Furunobu Koichi, Konsul Muda Konsulat Jenderal Jepang di Medan ke Rumah Rakyat Sumbar
Padang, Rakyat Sumbar – Langkah-langkah kecil diplomasi bisa membawa dampak besar bagi masa depan generasi muda. Hal inilah yang tergambar dalam kunjungan Furunobu Koichi, Konsul Muda Bagian Humas, Kebudayaan, dan Pendidikan Konsulat Jenderal Jepang di Medan ke Rumah Rakyat Sumbar, Sabtu (21/6/2025).
Didampingi stafnya, Utari, Koichi hadir dengan misi membangun jembatan harapan—khususnya bagi pelajar Sumatera Barat—melalui program beasiswa dan peluang kerja di Negeri Sakura. Kunjungan ini disambut hangat oleh Pemimpin Redaksi Harian Rakyat Sumbar Revdi Iwan Syahputra, sementara Direktur Sukri Umar yang tengah menjalankan agenda luar kota, menyampaikan apresiasi dan harapan besar atas kolaborasi yang terbangun.
‘Kami sangat menyambut baik inisiatif Konsulat Jepang ini. Sebagai media lokal yang menjunjung nilai-nilai edukasi dan kolaborasi internasional, kami siap menjadi mitra dalam menyebarluaskan informasi yang bermanfaat bagi anak-anak muda Sumbar,” ungkap Sukri Umar dalam pesannya.
Jepang dan Semangat Baru untuk Pelajar Sumbar
Furunobu Koichi mengungkapkan, saat ini tercatat lebih dari 27 ribu pelajar di Sumatera Barat yang belajar Bahasa Jepang. Ini menunjukkan minat yang tinggi dari generasi muda terhadap budaya dan peluang pendidikan di Jepang.
“Kami mengapresiasi semangat belajar anak-anak muda di Sumbar. Harapan kami, mereka bisa melanjutkan studi dan berkarier di Jepang, karena peluang terbuka sangat lebar,” ujar Koichi.
Ia menekankan, Jepang kini tengah menghadapi tantangan demografis berupa penurunan angka kelahiran dan membutuhkan tenaga kerja di berbagai sektor, mulai dari pertanian, perikanan, hingga keperawatan.
Beasiswa MEXT: Jalan ke Jepang Terbuka
Untuk menjawab peluang tersebut, Pemerintah Jepang menawarkan beasiswa Monbukagakusho (MEXT) untuk lulusan SMA/SMK sederajat di Indonesia, termasuk Sumatera Barat. Program ini memberikan fasilitas lengkap, di antaranya, Sekolah persiapan selama 1 tahun (bahasa dan akademik), Kuliah S1 di universitas negeri di Jepang, Tunjangan hidup sekitar ¥117.000/bulan (setara Rp13 juta lebih), Tiket pesawat pulang-pergi Indonesia–Jepang, Bebas biaya visa pelajar.
“Kami membuka jalur beasiswa setiap tahun. Selain program S1, ada juga jalur riset, pelatihan guru, hingga pertukaran mahasiswa,” jelas Koichi.
Diplomasi yang Membumi, Bukan Sekadar Seremonial
Dalam dialog bersama redaksi, Koichi menyampaikan kekagumannya terhadap budaya Minangkabau, yang dinilainya memiliki kedekatan nilai dengan budaya Jepang, seperti kedisiplinan, penghormatan terhadap adat, dan logika dalam pengambilan keputusan.
“Minangkabau sangat kaya secara budaya dan intelektual. Saya sangat ingin menjalin relasi yang lebih erat melalui kolaborasi pendidikan, budaya, dan pertukaran pemuda,” tuturnya.
Ia juga menilai media seperti Rakyat Sumbar memiliki peran strategis dalam memperkuat diplomasi publik dan memperkenalkan potensi lokal ke dunia internasional.
“Saya membaca beberapa tulisan di Rakyat Sumbar dan melihat bagaimana media ini menjaga nilai lokal namun tetap berpikiran global. Ini penting dalam membangun pemahaman antarbudaya,” puji Koichi.
Pemimpin Redaksi Rakyat Sumbar, Revdi Iwan Syahputra, menyebut pendekatan diplomasi humanis yang dibawa Koichi sebagai sesuatu yang menyegarkan dan inspiratif. Bukan hanya mewakili negara, Koichi hadir dengan semangat kolaborasi antarwarga.
“Kami senang Rumah Rakyat Sumbar bisa menjadi bagian dari jembatan budaya ini. Kami akan terus menyuarakan peluang baik seperti beasiswa ini agar lebih banyak pelajar Sumbar yang berani bermimpi besar,” ujar Revdi.
Harapan Itu Nyata
Kunjungan Furunobu Koichi ke Padang bukan sekadar lawatan diplomatik. Ia membawa kabar baik, peluang emas, dan semangat kolaborasi. Ia membawa pesan bahwa anak-anak muda dari Luhak Nan Tuo pun bisa menatap langit Tokyo, Kyoto, hingga Osaka, asalkan mereka mau belajar, bermimpi, dan berani melangkah.
Diplomasi tak lagi hanya berlangsung di ruang resmi kenegaraan. Ia kini hadir di meja redaksi, di ruang kelas, di hati pelajar-pelajar Minang yang ingin mengubah masa depan—berangkat dari Sumatera Barat, menuju dunia.(edg)