Derita Warga Muarotais Makin Parah, Pemkab Pasaman Dinilai Minim Perhatian
Masyarakat dari dua Jorong di Pasaman berusaha melewati jembatan yang putus.
Pasaman, rakyatsumbar.id – Derita warga Jorong Kampung Tongah dan Jorong Muarotais Nagari Muarotais Kecamatan Mapattunggul makin bertambah dengan putusnya jembatan penghubung dua kejorongan tersebut.
Sudah tiga kali jembatan tersebut di hantam banjir selama dua bulan terakhir. Namun belum ada juga perhatian Pemerintah Daerah Pasaman yang serius untuk memperbaikinya.
Pemerintah daerah hanya turun melakukan survey, lalu pulang kembali. Dan kini tidak ada lagi kabar beritanya.
Ketua Komisi II DPRD Pasaman, Yulisman pada rakyatsumbar.id, Selasa (20/9) membenarkan kondisi jembatan yang panjangnya lebih 20 meter itu makin parah.
“Kita sangat prihatin melihat masyarakat Jorong Kampung Tongah dan Jorong Muarotais yang setiap hari harus menyeberangi sungai, lalu meniti jembatan satu batang papan untuk bisa sampai ke seberang, ” kata Yulisman.
Walinagari Muarotais beserta Camat sudah menyampaikan kepada BPBD Pasaman dan Dinas PU Pasaman tapi belum ada tindakan nyata dari pemerintah daerah untuk memperbaikinya.
Dijelaskan Ketua Fraksi PAN DPRD Pasaman ini sudah dua kali pula warga setempat membuat jembatan darurat. Supaya bisa lewat namun, dua kali pula jembatan darurat itu putus. Dan belum juga ada perhatian Pemkab Pasaman.
“Apakah menunggu korban dulu, baru ada solusi Pemkab Pasaman. Setiap hari anak sekolah, guru, dan masyarakat melalui jembatan tersebut” jelasnya.
Dikatakan Yulisman, ia selaku anggota DPRD Pasaman sudah berulang kali menyampaikan kepada Bupati, Wakil Bupati Pasaman. Dan mereka berjanji akan segera memperbaiki jembatan tersebut, namun sampai saat ini belum ada juga realisasinya” ujarnya.
Sementara itu Walinagari Muarotais, Doni Saputra yang setiap hari melalui sungai tersebut merasa prihatin melihat kondisinya. Makin menderita masyarakat akibat jembatan tersebut belum kunjung diperbaiki.
“Makin menderita dan memprihatinkan masyarakat kita pak dewan, tolonglah disampaikan kepada pemerintah daerah. Jembatan ini tempat bergantung hidup orang banyak pak” kata Doni.
Menurut Doni, untuk membawa sembako kebutuhan sehari-hari dari pasar ke kampung warga harus berjuang melalui sungai dan jembatan yang putus tersebut.
” Bukan warga tidak berbuat, tapi sudah dua kali membuat jembatan darurat, namun kini tidak ada lagi, ” tukasnya. (zon)