turun ke lantai 1 untuk melihat tari sufi sekali lagi.

Sungai Nil di Kairo juga menghubungkan beberapa landmark terkenal. Wisatawan dapat melihat Menara Kairo (Cairo Tower) yang menjulang, pulau (delta sungai) Gezira yang hijau, hingga jembatan Qasr El Nil yang ikonik.

Menyusuri Sungai Nil di Kairo adalah pengalaman yang memadukan keindahan alam, sejarah dan budaya. Sungai ini bukan hanya sumber kehidupan bagi Mesir, tetapi juga sebuah panggung perjalanan yang menawarkan kenangan tak terlupakan.

Bagi umat Islam, kisah Nabi Musa di Sungai Nil juga adalah bagian dari mukjizat dan tanda perlindungan Allah SWT.

Menurut Hizbu, mahasiswa Al-Azhar asal Indonesia yang menemani selama di Mesir, lokasi tempat Nabi Musa dihanyutkan sampai kemudian terdampar di istana Fir’aun, menurut cerita-cerita masyarakat setempat berada di selatan Kota Kairo, walaupun secara ilmiah tidak ada bukti otentik yang memastikannya.

Universitas Al-Azhar

Tidak lengkap rasanya ke Kairo tanpa melihat Universitas Al-Azhar.

Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, adalah salah satu institusi pendidikan Islam tertua dan paling bergengsi di dunia.

Perbandingan besar batu piramida dengan orang dewasa

Al-Azhar didirikan pada tahun 970 Masehi (359 Hijriah) oleh Dinasti Fatimiyah. Nama “Al-Azhar” diyakini berasal dari gelar “Az-Zahra” yang merujuk kepada Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW, yang dianggap sebagai leluhur keluarga Fatimiyah.

Awalnya, Al-Azhar didirikan sebagai masjid untuk ibadah, tetapi segera berkembang menjadi pusat pembelajaran agama dan ilmu pengetahuan.

Pada abad ke-10, Al-Azhar mulai mengadakan kajian dan kuliah formal dalam bidang-bidang seperti fikih, tafsir, hadist dan bahasa Arab.

Ketika Dinasti Ayyubiyah menggantikan Fatimiyah pada abad ke-12, Al-Azhar memperluas kurikulumnya untuk mencakup berbagai mazhab Islam.

Di era Mamluk dan Ottoman, Al-Azhar menjadi pusat pendidikan tinggi utama bagi dunia Islam. Banyak ulama terkenal dari berbagai penjuru dunia dating untuk belajar dan mengajar di Al-Azhar.

Pada abad ke-19, Muhammad Ali Pasha, pemimpin Mesir, memulai beberapa reformasi yang mempengaruhi Al-Azhar, termasuk pengenalan ilmu-ilmu modern ke dalam kurikulumnya.

Pada abad ke-20, Al-Azhar diresmikan sebagai universitas modern dengan fakultas-fakultas yang mencakup ilmu agama, humaniora dan sains.

Sekarang Al-Azhar dianggap sebagai salah satu pusat kajian Islam di dunia. Fatwa dan pandangan ulama-ulama Al-Azhar sering dijadikan rujukan oleh komunitas Muslim global sampai sekarang.

Universitas ini memiliki jaringan mahasiswa internasional yang berasal dari berbagai negara, menjadikannya salah satu symbol persatuan Islam global. Saat sekarang jumlah mahasiswanya sekitar 400 ribu orang yang berasal dari seluruh dunia, termasuk sekitar 14 ribu dari Indonesia.

Al-Azhar telah mencetak banyak ulama, cendekiawan dan pemimpin Muslim terkenal sepanjang sejarah. Institusi ini juga berperan aktif dalam melestarikan dan menyebarkan budaya dan peradaban Islam.

Hingga hari ini, Universitas Al-Azhar tetap menjadi salah satu institusi pendidikan Islam yang paling dihormati, dengan reputasi yang melampaui batas-batas Mesir.

Piramida Giza

Belum ke Mesir tanpa mengunjungi Piramida. Bahkan Piramida dan Mesir adalah seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang tidak bias dipisahkan.

Untuk mengunjungi Piramida di Giza ini bias menggunakan taksi dari Kairo.  Kepandaian bahasa Arab sangat membantu jika ingin langsung menyetop taksi di pinggir jalan, karena sedikit sekali sopir taksi di Kairo yang bisa Bahasa Inggris.

Piramida di Giza

Cara paling aman dan nyaman adalah dengan menggunakan aplikasi Uber, yang bias terlebih dahulu di download sewaktu di Indonesia.

Informasi dari Hizbu, memang banyak sopir taksi di Kairo mematok harga sangat tinggi (dibandingkan dengan harga di Uber) sehingga diperlukan kelihaian menawar, argo meter taksi sepertinya tidak terlalu diindahkan disini. Tetapi secara umum, tariftaksi di Kairo masih lebih murah dari pada taksi di Jakarta atau Padang.

