rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Karena Hidup Orang Minang Penuh Harapan

Karena Hidup Orang Minang Penuh Harapan

Oleh Miko Kamal

Preferensi politik orang Minang yang lebih condong kepada Prabowo ketimbang Jokowi dalam kontestasi Pilpres 2019 diributkan oleh beberapa orang. Surveypun dilakukan. Hasilnya, sebagian besar orang Minang terpapar hoax.

Sabtu, 6/4/2019, saya menulis artikel singkat dan ringan menanggapi hasil survey yang disampaikan pada acara Advokat Sumbar Bicara di Padang TV. Kata saya, ‘Jangan Hina Orang Minang’. Hoax mungkin ikut memegaruhi pilihan orang Minang. Tapi, itu hanyalah salah satu faktor saja. Faktor yang lainnya banyak. Salah satunya, fakta amburadulnya pengelolaan pemerintahan oleh rezim Jokowi. Beberapa contoh saya tuliskan dalam artikel itu. Silahkan cari dan baca di blog saya (mikokamal.wordpress.com).

Saya adalah orang yang tidak menafikan bantuan demi bantuan yang digelontorkan Jokowi selama pemerintahannya. Banyak. Saya tuliskan dalam artikel yang berjudul ‘Tak Elok Manumpalak’ (7/4/2019). Yang saya tidak suka adalah manumpalak. Tumpalak politik; menyebut-nyebut sederet bantuan yang sudah diberikan Jokowi dan pemerintahannya kepada orang Minang. Padahal bantuan-bantuan itu adalah kewajiban konstitusional seorang Presiden dan pemerintahannya kepada rakyatnya sendiri.

Apa faktor lain yang mungkin memengaruhi pilihan politik orang Minang? Salah satunya adalah budaya optimis orang Minang menatap kehidupan. Optimisme itu tercermin dari pilihan profesi sebagian besar orang Minang.

Sudah menjadi pengetahuan umum, etnis Minang adalah suku bangsa yang paling suka berniaga atau berdagang dalam hidup mereka. Dagangnya macam-macam. Sebutlah dagang kuliner, kumango, garmen, hasil bumi dan ragam dagangan lainnya. Menurut Elizabeth E Graves yang dikutip Wikipedia, disamping suka berdagang, orang Minang juga menonjol sebagai profesional dan intelektual.

Sifat utama seorang pedagang adalah spekulatif. Betapa tidak. Tidak ada jaminan dagangan yang hendak dijual hari ini akan terjual habis. Tidak peduli, apakah besok hari akan hujan besar atau panas berdentang, yang penting es cendol yang akan dijual harus disiapkan di malam hari. Di kampung saya Pariaman, penjual tepung selalu bertepuk tangan meskipun tepung yang terjual tak seberapa. Begitu benar riang dan optimisnya mereka menatap hidup.

Bagi pedagang, gaji bulan depan ditentukan seberapa besar dan gigihnya usaha yang dilakukan hari ini. Bandingkan, umpamanya dengan pegawai negeri yang menerima gaji tetap setiap bulan. Tidak tergantung dengan besar dan gigihnya usaha dan upaya.

Spekulatif identik dengan harapan (hope). Di kepala sebagian besar orang Minang selalu ada harapan baru (new hope). Termasuk dalam bidang politik. Jokowi mungkin sudah berbuat untuk orang Minang dalam hampir 5 tahun kepemimpinannya. Tapi, melihat kepemimpinan Jokowi yang biasa-biasa saja (medioker), mereka enggan menggantungkan harapan lagi kepada Jokowi untuk 5 tahun ke depan. Uang tidak tidak mampir ke toko dan warung. Daya beli lemah. Dagang lesu. Sebab, harga jual sawit terjun bebas. Karet dan komoditas lainnya juga begitu. Dagangan yang berhubungan dengan industri pariwisata seperti keripik balado, sagun-sagun, dakak-dakak dan lainnya juga terganggu. Karena, harga tiket pesawat setinggi langit dan bagasi berbayar.

Bagi sebagian besar orang Minang, new hope itu ada pada Prabowo dan pasangannya Sandi yang menawarkan bermacam perubahan. Tidak salah. Meskipun, tidak tertutup kemungkinan Prabowo dan Sandi tidak akan lebih baik dari Jokowi. Seperti pedagang cendol, orang Minang sudah siap dengan risiko cendolnya tak laku terjual karena hujan besar yang datang ketika cendol sudah terbuat seember besar.

Jadi, terlalu prematur melekatkan label buruk serupa terpapar hoax, bodoh, defisit kognitif dan yang mirip dengan itu kepada orang Minang yang tidak menambatkan pilihannya pada Jokowi pada Pilpres yang digelar tidak akan lama lagi. Orang Minang yang tidak cepat puas, iya. Sebagai pedagang, orang Minang pasti akan selalu mengharap untung yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Kalau tahun ini, toko yang di Tanah Abang, Thamrin City atau Jati Negara masih kontrakan, tahun depan tentu harus sudah terbeli. Jika tahun ini tokonya baru satu, tahun depan harus bertambah. Begitu benar besar harapan seorang pedagang.

Orang Minang tidak akan cepat silau dengan prestasi pemerintahan yang medioker, karena hidup orang Minang penuh harapan. (*)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *