Seperti diketahui bahwa masyarakat Minangkabau sangat berpegang teguh pada dengan nilai budaya seperti prinsip adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Dampak teknologi tersebut dapat dilihat salah satunya pada aspek media dakwah.
Dakwah digital saat sekarang ini tidak bisa dielakkan lagi sebut saja melalui media sosial.
Sekarang media sosial tidak lagi menjadi wahana untuk berbagi informasi atau hiburan tetapi telah menjelma menjadi salah satu media dakwah.
Hal ini disebabkan media sosial menjadi sarana efektif dalam menyebarkan nilai-nilai islam.
Melihat hal yang demikian perlu ditinjau kembali sejauh mana adaptasi nilai budaya dalam dakwah digital? Serta tantangan apa yang dihadapi dan bagaimana strategi agar dakwah tetap berbasis budaya?
Dakwah Berbasis Budaya
Saat ini istilah dakwah digital sudah sangat familiar di kalangan masyarakat, salah satunya masyarakat Minangkabau.
Kita tau bahwa masyarakat Minangkabau mencerminkan adaptasi nilai adat dan syarak melalui penggunaan Bahasa, symbol budaya, dan cara penyampaian yang sesuai dengan karakter masyarakat.
Salah satu bentuk adaptasi penggunaan nilai adat dapat dilihat dalam pepatah Minang itu sendiri, seperti alam takambang jadi guru dan dima bumi dipijak, disinan langik dijunjuang hal ini dalam konten dakwah menjadi strategi kontekstual yang efektif.
Karena memperlihatkan bagaimana nilai adat dan syarak tetap terintegrasi dalam penyampaian ajaran Islam melalui media digital.
Peranan pemuka agama dalam menyebarkan dakwah digital
Saat ini tidak sedikit dari pemuka agama yang aktif dalam memanfaatkan platform digital sebagai media dakwah.
Pemuka agama semakin aktif memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan dakwah.
Mereka mulai mengemas pesan dakwah dengan cara yang menarik sampai mengaitkan etika komunikasi dalam Islam dengan konsep bahasa dalam budaya. Hal ini salah satu yang memungkinkan dakwah digital tetap mengakar pada budaya setempat sekaligus menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi.
Tantangan dalam Dakwah Digital
Meskipun dakwah digital memberikan banyak manfaat, namu semua itu tidak lepas dari tantangan yang harus dihadapi, seperti menjaga keaslian nilai adat dan budaya agar tidak tergerus arus globalisasi.
Penyebaran informasi yang tidak selalu terverifikasi dan munculnya pemahaman Islam yang bercampur dengan budaya asing menjadi kendala yang harus diantisipasi.
Oleh karena itu, strategi pengelolaan konten dakwah harus dirancang agar tetap sejalan dengan prinsip adat budaya tanpa harus kehilangan daya tarik bagi audiens digital.
Strategi Dakwah Berbasis Budaya
Supaya dakwah digital tetap relevan di dalam menjaga nilai-nilai Islam dan budaya, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan:
Pendekatan Storytelling yang berbasis Budaya
Merupakan pendekatan penceritaan melalui kisah para ulama misalnya kisah Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi atau Syekh Abdul Karim Amrullah dalam format video pendek di media sosial yang dapat menjadi salah satu metode efektif dalam memperkenalkan warisan keislaman kepada generasi muda.
Interaksi dan Dialog
Media sosial memberikan peluang komunikasi dua arah melalui fitur komentar, siaran langsung, dan sesi tanya jawab, yang memungkinkan audiens merasa lebih terlibat dalam dakwah tanpa merasa digurui.
Literasi Digital
Dai dan masyarakat perlu dibekali dengan literasi digital agar dapat menyaring informasi serta menyampaikan dakwah dengan etika bermedia sosial yang sesuai dengan prinsip budaya yang ada.
Salah satunya prinsip musyawarah dan kesepakatan bisa menjadi salah satu pedoman dalam menghadapi perbedaan pendapat di dunia maya.
Kesimpulan
Dakwah digital berbasis budaya memiliki potensi besar dalam menjaga identitas Islam dan budaya di era modern.
Sinergi antara ulama, akademisi, dan generasi muda dalam mengembangkan dakwah digital berbasis budaya menjadi salah satu langkah strategis untuk menjaga relevansi dakwah dengan perkembangan zaman.
Pemanfaatan media sosial yang bijak dan kreatif, dakwah tidak hanya menjadi sarana penyampaian ajaran Islam, tetapi juga alat untuk memperkuat identitas budaya Minangkabau dalam dunia digital. (*)