Banjir Bandang Landa Ponpes Daaru Tahfiz Batu Taba, “Kami Terisolasi Hingga Pagi”
Suasana tenang dan indah yang biasanya menyelimuti pesantren Daaru Tahfiz di Jalan Cangkiang, Batu Taba, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, seketika berubah menjadi mimpi buruk. Banjir bandang yang melanda pada Sabtu (11/05/2024), memaksa para santri dan pengajar berjuang menyelamatkan diri dari terjangan air dan lumpur yang menghancurkan sekeliling mereka.
Oleh : Latifah Anjali
Pesantren Daaru Tahfiz sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan menciptakan para penghafal Alqur’an yang berakhlak mulia dan berwawasan luas serta penggerak bagi Umat. Menjadi Hafiz yang intelek, sebagai mundzirul qoum.
Dengan Tahfiz sebagai kegiatan utama, pelajaran ilmu addiniah dan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris aktif, serta kemampuan public speaking sebagai wadah dalam berdakwah dan menjadi pemimpin masa depan yang inspiratif dan aspiratif, nafia’an lilUmmah.
Ponpes itu dikenal sebagai tempat yang tenang dan damai, ideal untuk belajar dan menghafal Alqur’an. Terletak di Cangkiang, Batu Taba, pesantren ini dikelilingi oleh pemandangan menakjubkan Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, serta aliran sungai yang jernih di sampingnya.
Di sekitar pesantren, hamparan lahan pertanian dan persawahan yang subur menambah keindahan dan ketenangan tempat ini. Masyarakat sekitar hidup dari bercocok tanam, dengan sawah yang siap dipanen dan tanaman sayuran yang hijau subur. Semuanya berubah dalam hitungan jam saat bencana banjir bandang /galodo melanda sekeliling gunung marapi, Sumatera Barat.
Itensitas hujan yang tinggi mengguyur wilayah Gunung Marapi selama beberapa hari sebelum bencana, membuat gunung tersebut gelap tertutup awan. Sehingga, itensitas hujan itu menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor yang menghancurkan wilayah tersebut.
Bencana ini menewaskan 67 orang dan menyebabkan 20 orang lainnya hilang. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana tersebut juga merusak 446,7 hektar lahan persawahan dan 31.985,5 hektar lahan pertanian lainnya, membuat banyak petani kehilangan mata pencaharian mereka.
Selain itu, kerusakan infrastruktur juga sangat parah. Sebanyak 228 rumah mengalami kerusakan berat, 149 rumah rusak sedang, dan 144 rumah rusak ringan. Ratusan bangunan lainnya turut mengalami kerusakan signifikan, menambah penderitaan warga yang terdampak.
Salah satu tempat yang terdampak adalah pesantren Daarut Tahfiz. Sekeliling Ponpes yang dahulu dikelilingi aliran sungai, bendungan, persawahan, dan pertanian kini tertutup oleh lumpur. Jalan menuju ponpes itu juga mengalami longsor, membuat akses semakin sulit.
“Jalan ini sebelumnya besar, bisa dilewati oleh mobil, bahkan truk bahan bangunan. Tapi karena lahar dingin yang menimpa tempat ini, akhirnya jalan ini habis dan hilang. Sawah warga juga terkena dampak akibat kejadian lahar dingin,” ujar ustad Muhammad Nur selaku pimpinan Pesantren Daaru Tahfiz.
“Sementara itu, kami harus berjalan menuju ponpes melalui persawahan yang telah datar. Jadi, tidak bisa sama sekali kendaraan lewat di lokasi ini,” tambahnya.
Habibi, salah seorang wali santri juga mengungkapkan, jalan kearah Daaru Tahfiz putus, sungai yang dulunya kecil kini meluas dan berpindah.
