Guru Dituntut Siapkan Materi Esensial Menyongsong PBM 2021
Padang, Rakyat Sumbar — Rencana dibukanya kembali proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka bagi SD dan SMP di Kota Padang, diapresiasi oleh ketua fraksi PKS DPRD Kota Padang Muharlion. Menurutnya, sudah saatnya Kota Padang melaksanakan PBM secara tatap muka dengan mentaati protokol Kesehatan Covid-19.
Keterbatasan fasilitas pendukung hingga ketidaksiapan siswa dan orang tua untuk belajar daring membuat sistem pembelajaran daring tidak begitu efektif. Imbasnya, capaian akademik siswa berpeluang “tertinggal” dibandingkan jika dilakukan PBM tatap muka.
Muharlion menjelaskan juga, jika sekolah kembali di buka, proses belajar mengajar harus dibagi dua shift proses pembelajaran dalam satu kelas. Selain itu, tidak diberlakukan jam istirahat sekolah, seperti PBM sebelum pandemi Covid-19.
“PBM tatap muka adalah kewajiban. Karena dapat memberikan pendidikan karakter ke siswa. Oleh karena itu, saya sangat mendukung jika PBM secara tatap buka kembali dibuka,” jelasnya, Rabu (09/12/2020).
Lebih lanjut, Muharlion meminta, ketika sekolah kembali dibuka harus menerapkan protokol kesehatan yang jelas. Hal ini bertujuan mencegah timbulnya cluster baru, yaitu cluster sekolah.
“Prinsipnya, guru yang akan memberikan pembelajaran harus dilakukan swab. Selain itu, orang tua memberikan izin kepada anaknya untuk mengikuti PBM secara tatap muka. Disini kunci utamanya selain penerapan protokol 3M di sekolah,” jelasnya.
Dihubungi terpisah, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Padang DR Fitri Arsih menjelaskan, jika proses pembelajaran tatap muka kembali dibuka, maka sekolah harus bisa menjamin lingkungan sehat terhadap guru dan siswa serta perangkat sekolah yang lain. Untuk jumlah siswa sendiri, Fitri menjelaskan, disetiap rombongan belajar, jumlah siswa harus disesuaikan dengan kapasitas ruangan sesuai aturan protokol kesehatan.
“Kita harus mengkaji, apakah protokol kesehatan telah menjadi pembiasaan bagi masyarakat dalam menjalani aktivitas keseharian. Jangan pertaruhkan masa depan anak untuk kegiatan belajar tatap muka walau Kota Padang telah keluar dari zona merah. Pengoperasian sekolah harus melibatkan Tim Satgas Covid-19. Selain itu jumlah rombel harus mengacu protokol kesehatan. Jadi jumlah rombel tak sebanyak jumlah rombel disaat sebelum pandemi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Fitri meminta guru-guru telah menyiapkan dan mengelompokan materi bahan ajar yang esensial (bahan ajar yang membutuhkan bimbingan guru) serta bahan ajar non esensial.
“Karena jam pelajaran yang sedikit, guru harus menyiapkan bahan ajar esensial saat melakukan PBM tatap muka. Untuk bahan ajar non esensial dapat dikerjakan di rumah. Oleh karena itu, butuh kolaborasi antara guru dan orang tua dalam memberikan perangkat pembelajaran pendukung yang bisa digunakan anak belajar di rumah,” tutupnya. (edg)