Padang, rakyatsumbar.id — Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Dirjen Dikti Kemendiktisaintek) mengapresiasi langkah cepat Universitas Andalas (Unand) beserta jajaran dalam penanganan dampak bencana yang melanda wilayah sekitar kampus dan masyarakat sekitarnya.
Dirjen Dikti Kemdiktisaintek, Khairul Munadi menyampaikan terima kasih atas respons sigap yang dilakukan pimpinan dan sivitas akademika Unand, tidak hanya dalam membantu mahasiswa, tetapi juga masyarakat terdampak.
“Saya menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Rektor dan seluruh jajaran Universitas Andalas yang bergerak cepat melakukan berbagai upaya untuk membantu sivitas akademika dan masyarakat,” ujarnya saat penyaluran bantuan untuk mahasiswa UNAND terdampak bencana, di depan kantor Humas UNAND, Sabtu (13/12).
Ia mengungkapkan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari Rektor Unand, akses menuju sejumlah kawasan terdampak sempat terhambat dan cukup banyak masyarakat yang terdampak bencana. Bahkan, area kampus juga dimanfaatkan sebagai posko pengungsian dan pusat koordinasi darurat.
“Ini merupakan langkah cepat yang sangat dibutuhkan dalam penanganan tanggap darurat saat ini,” katanya.
Dirjen juga mengaku telah menyampaikan pesan khusus kepada Rektor dan jajaran agar memastikan seluruh sivitas akademika yang terdampak, terutama mahasiswa, mendapatkan perhatian dan bantuan yang memadai.
“Kami mendorong agar adik-adik mahasiswa yang terdampak mendapatkan dukungan sehingga tetap dapat melanjutkan proses pembelajaran dengan baik,” jelasnya.
Selain itu, Dirjen menegaskan bahwa Kemendiktisaintek juga akan mengambil berbagai langkah untuk meringankan beban sivitas akademika yang terdampak bencana.
“Dari kementerian, kami akan melakukan berbagai upaya untuk membantu dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa yang terdampak,”ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan Kemendiktisaintek mencatat sekitar 22 ribu mahasiswa terdampak bencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah wilayah di tiga provinsi di Sumatera, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Dampak yang dirasakan beragam, mulai dari kerusakan tempat tinggal hingga kondisi ekonomi keluarga yang ikut terdampak.
“Mahasiswa yang terdampak tidak hanya mereka yang mengalami kerusakan secara langsung, tetapi juga mereka yang orang tuanya terdampak sehingga berpengaruh terhadap pembiayaan pendidikan,” ungkapnya.
“Dalam catatan terakhir, jumlahnya sekitar 22 ribu dengan kondisi yang beragam. Ada yang terdampak langsung, ada yang tempat tinggalnya terdampak, dan ada juga yang orang tuanya terdampak sehingga memengaruhi biaya pendidikan adik-adik mahasiswa,” ujar Dirjen Dikti Kemendiktisaintek.
Ia menjelaskan, hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan pendataan untuk memastikan tingkat kerusakan serta jumlah sivitas akademika yang terdampak secara akurat. Pendataan tersebut membutuhkan waktu mengingat cakupan wilayah yang luas serta kondisi di lapangan yang dinamis.
“Sebagian mahasiswa juga sudah kembali ke daerah asal masing-masing karena proses pemulihan dan perpindahan memang membutuhkan waktu. Namun pendataan akan terus kami jalankan,” katanya.
Menurut Dirjen, pendataan yang menyeluruh dan valid menjadi langkah paling penting pada tahap awal penanganan. Data tersebut nantinya akan menjadi dasar bagi kementerian dalam menyiapkan langkah-langkah lanjutan.
“Setelah data diterima secara lengkap, kami akan melakukan berbagai upaya, termasuk kemungkinan penyusunan skema prioritas, baik untuk pembangunan kembali maupun dalam proses pemulihan ke depan,” jelasnya.
Ia menegaskan, Kemendiktisaintek berkomitmen memastikan seluruh mahasiswa yang terdampak tetap mendapatkan hak pendidikan mereka.
“Yang terpenting, kami ingin memastikan adik-adik mahasiswa yang membutuhkan tetap bisa melanjutkan pendidikan dengan baik,” tutupnya.
