Utama  

Kolaborasi Riset dan Inovasi Teknologi Vokasi dari Sumbar Dongkrak Ekonomi UMKM Minang Berdaya Saing Global

Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Program Katalisator Kemitraan Berdikari - Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi (Minat Saintek) di Gedung SSBN PNP, Selasa (28/10).

Padang, Rakyat Sumbar– Perguruan Tinggi Vokasi di Sumatera Barat melalui Program Riset Berdikari 2025 yang didanai LPDP, membagikan inovasi teknologi dalam membantu pelaku UMKM dan industri dapat menghasilkan produk menembus pasar ekspor global.

Pada tahun ini ada tiga proposal riset dari perguruan tinggi vokasi di provinsi Sumbar dinyatakan lolos dalam Program Riset Berdikari 2025 yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek. Dari tiga judul tersebut, dua di antaranya dikomandoi oleh tim Politeknik Negeri Padang (PNP), dan satu judul dipimpin oleh Politani Negeri Payakumbuh, sebagai bukti kuat bahwa Sumbar menjadi salah satu episentrum inovasi teknologi terapan di Indonesia.

Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi Sumbar, Dr. Nurul Fauzi, SE., MM., Ak., CA, menjelaskan bahwa Program Berdikari ini merupakan kelanjutan dari pengembangan ekosistem riset unggulan pada tahun sebelumnya, yang menekankan pentingnya riset berbasis kebutuhan nyata masyarakat dan dunia industri.

“Riset ini lahir dari diskusi langsung dengan pelaku UMKM dan industri. Mereka sampaikan persoalan riil di lapangan, mulai dari daya tahan produk, teknologi pengemasan, hingga peningkatan nilai ekspor. Dari kebutuhan itu, perguruan tinggi vokasi menyusun solusi teknologi yang konkret, aplikatif, dan siap dihilirisasi,” jelas Nurul Fauzi usai kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Program Katalisator Kemitraan Berdikari – Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi (Minat Saintek) di Gedung SSBN PNP, Selasa (28/10).

Ia mengatakan dengan kolaborasi tiga institusi vokasi, Politeknik Negeri Padang, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, dan IPB University. Fokus riset diarahkan pada hilirisasi produk UMKM, peningkatan kapasitas produksi, dan standar internasional halal, higienitas serta ketahanan pangan.

Menurutnya, salah satu judul riset yang dikomandoi PNP berfokus pada pengembangan teknologi sterilisasi pangan dengan standar uji F0, yang memungkinkan produk seperti rendang dan jamur olahan memiliki masa simpan hingga dua tahun. Teknologi ini dinilai krusial untuk membuka akses ekspor ke pasar global.

“Selama ini banyak produk lokal gagal ekspor karena tidak lolos uji F0. Teknologi yang kami kembangkan akan menjawab persoalan itu, sekaligus mengangkat produk Sumbar menjadi komoditas ekspor berdaya saing tinggi,” tambahnya

PNP Tegaskan Komitmen Menjadi Penggerak Inovasi Nasional

Wakil Direktur Bidang Kerja Sama PNP, Ir. Ihsan Lumasa Rimra, SST., M.Sc, DECN, menegaskan bahwa keberhasilan ini menunjukkan posisi PNP sebagai motor penggerak inovasi nasional dari wilayah barat Indonesia.

Tim Peneliti PNP menghasilkan “Inovasi Mesin Untuk Peningkatan Produksi dan Penjualan Oleh-Oleh Kuliner Khas Ranah Minang” yang diketuai oleh Nurul Fauzi beranggotakan Haris Firmansyah, Iis Ismawati, Dwi Setyaningsih dan Nova Sillia.

Inovasi ini diharapkan mampu mengatasi berbagai tantangan yang selama ini menghambat UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) lokal, khususnya di Sumbar. Teknologi yang dikembangkan tidak hanya berfokus pada industri besar, tetapi terutama untuk memberdayakan pelaku UMKM.

“Mesin ini dirancang user-friendly, biaya terjangkau, dan sesuai kebutuhan pelaku usaha skala kecil-menengah. Riset berdikari ini adalah bentuk nyata keberpihakan PNP kepada ekonomi rakyat. Teknologi vokasi harus hadir langsung di dapur UMKM,” tegas Ihsan.