“Paginya ada satu mayat dibendungan dekat pesantren,” kata Habibi yang ditemani Alfi
Saat banjir datang, para santri yang tidur di lantai 1 segera terbangun dan bergegas pindah ke lantai 2 untuk menyelamatkan diri. Meski begitu, air dan lumpur tetap menggenangi pesantren, menyebabkan kerusakan yang luas.
Lumpur setinggi 1 meter menggenangi pesantren, merusak berbagai perlengkapan penting yaitu beras sebanyak 500 kg tidak dapat diselamatkan, dan peralatan seperti kulkas, kompor, serta 10 unit komputer rusak berat.
Selain itu, alat-alat dapur, peralatan kantor, peralatan sholat dan berbagai buku tulis dan buku perpustakaan juga tertimbun lumpur.
Lili, salah satu warga disekitar ponpes itu mengungkapkan, saat dia berkunjung kelokasi ponpes itu, ia merinding membayangkan bagaimana banyaknya luapan air pada malam itu.
“Sehingga Daaru Tahfiz seolah-olah berada di tengah lautan,” ujarnya.
Keadaan menjadi sangat sulit bagi para santri dan pengajar. Paska kejadian, mereka kesulitan mendapatkan air bersih, dan persediaan bahan makanan untuk dikonsumsi sehari-hari sudah tidak bisa diselamatkan. Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa banyak dari barang-barang penting mereka hancur.
Kasur, sajadah, dan berbagai perlengkapan pribadi lainnya tidak bisa lagi diselamatkan. Di tengah bencana, para santri dan staf pesantren tidak tinggal diam.
Mereka segera bekerja sama untuk membersihkan lumpur dan memulihkan kondisi pesantren. Usaha mereka dibantu oleh masyarakat sekitar yang datang dengan peralatan seadanya, menunjukkan solidaritas dan kebersamaan yang kuat.
Selain kerugian materi, bencana ini juga menimbulkan trauma psikologis bagi para santri, terutama yang masih sangat muda. Mereka harus melalui malam penuh kepanikan dan ketakutan saat banjir menerjang. Namun, dukungan dari pengajar dan sesama santri membantu mereka melewati masa-masa sulit ini.
Bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor bukanlah hal baru bagi Sumatera Barat, wilayah yang kerap dilanda oleh bencana serupa. Namun, kali ini dampaknya sangat luas dan merusak, menunjukkan betapa pentingnya mitigasi bencana dan kesiapsiagaan yang lebih baik.
Meski diterpa bencana, semangat para santri dan pengajar di pesantren Daaru Tahfiz untuk bangkit dan melanjutkan kegiatan belajar mengajar tetap tinggi. Mereka percaya bahwa cobaan ini adalah ujian yang harus dihadapi dengan tabah dan ikhlas.
Masyarakat sekitar pesantren juga menunjukkan solidaritas dengan memberikan dukungan moral dan materiil. Mereka bergotong-royong membantu membersihkan pesantren. Kini para santri diungsikan dipadang luar saat ujian berlangsung, sehingga mereka tidak diperbolehkan untuk dibawa pulang.
Kisah ketangguhan Pesantren Daaru Tahfiz di tengah bencana ini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Di tengah keterpurukan, mereka mampu bangkit bersama-sama, menunjukkan bahwa dengan kebersamaan dan semangat pantang menyerah, mereka mampu mengatasi segala rintangan.
Pesantren ini kini perlahan bangkit kembali, melanjutkan misinya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan semangat yang tak pernah pudar.
Semoga para santri tahfiz sabar, tabah, dan yakin dalam lindungan Allah SWT. Dan lantunan ayat-ayat Alqur’an tetap terdengar di ponpes Daaru Tahfiz. Bagi anda yang ingin donasi ke Daaru Tahfiz salurkan ke rekening BSI 7704060704 a.n Pondok Pesantren Daaru Tahfiz dan BRI 543401013094533a.n Muhammad Nur. (Latifah Anjali/ Mahasiswa Jurusan Desain Mode ISI Padangpanjang)