Sementara itu, Rektor UNAND Efa Yonnedi menyampaikan dalam penanganan bencana, UNAND mendirikan posko tanggap darurat bencana. Posko tersebut dinilai sangat efektif sebagai pusat pengungsian sekaligus distribusi bantuan untuk sivitas akademika serta masyarakat sekitar kampus.
Posko tanggap darurat Unand berfungsi sebagai pusat penyaluran logistik, layanan kesehatan, serta kebutuhan dasar lainnya bagi warga terdampak. Selain itu, kampus juga menyalurkan bantuan langsung kepada masyarakat di sekitar kawasan Kampus Limau Manis, sesuai dengan keahlian yang dimiliki sebagai institusi pendidikan tinggi.
“Kami memiliki sumber daya di bidang kesehatan, sehingga fokus bantuan juga diarahkan pada layanan medis dan pendampingan kesehatan bagi masyarakat,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, tidak hanya di Kota Padang, Unand juga mengirimkan tim bantuan ke Kabupaten Agam, salah satu daerah yang terdampak paling parah akibat bencana. Tim tersebut diberangkatkan sejak 3 Desember lalu dan langsung melakukan penanganan di lapangan.
Sebagai tindak lanjut, Unand memutuskan untuk mendirikan pos komando medis di Kabupaten Agam. Posko ini difungsikan sebagai pusat koordinasi layanan kesehatan, sekaligus menjadi hub bagi berbagai tim medis dari perguruan tinggi dari luar Sumatera Barat.
“Dengan adanya poskomando medis ini, koordinasi antarlembaga menjadi lebih terarah sehingga intervensi yang dilakukan dapat tepat sasaran dan lebih efektif,” jelasnya.
Ia menyampaikan dalam operasi pelayanan kesehatan, UNAND mengerahkan tenaga medis lintas disiplin, mulai dari dokter spesialis, farmasis, perawat, hingga psikolog untuk mendukung layanan trauma healing bagi masyarakat terdampak.
Pelaksanaan layanan kesehatan tersebut didukung Kemendiktisaintek melalui pendanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Saat ini, terdapat lima proyek pengabdian yang sedang berjalan, dengan empat proyek berfokus pada layanan kesehatan dan satu proyek pada pemulihan ekonomi masyarakat pascabanjir.
“Operasi pelayanan kesehatan yang kami lakukan merupakan bagian dari kegiatan pengabdian yang didanai oleh Kemendiktisaintek. UNAND juga berencana membuat tambahan tiga poskomando medis lagi, di Padang, Pesisir Selatan dan Agam, ” ujarnya.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama masa tanggap darurat hingga 31 Desember mendatang, dan selanjutnya akan dilanjutkan ke tahap pemulihan jangka menengah dan panjang, meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Ia menambahkan sebagai bagian dari persiapan tahap tersebut, UNAND telah menugaskan tim khusus untuk melakukan Damage and Loss Assessment (DALA), yakni asesmen untuk menghitung nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana.
“Asesmen ini mencakup kerusakan fasilitas kampus akibat curah hujan tinggi, seperti kebocoran bangunan, rusaknya sumber air, hingga akses yang terputus akibat banjir,” jelasnya.
Hasil DALA nantinya akan menjadi dasar dalam proses pembangunan kembali, sehingga seluruh langkah pemulihan dilakukan berbasis data yang terverifikasi dan valid.
“Melalui pendekatan terstruktur dan berbasis keilmuan, Unand berharap dapat berkontribusi optimal dalam pemulihan wilayah terdampak bencana di Sumatera Barat;” terangnya.
626 Mahasiswa Terdampak Bencana
Universitas Andalas mencatat sebanyak 626 mahasiswa terdampak, dengan tingkat dampak yang bervariasi, mulai dari kategori berat, sedang, hingga ringan. Di tingkat internal kampus, UNAND telah membuka penerimaan permohonan dari mahasiswa terdampak.
“Data yang masuk akan kami verifikasi, lalu disesuaikan dengan kategori bantuan, apakah berupa pembebasan biaya, potongan biaya, keringanan, atau skema cicilan. Semua itu disesuaikan dengan kondisi ekonomi orang tua mahasiswa,” jelasnya.