Mengunjungi Piramida di Giza sangat disarankankan berangkat pagi-pagi sekali, ke Giza dapat ditempuh sekitar 30 sampai 40 menit. Kompleks piramida ini buka dari jam 08:00 pagi sampai jam 16:30 sore.

Karena ini merupakan tempat wisata utama dunia, sangat banyak orang yang berkunjung kesini, kalau dating terlambat maka akan menghabiskan waktu untuk antri di gerbang masuk.

Piramida adalah salah satu keajaiban dunia kuno yang masih berdiri hingga saat ini. Keajaiban ini bukan hanya karena ukurannya yang megah, tetapi juga teknologi pembangunannya yang menakjubkan, mengingat keterbatasan alat pada masa itu.

Piramida Giza, khususnya Piramida Khufu (Cheops), adalah yang terbesar di Mesir dan dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia. Tingginya mencapai 146 meter (bandingkan dengan tugu Monas setinggi 132 meter) dan dibangun lebih dari 2,3 juta blok batu yang masing-masing beratnya antara 2 hingga 15 ton.

Piramida ini memilikit ingkat presisi yang luar biasa. Sisi-sisinya hamper sempurna simetris, dengan perbedaan panjang sisi hanya beberapa sentimeter, meskipun panjang total tiap sisi mencapai 230 meter.

Hingga kini, bagaimana piramida dibangun tetap menjadi misteri. Mengingat keterbatasan teknologi pada masa itu, pasti akan sangat kesulitan mengangkut dan menyusun batu-batu sebesar itu, apalagi mengingat daerah sekitar piramida adalah padang pasir yang tidak ada bukit batu sebagai bahan bangunan piramida.

Sehingga sampai sekarang banyak bermunculan cerita-cerita fiksi ilmiah yang mengatakan bahwa pembangunan piramida merupakan campur tangan alien.  Banyak sekali cerita-cerita (novel dan film) yang terinspirasi dari keberadaan piramida ini, termasuk dengan mumi yang ada dalam piramida.

Salah satu yang mendukung cerita fiksi ilmiah tentang piramida adalah karena ternyata piramida tidak hanya menjadi makam raja, tetapi juga memiliki fungsi astronomi.

Piramida Khufu sejajar dengan konstelasi Orion (rasi bintang yang terkenal dan mudah dilihat di langit malam) dan sisi-sisinya sejajar hamper sempurna dengan arah mata angin (utara, selatan, timur, barat).

Beberapa teori menyatakan bahwa desainnya terkait dengan kepercayaan Mesir kuno tentang kehidupan setelah mati dan hubungan dengan bintang.

Kenyataannya piramida memang dibangun dengan teknik arsitektur yang sangat maju, dimana blok batu dipasang sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan perekat (semen), namun tetap kuat hingga ribuan tahun.

Ruang dalam piramida dirancang untuk menahan tekanan dari jutaan ton batu di atasnya. Piramida Giza masih berdiri tegak setelah lebih dari 4.500 tahun, meskipun telah menghadapi gempa bumi, angin dan erosi (pengikisan).

Di dalam piramida, terdapat lorong-lorong kecil yang disebut “porosventilasi”. Meskipun ukurannya kecil, poros ini memungkinkan udara mengalir sehingga suhu di dalam piramida tetap stabil meskipun cuaca di luar sangat panas atau sangat dingin.

Dalam setahun Mesir dikunjungi oleh 14 sampai 15 juta wisatawan, yang hamper semuanya berkunjung ke piramida di Giza.

The Grand Egyptian Museum

Tempat menarik lainnya yang wajib dikunjungi di Kairo adalah The Grand Egyptian Museum (GEM). Museum iniadalah museum arkeologiterbesar di dunia, yangberfokus pada sejarah dan warisanMesirkuno.

Lokasinya sekitar 2 kilometer dari Piramida Giza, menawarkan pemandangan ikonik dari salah satu situs kuno paling terkenal di dunia.

Patung Ramses II

Bangunan GEM memiliki arsitektur modern dengan konsep geometris berbasis segi tiga, mencerminkan elemen desain piramida. Luas museum ini mencakup area hamper 500.000 meter persegi, menjadikannya salah satu museum terbesar di dunia.

GEM memamerkan lebih dari 100.000 artefak, termasuk koleksi penuh dari harta benda Firaun Tutankhamun yang sebelumnya tidak pernah dipamerkan secara lengkap.

Salah satu daya tarik utama adalah patung Ramses II (yang diyakini Fir’aun pada zaman Nabi Musa) setinggi 11 meter yang dipamerkan di aula utama. Termasuk juga yang fenomenal adalah dipamerkannya beberapa peti dari mumi.

Biaya pembangunan The Grand Egyptian Museum (GEM) sangat besar, mencapai US$1 miliar (sekitar Rp15 triliun). Biaya ini mencakup desain, konstruksi, penggalian, restorasi artefak dan pengembangan fasilitas modern. (*)

About Post Author