Kekeringan Hantui Sumbar, Langkah Antisipasi Gagal Panen Diperlukan
Petugas Damkar memadamkan api saat terjadi kebakaran hutan di Pesisir Selatan, beberapa waktu lalu.
Padang, rakyatsumbar.id – Cuaca ekstrem akibat El Nino mulai berdampak terhadap berkurangnya intensitas hujan yang terjadi, begitu juga di Sumbar.
Semua pihak perlu melakukan penguatan kesiapsiagaan terkait ancaman kekeringan meteorologis yang diperkirakan melanda Sumbar.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengingatkan Pemerintah kabupaten/kota, masyarakat dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk bersiap menghadapi kekeringan. Di sektor pertanian, ia meminta pihak terkait untuk mengidentifikasi luas daerah yang potensi terdampak kekeringan sehingga bisa diambil langkah antisipasi.
Masyarakat juga harus diberikan pemahaman terkait dampak kekeringan meteorologis sehingga dapat menghemat penggunaan air bersih dan juga melakukan budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, sebutnya, Selasa (6/6).
Pada daerah pertanian yang diperkirakan akan terdampak kekeringan perlu disiapkan logistik dan peralatan seperti tangki air bersih dan pompa air untuk membantu masyarakat.
Sementara itu, Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPTPH) Sumbar, Suardi, menyebut, pihaknya telah menyiapkan langkah untuk mengantisipasi gagal panen akibat kekeringan di daerah itu.
Kita menurunkan tim ke lokasi rawan untuk memberikan pendampingan kepada petani terkait kekeringan. Selain untuk membantu menentukan waktu penanaman agar potensi gagal panen bisa ditekan, juga memberikan pemahaman tentang tanaman yang lebih tahan dalam kondisi kemarau, katanya.
Tim tersebut juga memberikan edukasi tentang hama dan penyakit tanaman yang sering mengancam pada musim kemarau serta upaya yang bisa dilakukan untuk menangkalnya.
Kita terus pantau lahan pertanian di daerah-daerah yang berpotensi terimbas kemarau. Kita siapkan pompa air untuk kondisi darurat, guna menaikkan air dari sumber yang tersedia. Kita juga bisa membantu sumur tancap untuk membantu mengairi lahan pertanian, katanya.
Selain itu BPTPH juga membangun embung sebagai langkah antisipasi kekeringan pada sejumlah daerah.
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau-Padang Pariaman, Desindra Deddy Kurniawan membenarkan terjadinya kekeringan meteorologis. Iya benar, kekeringan meteorologis itu artinya kekeringan yang disebabkan pengaruh curah hujan. Karena musim kemarau sudah masuk juga bulan Juni ini, ucapnya.
Ia menambahkan puncak kemarau diprediksi terjadi pada bulan Juli. Tapi masih normal, dalam artian sedikit curah hujan seperti musim kemarau umumnya. Walaupun cuaca siang hari bertambah panas, katanya.
Menurut Desindra, kondisi tahun ini agak berbeda dengan kondisi kemarau tiga tahun belakang yang dipengaruhi oleh El nino la nina.
Imbauan untuk masyarakat musim kemarau saat ini memang agak berbeda apalagi untuk wilayah yang ada zona musimnya, berbeda tiga tahun lalu ada la nina, masih ada curah hujan. Kalau sekarang curah hujan sangat sedikit tapi masih dalam kategori normal, jelasnya.
Ia menambahkan pada saat ini, cuaca bertambah panas karena berkurangnya pertumbuhan awan. Pertumbuhan awan mulai berkurang.
“Pada pagi hari karena tutupan awan sedikit, maka sinar matahari berupa gelombang pendek dapat maksimal diterima oleh permukaan bumi dan ini yang menyebabkan terasa panas, ucapnya.
Sementara itu, Kasi Survim Dinkes Sumbar, Yusmayanti mengingatkan masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.
Cuaca terik siang hari, masyarakat diimbau mengurangi keluar rumah, menggunakan sunscreen, perbanyak minum air putih, memakan makanan yang berserat, terangnya.
Hadapi Cuaca Ektrem Petani Diedukasi
Dalam menghadapi cuaca ekstrem akibat El Nino agar tidak mengganggu produksi padi di Kota Padang, Dinas Pertanian melalui penyuluh pertanian terus mengedukasi petani dalam menyikapi cuaca ekstrem.
Plt Kepala Dinas Pertanian Yoice Yuliani mengatakan penyuluh pertanian terus melakukan edukasi dan sosialisasi terhadap petani yang ada di lapangan terkait kondisi cuaca saat ini.
“Antisipasi yang mesti dilakukan di antaranya memperbaiki dan membersihkan saluran irigasi yang mengairi sawah agar tetap mengalir meski cuaca panas. Kemudian menjaga masa tanam, jika cuaca terlalu panas maka tanaman benih padi diganti dengan tanaman palawija. Ini salah satu yang dapat dilakukan dalam menghadapi situasi saat ini,” terangnya
Selain itu petani juga dapat memanfaatkan pompa air yang ada di kelompok tani jika pasokan air ke sawah terganggu dan ini dapat dilakukan secara berkelompok dengan biaya secara bersama-sama.
“Petani juga diminta memperhatikan gejala hama di sawah dan jika ada dapat melapor ke Dinas Pertanian untuk dilakukan penanganan. Dalam musim kemarau di Padang gejala hama memang agak menurun baik hama tikus maupun wereng,” terangnya.
“Kami belum melakukan kajian kenapa berkurang, apa karena cuaca panas yang membuat struktur tanaman menjadi kering sehingga tidak disukai hama,” tambahnya.
Namun, pihaknya melalui penyuluh pertanian terus melakukan pendampingan kepada petani yang ada di Kota Padang. Dengan terus memberikan sosialisasi tentang kondisi pertanian sehingga tidak terjadi gangguan pada produksi padi.
“Pemkot Padang menargetkan produksi padi sebanyak 68 ribu ton sepanjang 2023. Dalam satu hektare lahan pertanian mampu memproduksi 4,8 ton padi,” ungkapnya.
Dalam mewujudkan target itu pihaknya mendorong penyuluh di lapangan untuk membantu petani meningkatkan produksi padi. Sebab produksi pangan Kota Padang hanya mampu memenuhi 30 persen kebutuhan. Sisanya didatangkan dari daerah lain seperti Solok, Batusangkar, Padangpariaman, dan lainnya. (mul)