Ia menambahkan, untuk bantuan yang bersifat mendesak, seperti penggantian perlengkapan kos yang hilang atau rusak akibat bencana, kampus telah menyalurkan bantuan kepada sekitar 150 mahasiswa.
“Bantuan tersebut berupa voucher untuk pembelian kebutuhan dasar seperti kasur, kipas angin, dan kompor, agar mahasiswa dapat kembali menempati kos dan melanjutkan aktivitas perkuliahan,” bebernya.
Selain mahasiswa, Unand juga memberikan dukungan kepada tenaga kependidikan dan dosen yang turut terdampak bencana. Bantuan diberikan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan kebutuhan di lapangan.
“Untuk rumah tenaga kependidikan yang terdampak, prioritas awal adalah pembersihan. Kami menurunkan tim dan peralatan seperti pompa dan alat pembersih. Untuk rumah dosen yang terdampak, kami juga mengirimkan tim pembersihan. Jika ada kebutuhan mendesak seperti air bersih, langsung kami distribusikan,”ungkapnya.
Ia menegaskan, seluruh bantuan tersebut masih berada pada fase tanggap darurat, bukan tahap pembangunan kembali.
“Saat ini masih fase darurat. Untuk pembangunan kembali akan masuk ke fase jangka menengah yang direncanakan pada 2026,” ujarnya.
Melalui dukungan Kemendiktisaintek dan langkah internal kampus, diharapkan beban sivitas akademika yang terdampak dapat segera diringankan, sembari menyiapkan tahapan pemulihan yang lebih berkelanjutan.
Terjunkan 500 Mahasiswa dalam KKN Kebencanaan
Universitas Andalas jyga menerjunkan sebanyak 500 mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebencanaan untuk membantu masyarakat terdampak bencana di Kota Padang. Program ini telah berjalan sejak 5 Desember dan difokuskan pada upaya pemulihan sosial, lingkungan, serta pendampingan psikologis warga.
Melalui KKN Kebencanaan tersebut, mahasiswa terlibat langsung membantu masyarakat, mulai dari melakukan pemetaan wilayah terdampak, mengidentifikasi permasalahan di lapangan, hingga menyusun dan menjalankan berbagai program pendampingan.
Sejumlah kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain membersihkan rumah-rumah warga yang rusak akibat bencana, menyalurkan bantuan logistik, serta mendata pelaku UMKM yang terdampak. Selain itu, mahasiswa juga menyiapkan program lanjutan yang menyentuh aspek pemulihan psikologis atau trauma healing bagi warga.
“Banyak warga yang kini merasa trauma. Mendengar hujan saja sudah takut, bahkan melihat lumpur di depan rumah bisa memicu kecemasan. Karena itu, program trauma healing menjadi sangat penting,” ungkap Rektor Efa Yonnedi.
Ia menjelaskan, Unand memiliki sumber daya dan keahlian di bidang kesehatan maupun pendampingan psikososial yang dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat bangkit dari dampak bencana.
“Kami memang memiliki keahlian di bidang itu, baik kesehatan maupun trauma healing. KKN Kebencanaan ini difokuskan khusus untuk wilayah Kota Padang,” jelasnya.
Melalui keterlibatan mahasiswa dalam KKN Kebencanaan, Unand berharap dapat berkontribusi nyata dalam mempercepat pemulihan masyarakat sekaligus menumbuhkan kepedulian sosial dan pengalaman kebencanaan bagi mahasiswa.
“Setiap mahasiswa menjalani kegiatan selama 180 jam, yang kemudian dikonversi setara dengan 4 SKS. Artinya, seluruh kerja mahasiswa dalam KKN Kebencanaan ini kami hargai sebagai bagian dari beban akademik mereka,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa turun ke lapangan rata-rata delapan jam per hari dan seluruh kegiatan tersebut dicatat dalam logbook harian, mulai dari jenis pekerjaan hingga capaian di lapangan. Keesokan harinya, kegiatan dilanjutkan kembali sesuai dengan program yang telah disusun.
“Pelaksanaan KKN Kebencanaan ini dilakukan secara terstruktur di bawah bimbingan dosen pembimbing lapangan. Setiap kegiatan disupervisi dan dipantau, sehingga pelaksanaannya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan terencana, terarah, dan sesuai dengan tujuan program ,” ungkapnya. (mul)