Ia menambahkan, riset ini juga membuka jalan bagi pengembangan ekosistem industri turunan dari sektor pangan, seperti mesin pencetak sayak tradisional, pengolah jamur, hingga pakan ternak berbasis lokal.

“PNP bukan hanya pelaksana riset, tapi penggerak ekosistem inovasi. Dua judul riset yang kami pimpin dirancang langsung menjawab kebutuhan industri dan UMKM. Targetnya bukan sekadar menghasilkan prototipe, tetapi sampai tahap hilirisasi dan komersialisasi,” tegas Ihsan.

Ia menambahkan, seluruh penelitian ini telah dirancang melalui mekanisme konsultasi dengan masyarakat dan pelaku usaha. Teknologi yang dikembangkan tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga meningkatkan kualitas produk hingga standar internasional.

“Kami ingin memastikan hasil riset vokasi benar-benar memberikan dampak ekonomi. Produk yang dibuat harus efisien, higienis, bernilai tambah tinggi, dan memiliki daya saing ekspor,” ujarnya.

Owner UMKM Dakak-Dakak Dua Putri dari Simabur, Kabupaten Tanahdatar Deny Adriani menyampaikan apresiasi atas adanya program teknologi terapan dari Politeknik Negeri Padang (PNP) yang dinilai sangat membantu pelaku usaha kecil dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.

Menurutnya, selama ini proses pengolahan masih dilakukan secara manual, sehingga memakan waktu dan biaya tinggi. Hadirnya mesin pengolah modern dari PNP dinilai sebagai solusi nyata untuk mendorong efisiensi produksi.

“Dengan adanya mesin dari PNP ini, kami sangat terbantu. Biasanya proses pengolahan dakak-dakak dilakukan secara manual dan membutuhkan tenaga besar. Kalau sudah pakai mesin, produksi bisa lebih cepat dan biaya operasional berkurang,” ujarnya.

Ia optimistis kehadiran teknologi vokasi, seperti yang diberikan PNP ini akan mampu membawa produk lokal naik kelas dan bersaing di pasar yang lebih luas, termasuk memenuhi standar industri dan ekspor.

“ Bantuan seperti ini bukan hanya pemberian alat, tapi investasi untuk masa depan pelaku usaha dan masyarakat,” tambahnya.

Ketua Forum Pemberdayaan Kelurahan Limau Manis, Desi Fitria juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada PNP atas kontribusinya dalam mendukung kemandirian ekonomi masyarakat melalui inovasi teknologi dan pelatihan vokasi.

Menurut Desi, program yang dijalankan PNP telah memberikan solusi konkret terhadap kendala yang selama ini dihadapi oleh kelompok tani jamur yang ada di Kelurahan Limau Manis, mulai dari minimnya alat produksi, terbatasnya keterampilan pengolahan, hingga kesulitan pemasaran.

“Selama ini petani jamur hanya mengandalkan cara manual dan menjual jamur dalam bentuk mentah. Ketika harga turun atau permintaan sepi, petani merugi. Dengan adanya inovasi alat pengukup jamur, alat pengaduk, dan mesin press yang diberikan PNP, produksi menjadi lebih efisien dan higienis,” ujarnya.

Desi juga menegaskan bahwa program ini tidak hanya memberikan bantuan alat, tetapi juga pendampingan untuk menciptakan produk turunan bernilai tinggi seperti rendang jamur, mie jamur dan dendeng jamur.

“ PNP mengajarkan bagaimana jamur bisa menjadi produk modern dengan nilai jual tinggi dan tahan lama. Hal ini membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat dan menginspirasi generasi muda untuk kembali tertarik ke sektor pertanian berbasis teknologi,” tambahnya.

Ia berharap kerja sama ini terus berlanjut sebagai bentuk komitmen bersama antara perguruan tinggi vokasi dan masyarakat dalam mewujudkan kemandirian ekonomi lokal.

“Kami sangat berterima kasih kepada PNP. Program ini bukan hanya meningkatkan pendapatan warga, tetapi juga mengubah pola pikir masyarakat agar lebih inovatif dan berdaya saing,” tutup Desi Fitria. (mul)